2|Kita Balikan

832 33 1
                                    

"Jangan tanya padaku kenapa harus kamu, jawabanku pasti karena hanya kamu."

Langkah kaki Aster menggebu, tangannya ditarik cepat oleh Vanya. "Cepet Ter. Lokasi kelas kita paling ujung, gue gak mau kita dihukum karena telat masuk kelas." Dia Vanya teman baru Aster.

"Nah itu anak baru-nya Nan." Zaki menunjuk kearah Aster, Aster mencoba menormalkan deru nafasnya.

Sontak Adnan menolehkan kepalanya. "Aster." Satu nama terucap dari mulutnya.

"Lo kenal dia Nan?" tanya Fero.

Aster jalan tergopoh mendekati bangkunya, duduk, kemudian mengambil botol minum dari dalam tasnya. Aster melihat ada orang disampingnya. Ia tersenyum, kemudian mengulurkan tangan. "Hai, gue Aster. Semoga kita bisa akrab." Ucapnya pada laki-laki yang membelakanginya itu.

Laki-laki itu menoleh. Aster terkejut. "Senang bertemu denganmu lagi, Aster. Semoga kita bisa cepet baikan dan balikan."

Fero dan Zaki terkejut. "Tunggu, tunggu, balikan? Kalian udah saling kenal dan pernah pacaran?" Fero menginterogasi.

"Gak."

"Iya."

"Aster, seriusan lo mau duduk disana? Bangku sebelah gue masih kosong. Mending lo duduk sama gue, daripada deket tiga begajulan ini." Vanya duduk didepan Aster.

"Enak aja lo ngatain kita begajulan. Emang hidup lo udah bener?"

Aster bangkit, mengangkat tasnya ingin pindah. "Gak lo harus duduk disini Ter." Adnan memegang tangan Aster, meminta agar menetap disebelahnya.

"Gue gak mau deket sama lo." Aster berusaha melepas cengkraman Adnan, namun gagal.

"Gue mau, gue baik-baik aja duduk bareng mantan. Lo kok gak mau, oh lo masih baper sama gue? Ngaku lo. Ternyata rasa lo besar banget sama gue ya. Ayolah Aster itu hanya masa lalu."

"Apaan sih lo, terserah gue dong mau duduk dimana."

"Adnan biar Aster duduk sama gue, kok lo maksain anak orang sih. Dianya aja gak mau sama lo." Vanya menarik tangan Aster yang lain.

Aster kembali duduk, berusaha tenang. "Lepasin tangan gue Nan."

Setelah Adnan melepas tangannya, Aster cepat bangkit dan ingin berlari. Melihat itu Adnan sengaja menggeserkan meja Aster, membuat perempuan itu terjatuh, lututnya menumbur meja dengan keras.

Adnan berusaha menahan tawa, kemudian bangkit menjulurkan tangannya kearah Aster. "Aster bakat ngibul lo masih labil. Udah gue bilang, lo harus duduk sama gue."

"Adnan kasar banget sih jadi cowok." Zaki membenarkan posisi meja Aster.

Aster berusaha berdiri tanpa menerima tangan Adnan. Namun sulit. Melihat itu, Adnan langsung menarik paksa Aster agar berdiri. "Gak usah sok jual mahal deh Ter."

"Aster lo gak papa?" Vanya membantu Aster berdiri.

"Gak papa kok Van. Gue duduk sama lo ya."

"Gak papa apanya, lutut lo berdarah tuh." Adnan menarik Aster. "Ikut gue." Tak ada pilihan lain selain Aster mengikutinya, tangan Aster ditarik begitu keras oleh Adnan.

***

"Aww." Ringis Aster. Adnan membawanya ke UKS, mengobati luka Aster yang disebabkan olehnya.

"Maaf." Ucap Adnan.

Suasana kembali hening, terasa sangat canggung bagi keduanya. Sudah lama mereka tidak berdua. Sejak insiden itu Aster pergi ke Bandung, sementara Adnan menetap di Jakarta. Dan selama waktu berjalan mereka baru bertemu saat ini.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang