Gadis itu tersenyum kecil, berjalan mendekat dengan satu botol air mineral di tangan. Ia duduk di kursi panjang pinggir lapangan, memperhatikan pemuda jangkung yang sedang sibuk menggiring bola. Ciara mengulum bibir, menahan senyum agar tak merekah tiba-tiba.
"Hayo, ngelamun aja!" tepukan serta pekikan nyaring itu membuat Ciara terlonjak kaget, hampir mengumpat karena latah.
Ciara berdecak, mencibir saja malas berdebat. Dita mendudukan diri di bangku panjang pinggir lapangan itu yang jelas masih longgar, gadis itu merapat, mendekatkan diri dengan penasaran.
"Ck apasih?!" Ciara berdecak sebal membuat Dita refleks menjauhkan diri karena kaget.
"Biasa dong. Gue cuma mau liat," katanya jadi membela.
"Mau liat apasih? Gue nggak bawa jajan." Ciara bersungut jengkel, sedangkan Dita kontan merapatkan bibir takut disembur.
Dita merenggut sebal, mencuatkan bibir bawahnya tiba-tiba sok imut.
"Elo mah beli minum doang. Sekalian beli keripik kentang kek, kan bisa dicemilin." Dita berujar kecewa, memalingkan wajah pura-pura ngambek.
Eh?
Ciara refleks melirik ke arah tangannya. Ah iya, ada botol mineral.
Ciara berdeham pelan, coba menguasai diri.
"Eum............lo ngapain disini?" tanyanya coba mengalihkan topik.
Dita mengangkat sebelah alisnya, "Nungguin Dito." balasnya tenang tanpa beban.
Ciara mengangkat sebelah alis tinggi, beralih menatap Dita dengan curiga.
"Elo............pdkt-an sama dia?" tanya Ciara memastikan.
Dita tersentak, meneguk ludah merasa keceplosan. Gadis itu merapatkan bibir, jadi hilang kata dan memilih diam.
Ciara yang melihat reaksi itu menghela napas berat.
"Gue nggak ngelarang elo ya Dit buat deket sama Dito atau siapapun. Tapi satu yang perlu lo inget, kadang lingkungan bisa mempengaruhi kepribadian sampai sikap seseorang." mendengar penuturan Ciara, Dita semakin bungkam. Gadis itu kehilangan kata-kata, seakan tak mau mengelak dan membenarkan semuanya.
Ciara kembali menghela napas, "Gue cuma takut lo ngalamin apa yang gue rasain dulu Dit."
Dita menggigit bibir, merunduk kecil agak menciut.
Ciara menipiskan bibir, memilih diam dan tak membahas lagi.
"Tapi semoga aja Dito nggak kaya Gavin ya," Ciara tersenyum simpul, menepuk-nepuk pundak Dita membuat sang empunya mendongak.
Dita tersenyum, memeluk Ciara merasa terharu.
"Udah pelukannya?" sindiran itu membuat keduanya sadar, refleks melepaskan pelukan.
Ciara menyengir, menggaruk tengkuknya tiba-tiba kikuk.
"Balik sama Dita?" tanya pemuda itu sembari mengalihkan pandangan ke arah Dita.
Ciara menggeleng kuat, "Nggak. Dia aja mau balik bareng Dito."
Bisma mengangkat sebelah alis tinggi, kemudian tersenyum kecil saat sadar sesuatu.
"Yuk balik." ajaknya sambil mengulurkan tangan. Ciara melotot, mengisyaratkan Bisma agar tak melakukan itu.
Bisma yang mengerti kontan terkekeh pelan, menurunkan tangan kemudian.
"Yaudah bawa sini minumnya, gue aus." ujarnya kembali mengangsurkan tangan ke hadapan Ciara.
Gadis itu meringis kecil, menyodorkan botol air mineral dengan kikuk.
Bisma tersenyum kecil, geleng-geleng kepala setelah menerima uluran itu.
"Lain kali kalo nungguin Dito jangan bareng Ciara Dit, malu-malu kan dia jadinya." Bisma melirik Ciara, menyeringai jahil setelahnya.
Ciara menggeram pelan, mencuatkan bibir bawahnya merasa sebal.
"Ha? Apasih?" Dita hanya bisa melongo, menatap kedua orang itu secara bergantian.
Ini kenapa sih?!
Yang cewek pipinya merah terus senyum malu-malu gitu, nah yang cowok malah asik senyum lebar sok merekah gitu.
Apaan dah?
Tolonglah, Dita merasa jadi orang terbodoh di dunia saat ini!
****
A/n:
Oke aku ada pantun nih
Masak aer biar mateng
CAKEP
HEHE MAKASIH MAKASIH <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir My Love✔
Fiksi Remaja(COMPLETED) [ALKANA SERIES] Jika setiap orang sangat menanti datangnya kurir paket, maka berbeda halnya dengan Ciara. Ciara benci kurir, apalagi kurirnya pemuda itu. selengkapnya bisa langsung ke prolog..