15| Selamat Ulang Tahun Sayang!

453 15 1
                                    

"Just promise with me, say you wont let go, still here with me."

Sudah sejak tengah malam tadi Aster tidak tidur, menunggu kabar dari papanya. Walaupun terkesan jahat, ayah Aster itu takkan pernah melupakan kapan hari lahir putrinya. Tidak hanya menunggu ucapan selamat ulang tahun dari papanya, sebenarnya Aster juga menunggu notifikasi chat dari Adnan. Bagaimana tidak, laki-laki itu tidak mengiriminya pesan apapun setelah pulang kemarin. Tidak seperti Adnan biasanya, Adnan berubah menjadi sangat cuek, bahkan ia meninggalkan Aster demi pergi bersama Miranda.

Aster keluar dari kamarnya, pergi ke kamar mandi. Meninggalkan handphone-nya dikamar, berharap nanti ketika kembali sudah banyak yang mengiriminya ucapan selamat ulang tahun. Ketika usai mandi, Aster kembali ke kamar lagi. Benar, banyak notifikasi pesan masuk.

Alih-alih pesan dari papa atau Adnan, malah Zaki yang mengirimi spam chat padanya. Aster mengernyit bingung, ia buka room chat dengan Zaki.

Si otak geser :

Ter!

Asteeerrr!!

Satu panggilan tak terjawab.

Bales cepet

Nyesel nanti lo

Tadi malem Adnan sparring lagi

Parah banget kondisinya

Satu panggilan tak terjawab

Satu panggilan tak terjawab

Yaampun Aster angkat

Aster lo dimana sekarang

Lo gak mau nengokin Adnan

Mukanya Adnan bonyok semua

Aster!

Lo dimana??

Melihat isi chat itu Aster langsung menghubungi Zaki, berulang kali pula ia mencoba tapi tak diangkat oleh Zaki. Aster panik, kenapa pula si Adnan ini sering sekali membuat masalah. Aster segera mengambil tas selempangnya, ingin pergi mencari dimana lokasi mereka. Bersamaan dengan Aster membuka pintu, Bi Ira juga mengetuk pintu kamar Aster.

"Astaga! Kaget aku." Aster terkejut karena begitu membuka pintu sudah ada Bi Ira didepan mukanya.

Bi Ira terkekeh pelan. "Non Aster, ada cowok nyari Non Aster di teras."

"Siapa Bi?"

"Bibi gak kenal non." Sudah dapat dipastikan bahwa laki-laki itu bukan Adnan, Bi Ira mengenal wajah Adnan. Bi Ira sudah lama bekerja dengan keluarga Aster, Adnan sering datang kerumah Aster dulu.

"Yaudah kalo gitu, Aster pergi keluar dulu. Kalo ada kabar dari Papa, Bibi tolong cepat telpon Aster yah."

"Baik non."

Aster keluar menemui laki-laki yang mencarinya itu.

Aster mengernyitkan dahinya begitu melihat wajah Zaki didepan pintu. "Kok lo tau rumah gue Zak?"

"Adnan yang ngom—," Zaki memenggal kalimatnya, seolah salah berucap, "-mong"

"Adnan dimana?"

"Dirumahnya." Aster bingung bukannya laki-laki itu tak mau pulang jika sedang berada dalam masalah. Kalau parah pun pasti Adnan pergi ke rumah sakit sendiri, lalu mengapa dia ada dirumah jika keadaanya parah.

"Kok gitu? Katanya dia parah?"

"Udah cepetan ikut gue kerumahnya. Biar Adnan sendiri yang jelasin nanti."

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang