21. Pangeran Abu-abu

294 32 5
                                    

"Karena tugas Pangeran adalah membahagiakan Tuan Putri."

____________________________________

Seperti biasa, aku selalu pergi ke loker sebelum masuk kelas karena ada beberapa barang yang harus aku simpan di sana. Aku juga membawa bekal makan sendiri yang ibu siapkan sesudah subuh, tadi.

Sedangkan yang mengantarkanku ke sekolah hari ini adalah ayah. Lengkap sudah kebahagiaan yang aku harapkan dengan keberadaan ayah, ibu, dan ditambah Naufal yang kini menjadi orang diantara mereka.

"Hah!" Saat aku membuka loker, di dalam sudah tertera satu botol minum berwarna merah. Aku tidak tahu siapa yang menaruhnya di dalam lokerku, setahuku yang sering membuat kejutan seperti ini adalah Naufal.

Maka, aku segera mengambil botol minum itu dan aku buka apa isinya. Pada saat aku menyentuhnya, botol tersebut terasa hangat. "Susu cokelat," Aku tersenyum saat melihat isi dalam botol minum tersebut, yang ternyata isinya sebuah susu cokelat hangat.

Tidak lupa juga, ada sebuah kertas mini yang berisikan kata-kata 'selamat menikmati' yang tulisannya bisa ku tebak. Aku hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum, karena yang mengirim minuman ini pasti Naufal.

"Cha, ngapain senyum-senyum sendiri di situ?" tanya seseorang yang hendak membuka lokernya juga sama sepertiku.

Aku tersentak kaget, kemudian menggelengkan kepala dan menoleh ke arah sumber suara.

"Nggak apa-apa kok, senyum kan ibadah," Ternyata yang berdiri di sampingku itu adalah Susi.

"Iya, tapi kalau senyum-senyum sendiri mah kayak orang gila!"

Aku tertawa, memandang Susi sambil memegang erat botol minum itu. "Kalau gila nya dibikin seneng sih, nggak apa-apa kali, ya!"

"Lo lagi seneng, Cha, ampun!"

"Udah ah, jangan bahas," ujarku, mengalihkan pembicaraan agar tidak keterusan.

"Oh iya, katanya besok ada jadwal baru, ya?" ku tanya Susi.

"Nggak tahu. Buat ujian selesai Olimpiade nanti kali, Cha." jawab Susi.

Aku kembali menutup loker, begitupun dengan Susi yang seusai meletakkan sebuah dus bag yang berisikan baju olahraga.

"Oh, ya udah, deh!" Aku juga meletakkan baju olahragaku di loker supaya ranselku tidak terasa berat akan beban.

"Lo bawa bekal? Tumben," seru Susi ketika melihatku membawa botol minum tersebut.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum kecil saja. Kami jalan beriringan menuju kelas sambil sesekali mengobrol seperti biasanya.

"Eh Cha, lo beneran lagi deket banget sama Naufal?" tanya Susi.

Selalu saja, Naufal menjadi perbincangan diantara perempuan-perempuan di sekolah terutama kami berdua. Padahal, dulu aku tidak tertarik sama sekali dengan gosip-gosip yang menimpa murid 712.

"Kalau emang bener gue deket sama Naufal, lo cemburu sama gue?" ucapku sambil tertawa, niatnya meledek Susi yang tadinya nge-fans banget sama Naufal tetapi sekarang sudah tidak lagi.

Susi bergidik sambil memejamkan matanya sekejap, kemudian menoleh ke arahku dengan tatapan serius. "Gue nggak lagi-lagi deh, nge-fans sama cowok kayak Naufal. Udah jutekin gue, singkat, tapi murah senyum, kan aneh, Cha?" jawabnya.

"Hahaha," Aku tertawa mendengar jawaban Susi yang sepertinya tidak tahu apa-apa soal Naufal. "Sebenernya, Naufal itu baik, nggak kayak gitu."

"Baiknya sama lo doang, sedangkan sama gue kayak nggak suka gitu!"

Naufal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang