[duabelas]

261 27 0
                                    

Ciara duduk di bawah pohon, merenung sendiri dengan raket dan shuttlecock di kanan dan kiri. Entah mengapa pertengkaran dengan kakaknya beberapa hari yang lalu itu masih terngiang di ingatannya, ada sedikit penyesalan dalam dirinya karena malah marah dengan kakak perempuannya yang jelas tak tau apa-apa.

Ciara menghela nafas berat, mengusap wajahnya kasar coba menenangkan diri. Saat ingat hari itu, rasanya Ciara ingin menelan hidup-hidup buaya darat bernama Gavin Marlevi.

"Ra," seseorang menepuk bahu Ciara singkat membuat gadis itu terlonjak kecil hampir berteriak.

Ciara menoleh, mendapati Diva yang merupakan teman sekelasnya sedang berdiri.

Ciara bangkit dari duduknya, sedikit mendekat ke arah Diva.

"Kenapa Div?" tanyanya penasaran, pasalnya Ciara tidak terlalu akrab dengan Diva. Jadi kalau gadis itu menghampiri Ciara, pasti ada hal penting.

"Eum Ra........... bisa bantuin gue gak?" Diva bertanya ragu, memandang Ciara dengan penuh harap.

Ciara mengangkat sebelah alisnya, bingung tiba-tiba dimintai tolong begini.

"Bantuin apa, ya?" Ciara bertanya sopan, coba mengorek informasi lebih dalam.

"Sini deh ikut gue," Diva menarik tangan Ciara, menuntun gadis itu untuk mengikutinya.

Ciara mengerutkan kening, mendongak menatap pohon di atasnya.

"Mau ngapain Div? Nyuruh gue manjat atau nyuruh gue cosplay kuntilanak?" Ciara bertanya polos membuat Diva meringis kecil mendengarnya.

"Eum......... bantuin gue ngambil cock ya Ra? Lo kan tinggi," ujar Diva memohon, menampilkan puppy eyes andalannya.

Ciara mendelik kecil, hampir khilaf mengatai teman sekelasnya itu.

Ya gimana ya, kan mereka gak akrab tuh eh gak ada angin gak ada hujan minta ambilin cock. Di atas pohon pula, dikata Ciara kuntilanak apa yang bisa terbang terus nangkring di pohon gitu?

"Kan ada yang lain Div. Kenapa harus gue?" ujar Ciara tanpa sadar sudah sewot sendiri.

"Eh anu.... itu....... lo kan.......... tinggi?" Diva meringis kecil membuat Ciara memutar bola matanya malas sendiri.

Ciara menghela nafas, coba menyabarkan diri dan tak tersulut emosi.

Pendek dikatain, tinggi dimanfaatin. Maunya gimana sih?!

"Ra ambilin dong. Lo tau kan Pak Yoyo galaknya gimana? Entar kalo gue dihukum gimana?" Diva mengerjap-ngerjapkan matanya, menampilkan puppy eyes kembali berharap bisa berhasil.

Pengen gitu dia bilang 'YA TERUS URUSANNYA SAMA GUE APA HE?'

Tapi berhubung Ciara orangnya gak enakan jadi ya dia hanya bisa memendam perkataan itu.

Intinya, cukup tau tanam dalam diri....

"Eum bukannya gue gak mau ya Div. Tapi masalahnya, tuh pohon tinggi banget. So, gue gak bakal nyampe. Bye!" Ciara berbalik, coba tak peduli dengan permintaan temannya itu.

Ya masa iya Ciara disuruh manjat, emang kalo dia jatoh bakal ada yang ngasih asuransi, apa?

Diva menahan tangan Ciara, membuat gadis itu berbalik dan mendengus pelan.

"Div plis lah, cowok banyak napa harus gue????" Ciara bertanya frustasi, tanpa sadar sudah merengek begini.

"Lagi pada main futsal Ra, yakali gue ganggu." Diva mencuatkan bibir bawahnya, kini sudah merenggut sendiri.

Ciara melirik kecil, kemudian menghela nafas kasar merasa tak tega.

"Yaudah, yaudah. Gue bantuin dah. Tapi serius deh kalo gue sendiri gak bakal nyampe, seenggaknya sediain tangga deh." ujar Ciara mulai pasrah, ya gimana ya kasian juga liatnya. Gak tega aja gitu.

Wajah Diva yang tadinya murung jadi merekah, matanya pun ikut berbinar mendengar ucapan Ciara.

"Tapi tadi gue udah nyari tangga di gudang gak ada," garis wajahnya kembali berubah keruh, merunduk kecil agak kecewa.

Ciara menoleh kanan kiri, coba mencari orang yang bisa dimintai tolong.

"Woi kurir! Come here!" Ciara memberikan isyarat pada Bisma untuk mendekat, pemuda itu menunjuk dirinya sendiri lalu disambut anggukan oleh Ciara.

Bisma yang baru saja selesai bermain futsal dan ingin istirahat itu jadi urung, kini sudah berjalan mendekat ke arah dua siswi di bawah pohon itu.

"Napa?" Bisma mengangkat dagunya, bertanya apa alasan dia dipanggil begini.

"Bantuin gue ngambil cock." Ciara berujar kalem kemudian bersiap, sudah menggulung sedikit lengan bajunya.

Bisma mengangguk saja, kemudian menoleh dan melotot ketika sadar ucapan Ciara.

"He apa?!" tanyanya terkejut kini sudah melotot kaget.

Ciara mendelik sinis, kemudian mencibir saja melihat tingkah berlebihan kurir paket itu.

"Udah gak usah alay lo. Cepet duduk biar gua naek. Tenang, gua gak berat." Ciara berujar santai sedangkan Bisma sudah mendelik dibuatnya.

Diva yang sekarang berperan sebagai penonton pun hanya bisa mengerjap polos, menyaksikan perdebatan kedua teman sekelasnya.

Bener bener deh. Kayak nonton bioskop!

***

A/n:

Halo, hai, annyeong!

Lagi gak mau cuap cuap

So, salam b aja

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang