6| Insiden

579 25 0
                                    


"Semakin aku menyukaimu semakin aku tau banyak tentangmu, kukira itu takdir, ternyata itu hanyalah hasil dari usaha keingintahuanku."


Minggu siang ini Aster habiskan waktunya berkutat dengan buku. Bukan buku nonfiksi ataupun buku tebal contoh-contoh soal yang harus dipecahkan. Melainkan setumpuk novel dari beragam penulis favoritnya. Hidup Aster memang begini, penuh dengan drama. Tak heran jika ia sering menerapkan apa yang ia baca ke kehidupannya, seperti mengambil peran dalam sebuah skenario, Aster adalah seorang drama queen.

Handphone Aster berbunyi membuat gadis itu bergerak membukanya. Senuah nomor yang tak terdaftar dikontaknya menghubunginya. Aster angkat telepon itu.

"Halo? Siapa ya?"

"Siang. Apakah benar ini nomornya Mbak Aster pacarnya Adnan yang paling ganteng sedunia?" Tanya si penelepon narsis, karena suaranya Aster langsung menebak bahwa ini adalah Adnan.

"Maaf salah nomor, saya tutup ya."

"Eh, eh jangan ditutup dong Ter! Masa sih nomor telepon pacar sendiri gak di save."

"Entar gue save. Mau apa?"

"Kok nanya-nya gitu sih. Emangnya gue harus mau sesuatu dulu buat ngehubungin pacar gue?"

"Gue belum resmi jadi pacar lo ya. Inget yang ada rasa itu lo bukan gue." Aster membohongi dirinya sendiri, padahal ia pindah kembali ke Jakarta karena Adnan. Entah masih ada sisa rasa cinta atau karena masih cinta.

"Iya deh maaf pacar."

"Ngapain nelpon?"

"Lo sibuk nanti sore?"

"Iya sibuk banget."

"Oke tunggu ya. Bentar lagi gue otw."Adnan tak menghiraukan jawaban Aster.

"Otw kemana?"

"Kerumah lo lah."

"Ngapain, kan gue bilang gue sibuk."

"Siap-siap ya, gak usah dandan rapi-rapi. Pake trening sama kaos biasa aja. Jangan lupa sepatu kets-nya"

"Dih ogah banget."

"Sampai nanti sayang." Adnan memutuskan teleponnya. Aster menyimpan kontak Adnan.

***

Jam 4 tepat, Adnan menekan bel rumah Aster. Berkali-kali ia melakukannya namun tak ada respon dari si pemilik rumah. Adnan mencoba menelpon Aster. 'ceklek' suara knop pintu terbuka. Adnan menoleh, seorang perempuan yang tampak muda keluar dari rumah itu. Pakaiannya sedikit kurang cocok untuk pakaian rumahan, Adnan pikir mungkin perempuan ini akan pergi.

"Aster-nya ada?" tanya Adnan pada perempuan itu.

"Siapa ya? Temannya Aster?"

"Iya-" Adnan bingung ingin memanggilnya apa, melihat penampilannya ingin Adnan memanggilnya tante tapi nanti perempuan ini tersinggung.

"Ada kok didalem. Panggil aja nanti juga bakal keluar tuh anak." Kemudian Sarah melenggang meninggalkan Adnan di teras rumahnya.

Adnan mengerutkan dahi, jelas itu bukan kakaknya Aster. Adnan tau Aster adalah anak tunggal dikeluarganya, mungkinkah itu ibu baru Aster tapi rasanya tidak. Namun jelas sekali dari perempuan itu memperlakukan tamu, Adnan tau dia bukanlah orang yang baik.

"Aster!" Teriak Adnan kesal dari depan pintu.

"Aster!!" Teriak Adnan tak sabaran.

Aster keluar dengan keadaan lusuh, matanya sembab. "Apaan sih lo teriak-teriak di rumah orang."

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang