[tiga]

381 33 0
                                    

Ciara bangkit dari tidurnya, mengusap pelan hidungnya yang memerah.

"Dahlah ngapain sedih, cowok brengsek gitu gak layak dapet cewek cakep kaya gue." katanya mulai menghibur diri.

Gadis itu menghembuskan nafas berat, menarik kedua ujung bibir coba tersenyum lebar.

"Oke, gue laper." ujarnya sudah memegangi perut.

Ciara beringsut turun dari kasur, melangkah santai keluar dari kamar. Matanya menyusuri penjuru ruangan, coba mencari seseorang tapi nihil.

Rumahnya kosong. Dan ia, ditinggal sendirian.

Oke ini keterlaluan.

Disaat dirinya sedang galau, bukannya dihibur malah ditinggal. Apa ini yang disebut keluarga? Satu kata untuk ini, menyebalkan.

Ciara mendengus pelan, kembali melangkah menuruni tangga coba tak peduli. Gadis itu pergi ke dapur, mengecek kulkas dan tudung nasi tapi kosong. Tak ada yang disukainya. Banyak sih makanan, tapi tuh gak mood aja gitu makannya. Lagi gak pengen.

"Pengen martabak," ujarnya mengerucutkan bibir mulai ngidam sendiri.

"Gak ada pilihan lain. Terpaksa, beli sendiri." ujarnya menghela nafas berat, agak kecewa karena tak ada yang bisa dimintai tolong.

***

"A' martabak keju spesialnya satu ya," ujar Ciara mulai menyebutkan pesanan.

Tukang martabak yang akrab disapa A' Mansyur itu tersenyum, mengacungkan jempolnya tanda mengerti.

Ciara mendudukan diri, mengambil posisi dekat si penjual karena memang sedang ramai pengunjung. Dan Ciara, tak suka bergaul.

"Tumben kesini sendiri Ra, ditinggal di rumah sendirian, ya?" tanya tukang martabak itu seakan hafal.

Ciara menipiskan bibir, tersenyum saja tak ingin menjawab.

"Oh iya Ra, kamu kelas berapa sih sekarang?" tanya A' Mansyur coba memulai obrolan.

"Kelas 2 SMA, A'." Ciara membalas kalem, coba bersikap ramah walau jelas ia merasa risih.

Ciara itu sulit bergaul. Dia tak suka ditanyai, apalagi oleh orang yang belum akrab.

"Oh 2 SMA, udah gede ya." ujar A' Mansyur manggut-manggut sendiri.

"Lulus SMA mau kemana Ra? Nikah?" A' Mansyur bertanya polos, membuat Ciara yang hendak membuka ponsel jadi tersedak ludah sendiri.

"Enggak A', mau kuliah dulu." Ciara membalas sopan, tersenyum tipis supaya tak terlalu kaku.

A' Mansyur kembali fokus pada adonan martabaknya, membuat Ciara diam-diam menghela nafas merasa lega.

"Iyalah Ciara kan orang kaya makanya kuliah. Tapi Aa' kira kamu ada niatan nikah muda loh Ra, kalo ada niat gitu kan A' Mansyur mau daftar." lanjutnya tertawa kecil membuat Ciara bergidik ngeri, tiba-tiba ilfeel begini.

Tukang martabak itu menghentikan aktivitasnya, menoleh pada Ciara membuat gadis itu melebarkan mata karena kaget.

"Kalo urusan skincare mah gampang Ra, entar bisa ngutang dulu. Pas udah kaya baru deh dilunasin. Kalo gak dibarter pake martabak aja kali ya, Ra?" ujar A' Mansyur meminta pendapat, Ciara meringis kecil. Diam saja tak berniat menjawab.

A' Mansyur kembali pada aktivitasnya, mengurusi adonan martabak membuat Ciara menggigit bibir. Tiba-tiba kenyang dan ingin pulang saja.

Bentar deh, tadi apa katanya? Skincare mau dibarter sama martabak? He, dikira jaman batu apa?

Yakali gitu kan, ke guardian bawa martabak. Pas ditanya orang bilangnya 'oh ini, mau buat barter sama skincare'  kan gak lucu.

"Mang martabaknya satu, ya!" ujar seorang pemuda tiba-tiba, mengambil posisi duduk di dekat Ciara membuat gadis itu refleks menoleh karena sadar ada yang datang.

"Loh? Mbaknya ngikutin saya?" pemuda itu menyipitkan mata, menuduh curiga pada Ciara.

Ciara melebarkan mata, kemudian mendelik kecil merasa tak terima.

"Heh ini tempat terbuka. Siapa pun berhak dateng. Lagian gue dulu yang kesini, jadi lo kan pasti yang ngikutin gue?" ujar Ciara menuding curiga.

"Dih sembarangan! Ini langganan saya tau!" balas pemuda itu sewot, tak terima dituduh begitu.

Ciara mencibir sinis, kemudian bangkit menghampiri gerobak martabak.

"A' punyaku udah, kan? Sini, Ara mau balik." ujarnya mengulurkan tangan dengan wajah jutek.

A' Mansyur mengernyitkan dahi, sedikit kaget dengan perubahan raut wajah dedek komplek cantik itu.

"Eh ini, Ra." A' Mansyur menyodorkan plastik putih itu ke arah Ciara yang langsung dirampas gadis itu tanpa kata.

Ciara berbalik, melangkah pergi setelah memberikan uang. Memang dasar, kurir penghancur mood!

"Galau dikit makan, galau dikit makan. Bunuh diri aja biar gak ngabisin beras!" Bisma berteriak nyaring kemudian tersenyum kecil kembali memandang depan.

"Martabak meses satu, yang manis ya Mang, kek muka doi!" Bisma berujar menggebu, tertawa kecil lalu mengambil ponsel coba menyibukan diri.

***

A/n:

Hai, aku back hehe. Sebelumnya aku sempet mikir, buat short story enak deh kayanya. Ringan gitu. Eh ternyata bener, gatau kenapa ngerasa seringan kapas dan enjoy aja huhu:(

Salam zeyeng,

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang