Pemuda itu memarkirkan sepedanya, berlari kecil dengan napas memburu. Lokasi martabak A' Mansyur dengan indomaret depan memang tak terlalu jauh, karena sama-sama depan komplek.
Pemuda itu nampak menoleh kanan kiri, mencari gadis yang tadi menelponnya. Bisma kembali berlari saat melihat seorang gadis keluar dari pintu indomaret, nampak berdebat dengan gadis yang satu lagi.
Bisma mendekat, melebarkan mata melihat dua gadis di depannya. Iya, mereka Ciara dan Dita. Loh......katanya kecelakaan?!
"Ta....." Bisma menoleh pada Dita dengan geram, seakan meminta penjelasan.
Gadis itu memundurkan diri, agak mengkerut bersembunyi di balik punggung Ciara.
"Lo bohongin gue?!" Bisma berujar tak percaya, frustasi sendiri sudah dibohongi begini.
Dita melotot kecil, menggelengkan kepalanya kuat coba membela.
"Ih nggak anjir. Gue beneran," katanya membela sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengah sejajar kepala.
Bisma berkacak pinggang, menatap garang pada Dita membuat cewek itu makin mengkerut tiba-tiba takut.
"Apa sih? Kenapa lo marahin Dita?" ujar Ciara protes kini jadi maju melindungi.
Bisma melengos kasar. Sudah buru-buru ke indomaret tapi nyatanya berita itu tak benar. Ingin rasanya mendorong Dita ke tengah jalan agar ditabrak truk sekalian!
"Dia njir boongin gue. Katanya lo kecelakaan, ya gua panik lah. Langsung kesini," ujar Bisma sebal, menunjuk Dita geram membuat cewek itu makin menciut.
Ciara menoleh ke belakang, melotot kecil meminta penjelasan. Dita memasang wajah melas, menggeleng kuat coba membela. Gadis itu mengintip kecil dari balik punggung Ciara.
"Gue nggak boong ya Bis. Tuh liat, sikunya Ciara lecet." katanya masih kukuh tak mau disalahkan.
Bisma yang sudah hendak membalas jadi menoleh, memandangi siku Ciara yang memang terdapat plaster.
"Itu........kenapa?" tanya Bisma khawatir, menunjuk kecil siku Ciara yang terdapat plaster.
Ciara ikut melirik, menipiskan bibir kemudian menggeleng pelan.
"Tuhkan gue nggak boong," ujar Dita percaya diri, keluar dari balik punggung Ciara dan mengibaskan rambut bangga.
Bisma mendelik kecil, diam-diam menghujati cewek itu.
"Eh btw.............lo kayanya khawatir banget ya Bis?" ujar Dita mengerling jahil, menaik turunkan alisnya coba menggoda.
"A........apa sih. nggak." ujar Bisma mengelak, memalingkan wajah agak salah tingkah.
"Yeu malah blushing," ujar Dita jadi mencibir kecil.
Suara deru motor terdengar, membuat ketiganya kompak menoleh ke sumber suara. Dita tersenyum lebar, berlari kecil menghampiri pemuda itu.
Gadis itu nampak mengobrol ringan, kemudian berbalik dan melambai riang pada Ciara.
"Ra duluan ya!" ujarnya riang dengan senyum lebar. Ciara mendengus, menarik sudut bibir coba tersenyum. Kemudian melambai kecil, membalas.
Ciara melirik kecil, sadar bila ia ditinggalkan berdua dengan cowok itu. Ia berdeham pelan, menguatkan pegangan pada tali tasnya kemudian melangkah pergi.
"Ra." Ciara berhenti, mendengar suara serak dalam pemuda itu membuat hatinya bergemuruh.
"Gua...........khawatir." ujar Bisma terus terang, Ciara memejamkan matanya sejenak coba menenangkan diri.
Gadis itu berbalik, menatap Bisma datar tanpa ekspresi.
"Nggak usah peduliin gue. Peduliin aja cewek baru lo," ujar Ciara sinis, kemudian berbalik dan melangkah pergi.
Bisma mencekal pergelangan tangan Ciara, membuat cewek itu berhenti melangkah. Bisma memutar tubuh Ciara lembut, kini jadi menatap cowok itu tepat.
"Cewek yang di kantin kemaren? Dia bukan siapa-siapa gue," ujar Bisma coba menjelaskan.
Ciara mengangkat sebelah alis, tak percaya begitu saja.
"Masa sih? Deket banget gitu kayanya," balas Ciara tersenyum sinis.
"Ra............dia sepupu gue," cicit Bisma pelan, pemuda itu menggigit bibir bawahnya gugup berharap cewek di depannya ini percaya.
Ekspresi wajah Ciara nampak berubah, tak sedatar tadi. Bisma diam-diam menghela napas lega. Ia mengulum bibir, hampir tersenyum menyadari bahwa Ciara percaya akan ucapannya.
"Sekarang gue yang tanya. Lo...........balikan sama Gavin?" Ciara melebarkan mata, ternganga kecil begitu saja.
Gadis itu mendelik kecil, "Gila aja lo."
Bisma mengangkat sebelah alis, coba mencari kebohongan pada mata Ciara. Tapi.....nihil.
"Terus...........kenapa lo mau dicium.......malem itu?" Ciara membulatkan mata, kaget bahwa Bisma tau semuanya.
Gadis itu meneguk ludah, menggigit bibir dalam gugup sendiri.
"Lo keliatan nggak nolak." tambah Bisma dingin membuat Ciara melotot tak terima.
"Gua tampar dia ya. Yakali gua diem aja dan menikmati," Ciara melotot sebal, melipat tangan di depan dada kemudian memalingkan wajah jengkel.
Bisma mengangkat sebelah alis tinggi, seakan belum percaya.
"Masa sih? Gua nggak liat tuh." ujar Bisma enteng tanpa beban.
Ciara menoleh, menatap tajam cowok itu.
"Ya lo udah keburu masuk!" katanya geram jadi menabok lengan Bisma keras.
"Duh, sakit woi!" pekik Bisma kesakitan.
Ciara melengos kasar, kembali memalingkan wajah makin ngambek.
Bisma menggaruk tengkuknya yang tak gatal, meraih tangan Ciara dan menggenggamnya.
Ciara menoleh, melirik kecil tangannya yang digenggam.
"Yuk pulang," Ciara makin ternganga, menyadari tingkah smooth kurir sialan ini telah kembali.
***
A/n:
Gila ini panjang bangetttt
Tadinya mo digabung tapi udah kepanjangan ya gajadi. Huhu bay.
Park safia korapat mendes.
![](https://img.wattpad.com/cover/181308919-288-k734243.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir My Love✔
Roman pour Adolescents(COMPLETED) [ALKANA SERIES] Jika setiap orang sangat menanti datangnya kurir paket, maka berbeda halnya dengan Ciara. Ciara benci kurir, apalagi kurirnya pemuda itu. selengkapnya bisa langsung ke prolog..