[sepuluh]

273 30 0
                                    

Jika di malam hari semua orang pergi beristirahat atau setidaknya menonton TV untuk sekedar hiburan, maka berbeda halnya dengan Ciara.

Malam ini, Ciara duduk di taman. Enggan kembali ke rumah. Kakinya seakan kaku, tak ingin bergerak kemana pun. Penampilannya berantakan, efek menangis seharian.

Ciara masih duduk di bawah pohon, dengan wajah yang ia tempelkan pada lipatan tangan yang bertumpu pada lututnya.

Gadis itu masih enggan mengangkat kepalanya, entah karena malu sudah menangis atau karena belum bosan menangis.

Seorang pemuda yang baru pulang dari minimarket jadi mendekat, dengan ragu mendekati gadis di bawah pohon itu.

Walaupun terlihat berani, namun dalam lubuk hatinya jelas masih ada ketakutan pada diri pemuda itu. Ia memberanikan diri, menepuk pundak seorang gadis yang duduk di bawah pohon.

"Woah setannnn!" teriaknya heboh jelas terkejut.

Ciara mengusap ujung matanya, menyingkap sedikit rambutnya yang terurai agar bisa melihat.

"Ck berisik," decaknya sebal kemudian kembali menempelkan wajah.

Ciara masih terisak kecil, walau tak separah tadi tapi air matanya terus mengalir dan enggan berhenti.

"Lah setan bisa nangis?" Bisma mengerjap polos, memiringkan wajah coba memastikan apakah itu manusia atau hantu.

"Napa lu? Ditinggalin Mas pocong? Mo curhat? Sini dah gua dengerin. Kasian juga sih disana gak ada Papah Dedeh yang buka curhat kayak gua," katanya mulai percaya diri.

Ciara mengangkat kepalanya, dengan mata sembab dan wajah yang berantakan. Gadis itu mendengus pelan, lalu mengusap hidungnya yang memerah.

"Berisik banget sih. Pergi sana." ujar Ciara serius malas diganggu.

"Setdah manusia? Gua kira setan beneran ck," Bisma kembali berkomentar, menggelengkan kepala tak percaya sudah tertipu begini.

Ciara mencibir pelan, sibuk mengelap air mata pada pipinya.

"Lu napa sih nangis malem-malem gini? Di bawah pohon lagi, gua kira setan beneran bego." ujar Bisma mengomel sewot.

"Dahlah pergi sono, gua kasih ingus juga nih kalo gak mau pergi." Ciara membalas sebal, memegang hidung pura-pura mengancam.

Bisma bergidik ngeri, sedikit menjauh takut Ciara benar-benar melakukan ancamannya.

"Buset iyaiya, galak amat." Bisma mendelik kecil, kini berjalan ke arah bangku taman dan mendudukinya.

"Kenapa lagi lu? Gara-gara cowok? Setdah bucin amat ampe nangis segala," ujar Bisma menyindir pedas.

"Paan sih lo. Kalo gak tau mending diem," Ciara berujar serius entah mengapa jadi sensi begini.

Bisma mendelik kecil, kemudian mencibir saja malas menjawab.

"Lo napa sih hobi banget galau? Mending lo belajar daripada galau, berfaedah tuh. Nambah ilmu," ujar Bisma menggurui.

"Lo tuh gak paham perasaan gue kurir paket!" Ciara berteriak frustasi, mendelik sinis kemudian mengelus dada coba menyabarkan diri.

Bisma yang kaget jadi terlompat kecil, hampir latah ikut berteriak.

"Yaallah iya biasa aja. Udah malem woy, digebukin warga gua ketawain lo." Bisma mencibir sebal, kini sibuk memegang dada mengecek detak jantungnya.

"Mo curhat gak lo? Gua dengerin dah mumpung lagi baik nih gua," lanjutnya menawarkan.

Ciara terdiam, nampak berpikir dan menimbang tawaran pemuda di dekatnya itu.

Gadis itu menghembuskan nafas berat, mengusap wajahnya kasar kemudian.

"Ternyata, kakak gue yang udah jadi pelakor di hubungan gue." Ciara berujar sendu, mengusap ekor matanya yang tiba-tiba berair.

"Terus lo sekarang berantem sama kakak lo gara-gara rebutan cowok?" Bisma bertanya tak percaya, kini sudah menyimpulkan sendiri kronologinya.

"Ck gak rebutan. Gua cuma kesel aja dia ngerebut gitu, sampe putus lagi. Ya gua jelas marah lah. Gak rebutan sih, kita juga udah sama sama putus dari tuh cowok sialan." Ciara mulai bercerita sedangkan Bisma hanya diam, sibuk mendengarkan.

Setelah Ciara tak lagi membuka suara Bisma mulai berpikir, kalimat motivasi apa yang seharusnya ia katakan.

"Yaudahlah gak usah berantem sama kakak lo. Cuma cowok doang, lagian udah putus juga kan elonya?" Ciara mengangguk membenarkan ucapan Bisma.

"Yaudah nih makan, gak usah nangis lagi. Gua balik ya, dah malem." Bisma meletakkan sebuah eskrim di telapak tangan Ciara kemudian tersenyum simpul.

Bisma berbalik, melangkah pergi dengan Ciara yang tertegun di tempat. Tiba-tiba kehilangan kata dan nyawanya.

Lah itu si kurir paket? Setdah smooth amat.

***

A/n:

Bukannya belajar malah ngetik, dasar aku:(

Padahal besok presentasi ><

Yaudah gpp

Salam kyut,

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang