1| Murid Baru

1.3K 40 0
                                    

"Lancar kaji karena diulang. Liat kamu lagi kok jadi sayang."

Pukul 4 kurang lima belas menit.

Sudah hampir setengah jam Aster duduk termenung sendiri didepan toserba. Pasalnya hujan terlalu deras untuk dilalui oleh sepeda miliknya. Aster benci situasi ini. Ia bangkit mendekati jalan, kemudian menengadahkan tangannya keatas, merasakan rintik air hujan membasahkan tangannya. Ia tersenyum, setidaknya rasa segar ini sedikit mengatasi rasa bosan yang ia rasakan.

Suara deru motor besar mendekati toserba tempat Aster saat ini, matanya mengikuti pergerakan motor itu, hingga motor itu berhenti di toserba itu juga. Pengendaranya turun dari motor, namun helm yang ia kenakan tak dilepas olehnya. Perawakan tubuh pengendara motor ini seperti orang yang sangat Aster kenali.

Hujan mulai mereda, Aster merasa sepeda kesayanganya sudah dapat ia kendarai sekarang. Ia dekati sepedanya yang terparkir didekat motor besar itu. Saat hendak membelokkan sepedanya Aster sedikit kesusahan karena posisi sepedanya begitu tersudut dengan jalan yang ditutup motor itu. Mau tidak mau Aster hampiri pemilik motor itu, meminta agar sedikit memindahkan posisi motor.

"Mas, bisa tolong pindahin motornya sedikit, soalnya sepeda saya mau keluar." Pinta Aster sopan. Pengendara motor itu membuka helmnya. Aster sangat terkejut, ia tidak salah, ia memang mengenali si pengendara ini.

"Adnan—"

Laki-laki itu tersenyum tipis, "Aster. Kok lo bisa ada disini?"

Aster diam sejenak berusaha menenangkan dirinya. "Tolong pindahin motor lo, gue mau pulang."

Adnan tak mengubris permintaan Aster. "Jawab gue dulu Ter, bukannya lo gak mau balik ke Jakarta lagi?"

"Nan plis pindahin motor lo, sepeda gue gak bisa lewat." Ucap Aster dengan nada tinggi, matanya tajam menusuk. Karena matanya itulah, Adnan menggeserkan sedikit posisi motornya untuk jalan sepeda Aster.

***

Adnan memacu gas kencang setelah melihat Pak Kemal mulai menarik pintu gerbang sekolah. Alhasil, dengan kemampuan tempuh Adnan yang luar biasa, ia dapat lolos di detik-detik terakhir tarikan gerbang pak Kemal. Adnan memarkirkan motornya secara asal, segera ia melepas helm dan berlari menuju ruang kelasnya. Setelah lolos dari satpam yang over protective, Adnan masih harus berhadapan dengan guru BK yang menunggu kedatangan murid-murid terlambat di koridor sekolah, melihat itu Adnan melemparkan tas nya di pos satpam.

"Pak Kemal titip tas ya." Adnan segera berlari menuju lapangan sekolah. Disana murid-murid sudah mulai membentuk barisan. Ini adalah hari pertama tahun ajaran baru, hari ini adalah hari pertama Adnan menyandang status sebagai kakak kelas.

Adnan kebingungan tidak tau dimana ia harus bergabung. Ia tidak tahu ia termasuk ke kelas mana, karena tadi ia tidak sempat melihat papan pengumuman pembagian kelas, namun matanya menemukan dua lelaki barbar karibnya, Fero dan Zaki yang sedang melambai tangan manjah kearahnya.

"Woi gue kira lo bakal nerusin tabiat buruk lo dihari pertama sekolah." Fero menepuk keras pundak Adnan ketika lelaki itu baru saja mendekat.

"Diriku ini sudah berubah wahai sobat." Ucap Adnan balas menepuk pundak Fero.

"Adik kelas bening-bening euy." Zaki celingak-celinguk melihat siswi dengan seragam putih biru yang masih berkeliaran.

"Dasar playboy. Katanya kemaren 'hanya Siska yang ada dihati abang' sekarang matanya jelalatan liat yang bening-bening." Fero meneloyor kepala Zaki.

"Aduh." Ringis Adnan. Bu Emma memukul kepala Adnan dengan rotan kecil kesayangannya. "Kalian bisa diem gak. Upacara akan segera dimulai. Kalian itu sudah jadi kakak kelas, seharusnya kalian menjadi contoh yang baik buat adik kelas kalian, bukan kalian yang menjadi sumber keributannya."

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang