12| Peluk dan Luka

496 14 3
                                    

"Bahagilah sekarang dia dengan kamu. Tak mengapa tinggalkan saja aku. Namun suatu saat nanti entah bersama siapa akan kubuktikan bahwa engkau setidaknya meneteskan setitik cairan karena mata kita beradu. Ingat, karyaku kan membunuhmu!"

Duo sejoli, Zaki dan Fero telah merusak mood pagi Adnan. Bagaimana tidak, mereka membangunkan Adnan disaat laki-laki itu sedang berselancar di dunia mimpi. Rumah Adnan punya segala apa yang mereka mau.

"Nan lo ganti password wipi ya?" Tanya Zaki yang sedari tadi gagal tersambung pada sambungan internet rumah Adnan.

"Hm." Jawab Adnan malas.

"Pelit banget sih, apa dong sandinya?"

"Tanggal ulang tahun Aster."

"Mana gue tau tanggal berapa, bego. Emang gue emaknya apa."

"Ulang tahun Aster bulan berapa?" Fero ikut berkecimpung dalam dialog mereka.

"Bulan tiga."

"Tanggal?"

"Enam belas."

"Woi itu minggu depan bego. Lo gak mau ngasih-ngasih surprize gitu?"

"Emang kini tanggal berapa?" Tanya Adnan masih dengan mata tertutup.

"Tanggal sembilan."

"Oh iya."

"Ohiya? Dasar cowok gak peka!" Fero membanting bantal mengenai tubuh Adnan.

"Jangan sakiti aku bwang." Adnan mengatakan kalimat itu dengan lebay.

"Maba yuk. Geli gue denger kalian."Zaki setelah bisa tersambung pada wifi Adnan, langsung berkutat pada handphone-nya.

"Kalian aja. Gue males, adek mau lanjut bobo lagi bwang."

Adnan menarik kembali selimutnya. Belum lama setelah itu, handphone-nya berdering, menampilkan nama tuan putri sebagai pemanggil.

"Halo?"

"Lo dimana Nan?"

"Dirumah kenapa sayang?"

"Lagi sibuk?"

"Free for you, sayang."

"Yang bener Nan."

"Iya bener yang."

"Bisa temenin gue?"

"Kok pakek nanya, emang ada jawaban lain selain bisa."

"Gue tunggu dirumah."

"Otw yang."

"Yaudah, gue tutup yah."

"see you. Sayang."

Adnan mengisi daya baterai handphone nya. "Woi cepetan balik. Gue mau pacaran."

"Apaan sih yang." Fero mengikuti apa yang Adnan ucapkan saat menerima telpon tadi.

"Baru juga dateng yang, baru login, malahan."

"Gue lagi sibuk. Pulang sana,"

"Free for us." Lagi-lagi Fero mengikuti ucapan Adnan.

"Balik gak? Gue telpon medusa nanti mau?"

"Iya-iya bentar. Kita keluar bareng lo aja."

***

Seperti yang Adnan duga, Aster sudah duduk menunggunya di teras rumah.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang