---0---
Pulang sekolah ini aku pergi ke loker terlebih dahulu sebelum jalan bareng Susi dan Mia. Katanya, mereka ingin pergi ke Mall untuk jalan-jalan. Aku menyimpan buku cetak yang masih di pakai untuk keesokan harinya di dalam loker karena berat jika aku masukkan ke dalam tas dan di bawa ke mana-mana nantinya.
Saat aku membuka loker dengan cepat, di sana sudah tertera cokelat dan sebuah surat kecil dengan kertas berwana biru. Itu warna kesukaanku.
Aku gak bermaksud sok romantis, tapi cokelat ini emang aku siapin buat kamu.
Hanya sebuah tulisan singkat tanpa jelas nama pengirimnya, namun aku langsung bisa menebak kalau cokelat itu adalah pemberian Naufal. Setelah itu, aku segera pergi ke depan gerbang sekolah karena mereka sudah menungguku di sana. Tadinya, aku ingin menghampiri Arkan terlebih dahulu dan juga Naufal karena sedari tadi aku tidak bertemu dengan Naufal. Mungkin saja Naufal sedang sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi Olimpiade nanti.
Aku kira hanya aku, Susi, dan Mia saja yang akan pergi untuk jalan-jalan. Ternyata mereka mengajak Darent dan Galih yang sudah siap berdiri di samping mereka masing-masing. Terkutuklah kalian berdua! Aku merasa tidak enak kalau ikut bergabung, kalau saja mereka bilang pergi nya mengajak Darent juga Galih, aku pasti sudah menolaknya.
Hey, kalian pernah gak jalan bareng teman-teman kalian tetapi mereka membawa pasangan masing-masing? Aku yakin mereka memang berpasangan, entah mengapa pikiranku se-negatif itu pada mereka. Dengan sangat berat hati aku ikut mereka pergi menggunakan mobil milik Darent, pergi tanpa melihat Naufal dan Arkan terlebih dahulu.
"Darent, ternyata lo baik banget ya. Gue seneng deh, bisa kenal sama lo." sahut Susi yang sengaja duduk di belakang Darent yang tengah menyetir mobil.
"Santai aja Kak Susi, saya juga seneng kok bisa main bareng gini." jawab Darent santai.
"Eh, kok Naufal nya nggak ikut?" ku tanya mereka.
"Lagi sama Kak Falsi tuh, di perpustakaan." jawab Galih.
Aku hanya terdiam. Sejak tadi juga aku sudah menduga kalau Naufal pasti sedang bersama kakak kelas itu.
"Kayak nya tuh cewek beneran nge-fans deh, sama Naufal sampe rela-relain pulang terlambat." ujar Mia.
"Biarin aja, yang penting kan Kak Mia sama saya di sini." ujar Galih sembari menengok ke arah Mia dan tersenyum.
"Galih gombal, ah!"
Ku lihat Mia sepertinya menyukai Galih yang juga sebagai teman dekatnya Naufal, sedangkan Susi menyukai Darent. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa mereka bisa menyukai teman-teman Naufal, padahal di awal-awal mereka sangat menyukai Naufal. Apakah karena sikap Naufal yang dingin kepada mereka, sehingga membuat mereka berpaling dan mengincar teman-temannya?
Ah, Naufal. Jika kamu bisa bersikap dingin kepada kedua temanku, kenapa kamu tidak bersikap dingin kepadaku?
---0---
Kami pergi ke Mall yang menurut Susi dan Mia bisa membuat suasana menjadi lebih menyenangkan. Aku yakin pernyataan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang tengah merasakan senang karena mempunyai perasaan yang berbeda.
Aku melihat ponselku untuk mengecek aplikasi chat online (LINE), kali saja ada yang menghubungiku. Entah Naufal atau pun Arkan, tapi yang ingin aku temui sekarang adalah Naufal.
Masih ingat tentang bagian dari dirinya yang sudah membuatku senang kemarin. Tentang bagaimana merasakan nikmatnya bermain hujan, menari, dan tertawa bersama di jalanan. Ternyata setelah aku membuka LINE, ada pesan masuk tertera di sana beberapa detik yang lalu. Ini masih pesan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naufal
Genç Kurgu"Tugasku adalah buat kamu seneng," kata Naufal. Aku hanya senyum-senyum sendiri saat itu, membebaskannya berbicara tanpa ragu. Tapi itulah yang selalu dilakukan Naufal agar tidak terlalu kaku saat bersamaku. Bagiku, dia itu orang pertama yang...