[sembilan]

279 29 1
                                    

Weekend adalah sesuatu yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak pelajar. Ya maklum lah, penghilang penat. Dan weekend kali ini mungkin tak akan membosankan seperti biasanya. Lihat saja, Ciara sudah berpenampilan rapi dan duduk manis di sebelah kemudi. Di sebelahnya ada Cania, yang kebetulan mengajaknya untuk shopping kali ini.

Ciara memasukkan ponselnya ke dalam saku, kini gadis itu fokus menatap ke depan dengan sesekali bersenandung pelan mengikuti alunan lagu.

Berbeda dengan adiknya, Cania malah terlihat gelisah. Gadis berusia 20 tahunan itu menggigit bibir bawahnya nampak sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Ra." panggilnya pelan membuat sang empunya nama menoleh.

"Hm?" gumam Ciara membalas, gadis itu kembali memandang depan enggan fokus menatap kakak perempuannya.

Cania kembali menggigit bibir bawahnya, meneguk ludah tiba-tiba gugup.

"Lo kenal Gavin Marlevi?" Cania bertanya ragu. Ciara yang mendengar nama tak asing itu langsung menoleh, mengangkat sebelah alisnya tinggi kemudian mengangguk membenarkan.

"Hm. Mantan gue tuh. Kenapa? Temen lo yang jadi selingkuhannya?" Ciara bertanya tanpa beban membuat Cania tanpa sadar sudah meneguk ludahnya tertegun sendiri.

Tak ingin mengambil resiko, Cania berhenti. Menepikan sedikit mobilnya kemudian memiringkan tubuh, menatap adik perempuannya itu.

"Jadi bener lo putus sama dia karena dia nyelingkuhin, lo?" Cania bertanya memastikan, disambut anggukan oleh Ciara.

Cania menggigit bibir bawahnya, tampak ingin bicara tetapi ragu.

"Kenapa sih nanya-nanya? Temen lo sakit hati sama dia? Dahlah santet aja, kuy gua bantuin." Ciara berujar tanpa beban, yang malah seperti sebuah candaan.

"Eum Ra," Cania memanggil ragu, sedangkan Ciara hanya bergumam. Kini fokus dengan ponselnya.

Cania kembali menggigit bibir bawahnya, entah mengapa malah semakin gelisah.

"Sebenernya selingkuhan Gavin itu......." Cania menjeda ucapannya sedangkan Ciara sudah menoleh dengan raut serius sibuk mendengarkan.

"Gue." cicit Cania pelan.

"Hm?" Ciara mengerutkan keningnya, seperti tak mendengar cicitan suara Cania.

Cania menghela nafas berat, kembali mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Sebenerya selingkuhan Gavin itu... Gue." ujarnya sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, Cania memejamkan mata. Takut menerima reaksi Ciara terhadap perilakunya.

Merasa tak mendengar apapun Cania menoleh, mendapati wajah datar adik perempuannya.

"Ra sumpah gue gak tau kalo Gavin itu cowok lo. Ra gue gak ada niatan mau jadi pelakor, serius deh." Cania coba menjelaskan, dengan wajah gelisah yang jelas memias.

"Kenapa sih Can? Kenapa lo harus rebut semuanya dari gue? Udah kasih sayang Mami Papi lo rebut dan sekarang apa? Cowok gue? Gak sekalian aja lo rebut nyawa gue, hah?" Ciara menatap Cania tak percaya, raut wajahnya jelas menunjukkan amarah yang tertahan.

"Gue gak nyangka ya Can lo setega ini." Ciara berujar miris, memandang wajah Cania dengan garis wajah yang kecewa.

Ciara melepaskan seatbelt nya, kini bersiap untuk keluar.

"Ra, plis dengerin gue." Cania berujar lirih, berusaha menahan adiknya itu tapi gagal.

Cania memandang kepergian adiknya dengan wajah sendu, jelas menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya waktu itu.

***

A/n:

Banyak tugassss:((

Yaampun syebal:(

Dahlah

Salam imut,

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang