"Aku tidak minta dikasihani, aku hanya ingin kau mengerti bagaimana situasi dan kondisi ku saat ini"
Seperti biasa, Adnan menjemput Aster terlambat lagi. Dengan kecepatan cahaya yang Adnan miliki, untung saja mereka bisa melalui tikungan mautnya Pak Kemal. Kini keduanya tengah berlari menuju kelas agar tak terlihat oleh Bu Emma.
Aster mengeluarkan sekotak susu rasa vanila dari dalam tasnya.
"Mana yang punya aku?" Adnan menengadahkan tangannya seraya meminta susu yang Aster pegang.
"Beli sendiri."
"Ih pelit kamu." Adnan merampas sekotak susu yang dipegang Aster kemudian berlari cepat menuju kelasnya. Melihat sarapannya diambil, Aster ikut berlari mengejar. Ia sama sekali belum mengonsumsi apapun hari ini. Aster sengaja melewatkan sarapan pagi ini, ia enggan mengawali harinya dengan melihat wajah Sarah dan jenisnya.
"Adnaaan! Balikin ah." Begitu Aster masuk kelas, ia langsung melihat laki-laki itu menghabiskan sarapannya. "Yah Adnan. Terus gue sarapan makek apa dong." Aster merebut kotak susu kosong itu dari pegangan Adnan.
"Nih." Adnan memberikan sebatang coklat besar kepada gadis itu.
Aster ambil coklat kemudian dilihatnya keseluruhan. Ia sama seperti gadis lainnya ia juga begitu menyukai coklat. "Sarapan makek ini mana kenyang. Yang ada entar gue sakit gigi."
"Siapa yang nyuruh kamu makan coklat buat sarapan, aku ngasih kamu buat dimakan nanti. Emang kalo kamu minum susu itu kamu bakal langsung kenyang?"
Aster menaruh tas, kemudian duduk serampangan. "Yah seenggaknya perut gue gak bunyi-bunyi."
"Yadeh maap, nanti aku traktir kamu pas jam istirahat." Adnan mengacak-acak rambut gadis itu. Sementara yang diacak memayunkan bibir, matanya berkaca-kaca.
"Jangan nangis kan aku udah minta maaf." Adnan memukul pelan bahu gadis itu, giliran begini mudah sekali air mata Aster mengalir, coba jika ia terharu rasanya air mata itu membeku. "Pagi-pagi makan coklat gak papa kok. Buat kamu yang udah manis, makan coklat bisa tambah manis. Aku yakin bentar lagi disini pasti banyak semutnya, kamu manis banget soalnya."
Aster berdecak sebal, ia buka lapisan-lapisan kertas coklat itu, kemudian melahapnya hingga tinggal kertasnya.
"Katanya makan coklat gak bikin kenyang, kok malah dihabisin."
"Gue laper bego. Kalo gue sakit gigi nanti awas lo."
"Iyaiya, tapi kata orang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati."
"Gak mau dua-duanya."
"Tapi bagi aku yang paling parah ngadepin kamu PMS. Ampun deh ngeri banget." Adnan bergidik ngeri, kemudian mengeluarkan buku yang ada dalam tasnya. Persiapan mau tidur nanti.
***
Bel pulang baru saja berkumandang. Bak semut keluar dari kandang, semua siswa berhamburan keluar.
"Kamu temenin aku bentar ya." Adnan meminta pada gadis itu.
"Nan gue gak tahan lagi. Sejak makan coklat yang lo kasih tadi, gue gak ngitung seberapa kali gue ke toilet."
"Ya maaf. Abis kamu gak mau tadi aku ajak makan ke kantin."
"Gimana mau ke kantin kalo nanti pas makan perut gue mules lagi. Yang ada nanti mereka tambah jijik liat gue."
Adnan menghembuskan nafas gusar. "Temenin aku, janji deh nanti kalo kamu mules aku cariin toilet umum."
"Gak mau ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Teen Fiction[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...