"Barangkali dirimu membatu, aku tidak akan menjadi air yang terus menggerusmu, karena aku tau terus menggerusmu akan membuatmu semakin rapuh."
Sudah sedari awal Bu Meri masuk, kepala Adnan tak lepas dari mejanya. Menurut Adnan guru muda itu menjelaskan materi seperti dongeng pengantar tidur. Iapun tak kuasa menahan rasa kantuknya setiap Bu Meri memulai kegiatannya.
Adnan bukan tipe cowok seperti cowok-cowok famous lainnya, yang tidak pernah belajar namun ia pintar. Adnan adalah cowok bengal yang sudah tau otaknya lemah tapi enggan untuk mangasah. Lihat sekarang, ia lebih memilih tidur ketimbang paham sedikit materi yang disampaikan.
Berkali-kali ia menahan rasa kantuknya itu, mulai dari menggombali Aster, berceloteh sendirian, sampai menanyakan hal yang tidak perlu ditanyakan kepada guru itu. Pernah waktu itu Aster bertanya pada Adnan, jam pelajaran apa yang tidak ia sukai. Adnan pun tak segan-segan menjawab ia tidak suka semua jam pelajaran kecuali jam olahraga dan jam kosong.
Memang jika si anak begajulan ini disuruh memilih satu jam duduk dikelas tanpa mengantuk atau sepuluh jam pelajaran olahraga, pastilah Adnan memilih pilihan kedua. Adnan itu atlet, ia menguasai semua macam cabang olahraga. Jadi tak heran jika ia disukai oleh Pak Tarno, Adnan pun menjadi anak kebanggaan guru yang terkesan keras itu.
Adnan menegakkan kepalanya. "Ter, Ter!" panggilnya.
Aster menoleh malas, ia sedang menyimak penjelasan dari Bu Meri. "Apa?"
"Manggil aja, lupa mau ngomong apa." Adnan kembali menyenderkan kepalanya ke meja.
Aster berdecak sebal, membuang waktunya saja menoleh kearah Adnan. "Apaan sih, gak jelas banget."
Tiba-tiba kepala Adnan berdiri lagi. Menoleh ke belakang. "Zak, Zak. Gue udah jadi K-Pop kayak lo deh." Aster membusungkan dada kearah Zaki.
"Ohya? Biasin siapa?" Zaki adalah fanboy garis keras. Ia tak segan-segan buang uang untuk menghadiri konser idola kesayangannya.
"Bias itu apa? Ooohh, suka sama siapa ya?"
"Iya gitulah."
"Gue suka sama itu looh, si J—," Adnan tampak berfikir keras, "Oh iya itu, J—Jo—,"
"Joy?" Zaki menebak.
"Nah iya itu, si Joy. Tapi dia baru putus sama si member EXO EXO itu. membernya BlackPink kan si Joy itu? gue tau lo lagunya yang liriknya nennenene SOLO itu." Mata Adnan berbinar, seolah telah menemukan sesuatu yang luar biasa.
Zaki memukul kepala Fero, sontak membuat laki-laki itu terkejut kesal. "Apaan sih Zak."
Kemudian Zaki memukul kepalanya sendiri, "Itu Jennie Nan, Jennie bukan Joy. Joy itu membernya Red Velvet. Lo ngosong jangan bilangin K-Pop lah."
"Nah iya itu maksud gue tadi. Kan lo yang bilang si Joy, gue lupa namanya."
"Udahlah gak usah ngomongin pacar-pacar gue yang ada di Korea. Tuh mending lo sama Aster yang jutek amat tu." Zaki meringis karena tingkah Adnan. Sementara Fero terkikik geli dengan ulah dua orang ini.
"Kalian yang dibelakang bisa diam?" Suara Bu Meri tegas, menampakkan aura segan bagi mereka.
"Maaf Bu." Ucap Adnan lirih.
"Sebentar lagi bel istirahat bunyi, ibu menyisakan waktu beberapa menit ini untuk bicara dengan kalian. Pertama-tama ibu mau minta maaf, karena ibu akan mengambil izin satu minggu kedepan—," yess, yess, belum selesai Bu Meri berbicara terdengar suara-suara kecil dari barisan belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Teen Fiction[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...