"Seberapa jauh pun engkau melangkah, seberapa kuat pun kamu menghindar, aku harus yakin bahwa kau akan kembali"
Adnan menjemput Aster lebih pagi hari ini, sudah beberapa hari ini ia tak diantar jemput oleh pak supir atas perintah nyonya muda. Akibatnya, Aster harus naik bis atau nebeng sama Adnan.Aster duduk menyamping di motor Adnan, tak seperti biasanya laki-laki itu belum berucap sepatah katapun. Biasanya sekedar menucapkan good morning bey sudah cukup untuk mengawali hari laki-laki itu, namun hari ini tidak. Aster mencoba biasa saja, tak menanyakan apa yang terjadi, ia memberikan tote bag berisi hoodie Adnan yang sudah ia pinjam dua hari yang lalu. "Nih, makasih."
"Oh. Iya." Jawab Adnan singkat membuat gadis itu mengernyitkan dahi. Adnan aneh hari ini begitu batinnya.
Setelah sampai sekolah pun Adnan berjalan tak menghiraukan Aster.
"Adnan!" panggil Aster merasa ditinggalkan.
Yang dipanggil menoleh malas, "Hm?"
"Tungguin." Aster berlari kecil berusaha menyeimbangkan langkahny dengan langkah Adnan.
"Lo cepetan makanya."
Jleebb, Aster tampak benar-benar bingung. Adnan menggunakan kata lo-gue bagi Aster terdengar benar-benar kasar.
Sesampainya dikelas pun Adnan langsung keluar. Menyisahkan Aster dengan seribu tanda tanya.
"Adnan kenapa sih?" tanya Aster usai Adnan pergi pada duo sejoli sahabat Adnan dibelakangnya itu.
"Kenapa dia emang?"
"Gue gaktau, kok lo malah balik nanya sih."
***
Lepas bel istirahat berbunyi, Adnan langsung keluar tanpa mengajak Aster. Lagi-lagi Aster mencoba biasa saja. Ia malah mengajak Vanya ke kantin.
"Kantin yuk Van!"
"Yuk. Gue laper Ter." Vanya merangkul Aster, membuat gadis itu tertunduk-tunduk. Aster lebih tinggi dari Vanya, namun malah Vanya yang lebih sering merangkulnya.
"Ter tau gak sih—," belum selesai Vanya berbicara, kalimatnya telah dipotong oleh Aster.
"Enggak."
"Ih Aster nyebelin banget, gue belum selesai ngomong."
"Hehehe, iya. Apasih Van?"
"Tau gak kalo sebenarnya air putih itu warnanya bening bukan putih. Hahahahah," Usai Vanya mengatakan itu, kelakar tawanya menggelegar membuat orang yang disekitarnya ikut tertawa juga.
"Tuhkan Vanya, receh banget humor lo. Nyesel gue dengernya."
"Eh Ter, Ter!"
"Apa lagi?"
"Tuh, tuh, Liat Adnan tuh." Vanya menunjuk-nunjuk Arah depan Aster. Aster menolehkan matanya kearah tunjuk Vanya.
Adnan sedang bersama Miranda didepan kelasnya, tak seperti ia bersama Aster tadi pagi. Bersama Miranda, Adnan nampak renyah sekali. Miranda juga tampak senang karena ada Adnan. Kelas Miranda memang bersebelahan dengan kantin, jadi Aster dapat melihat langsung kejadiannya.
"Kenapa Adnan? Biasa aja ah Van."
"Iiiih Aster ini tuh gak biasa aja tau. Semua orang tau Adnan pacaran sama lo, liat dia ngacuhin lo demi adik kelas itu namanya gak biasa."
"Biarin aja dia. Gue gak secantik si Mira, gue gak serenyah Mira. Mungkin dia bosen sama gue yang lempeng-lempeng aja."
"Oh jadi ada yang minder nih yeee." Zaki memaksa duduk disamping Vanya meledek Aster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Novela Juvenil[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...