[tujuh]

274 28 0
                                    

[masih lanjutan part sebelumnya ya zeyeng!]




Bu Maya mengambil salah satu buku, matanya menyipit berusaha membaca.

"Namanya Prince Bisma Aldavi, kan?" tanya Bu Maya kemudian membuat Ciara kembali menoleh ke arahnya.

"Hm," balas Ciara tak peduli banyak.

"Dia satu perumahan sama kamu kok, kan enak tuh kalo mau temenan. Atau kamu mau Ibu buat sekelompok terus sama, dia?" Bu Maya bertanya kalem sedangkan Ciara sudah melebarkan mata tak percaya.

Oke, fokusnya bukan ke kalimat terakhir tapi ke kalimat pertama yang dilontarkan Bu Maya. Apa tadi katanya, kurir itu satu perumahan dengannya? Bagaimana mungkin?

Serambi residence itu salah satu perumahan elite, dan kurir itu tinggal disana? Bagaimana bisa?

"Satu komplek sama saya Bu? Gak mungkin lah," sahut Ciara sudah protes sendiri.

"Loh beneran. Disini alamatnya Serambi Residence, komplek perumahan kamu, kan?" tanya Bu Maya memastikan.

Ciara melongo, sudah ternganga kecil di tempatnya. Kalau kurir itu tinggal di komplek perumahan yang sama dengannya, itu tandanya kurir itu termasuk tajir dong? Tapi kenapa dia berfrofesi menjadi kurir? Wah, jangan-jangan pemalsuan data nih orang.

"Dia malsuin data kali Bu. Gak usah dipercaya deh, tukang boong dia nih." ujar Ciara tanpa sadar sudah mengompori.

"Ya terserahlah dia mau tinggal dimana. Sekarang kamu kembali ke kelas, sudah hampir masuk." ujar Bu Maya membuat Ciara melirik memandang jam dinding yang ada di kantor guru.

***

"Selamat siang," ujar Bu Maya membuka kelas, wanita paruh baya itu tersenyum ramah seperti biasanya.

"Siang Bu," jawab semuanya kompak.

"Baik, Ibu absen dulu ya." lanjutnya dibalas anggukan oleh seisi kelas.

Satu persatu murid telah diabsen dan menunjuk tangan. Sedangkan Ciara hanya bisa sesekali menguap karena lelah tak dipanggil-panggil.

"Prince Bisma Aldavi?" ujar Bu Maya melanjutkan absen.

Pemuda di sebelah Ciara mengangkat tangannya kalem membuat Ciara mendengus pelan dan mencibir sinis.

"Princess Ciara Vani?" lanjut Bu Maya disambut angkatan tangan oleh Ciara.

"Ibu baru sadar. Di kelas ini udah ada prince dan princess ya," celetuk Bu Maya tiba-tiba membuat semuanya jadi riuh dan heboh.

Kaum laki-laki sibuk bersiul sedangkan kaum wanita sudah berdeham nyaring dan menggoda, walau tak jarang ada yang menoleh sinis seakan tak suka.

"Jodoh Bu, jodoh!" ujar salah satu cowok mengompori.

"Gue baru tau, jadi ini yang dinamakan jodoh pasti bertemu?" Dita bertanya dramatis membuat yang lain kompak bersiul heboh kembali menggoda.

Bu Maya terkekeh pelan sedangkan Ciara sudah mengeraskan rahang jelas tak suka. Ciara melirik, menangkap wajah datar cowok itu yang seakan tak terganggu.

Heleh sok sok an pasang muka datar, biar apa gitu? Biar keliatan ganteng? Cih dasar kurir tukang pencitraan!

"Kebetulan nih, Ibu kan niatnya mau bikin kelompok yang isinya berdua. Gimana kalo Ciara sekelompok sama Bisma? Kan pangeran sama putri kalo disatuin pasti hasilnya spektakuler," celetuk Bu Maya dengan ekspresi yang jelas merekah.

Ciara melotot begitu saja, hendak melayangkan protes tapi percuma. Ya gimana, hampir sekelas teriak heboh bilang setuju. Mau protes juga pasti tetep kalah suara. Lagian tuh kurir ngapa diem aja sih? Sariawan atau gondokan, ha?

Ciara sedikit mendekat, hendak membisikan sesuatu pada cowok itu.

"Gak usah sok keren lu kurir paket. Cih pencitraan banget lo mendadak kalem gini," bisik Ciara sewot sendiri.

****

A/n:

Cie dah sebangkuuuu. Masih banyak chapternya so tungguin aja ok

Salam canteek,

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang