"Targetmu terlalu tinggi, harusnya kamu sadar diri."
Tiiiiiin. Suara klakson mobil membangunkan tidurAster. Aster cepat keluar dari kamarnya dan membuka pintu depan harap-harap itu suara mobil papanya. Benar, ayahnya pulang hari ini. Satu jam sebelum hari ulang tahun Aster berlalu, bukan main senangnya gadis itu. Segera Aster berlari menuju garasi mobil, menyambut ayahnya.
"Papaaaa!" Aster teriak memeluk laki-laki yang tampak sangat lelah itu.
"Aster? Kok kamu belum tidur sayang?" Papa aster memang begini, selalu memanjakan anak semata wayangnya ini. Aster sayang ayahnya, maka dari itu ia bertahan hingga sekarang. Satu hal yang Aster tidak sukai dari ayahnya ini, Aster merasa ayahnya masih menyayangi ibu kandungnya yang tidak perduli mereka itu, padahal dahulu Aster sudah memiliki ibu pengganti yang baik, namun malah disia-siakan oleh ayahnya.
"Aster kebangun Pa. Papa kok tumben pulang?" Aster mengharap jawaban ayahnya pulang karenanya, karena hari ini adalah hari ulang tahun Aster, atau karena ayahnya begitu merindukan Aster.
"Besok Papa ada meeting sama klien. Kebetulan lokasinya dekat sini, jadi papa nginep dirumah aja. Besok pagi papa berangkat lagi."
"Ohgitu, gak ada alasan lain ya Pa?"
Laki-laki itu tersenyum mengernyitkan dahi. "Ohya!"
Aster tersenyum manis, berharap ayahnya tidak lupa. "Apa Pa?"
"Sekolahmu gimana? Betah sama temen-temennya?" Harapan Aster menyimpang, dugaannya benar-benar salah.
"Biasa aja, temen-temen juga baik." Aster menjawab dengan nada kecewa.
"Yaudah yuk sayang, Papa capek mau tidur." Ayah Aster menarik pergelangan kecil anaknya itu.
Aster berhenti, menahan keras tarikan itu. "Papa gak inget hari ini hari apa?"
"Hari Minggu, besok Senin. Udahlah sayang, yuk kita ngobrol didalem aja. Disini dingin." Benar, Ayah Aster tak mengingat apapun tentangnya. Bukan udara yang terasa dingin bagi Aster, melainkan hati papanya. Bukan dimakan usia, melainkan ayahnya selalu memaksakan diri untuk bekerja, membuatnya lupa hari-hari berharga.
Aster masih tak melangkah dari tempatnya. "Papa inget gak hari ini tanggal berapa?"
"Kamu kenapa sih sayang? Besok kamu mau sekolah, ayo cepat tidur."
Aster masih menahan tangannya. "Hari ini Aster ulang tahun Pa. Papa gak inget?" ucap Aster lirih, air matanya sudah tak terbendung lagi.
Melihat putrinya menangis, Ayahnya Aster segera memeluk gadis itu. "Maafin papa sayang. Papa lupa, papa terlalu sibuk nyari uang buat masa depan kamu. Papa minta maaf sayang."
"Aster gak mau uang papa, Aster gak butuh kekayaan yang berlimpah. Aster cuma mau dapet kasih sayang dari papa, Aster sayang papa."
"Maafin papa sayang, besok biar papa yang anter jemput kamu ya sayang?"
Gadis itu masih menangis di pelukan ayahnya. "Kata papa besok papa harus pergi lagi?"
"Biar Papa nebus kesalahan papa sayang. Besok biar papa yang antar jemput kamu sekolah, abis pulang kita makan diluar." Ayahnya berusaha membujuk gadisnya itu. "yaudah sekarang yuk kita masuk, nanti kamu bisa masuk angin sayang."
***
Pagi ini, Aster siap gesit sekali. Aster senang akhirnya ia bisa seperti anak-anak lainnya. Akhirnya ia bisa merasakan masih memiliki sosok ayah dalam hidupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Ficção Adolescente[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...