"Yang menyakitkan bukanlah rindu, melainkan jarak yang terasa sepihak"
Aster membuka pintu mobil dan lekas keluar dari dalamnya setelah Adnan memarkirkan mobil didepan rumah Aster. Adnan mengikuti gadis itu, jujur ia sedikit merasa bersalah karena kejadian tadi.
"Maaf dan makasih ya Ter."
"Buat apa?" Aster menoleh.
"Maaf udah buat lo kesel dan makasih udah nemenin gue."
"Iya."
"Beneran iya? Tapi lucu deh liat lo kayak tadi. Gue jadi tambah sayang."
"Gue gak."
"Gue balik ya." pamit Adnan.
"Hati-hati. Gausah ngebut."
"Siyap bossque. Kalo gue telpon nanti angkat yah."
"Dih males banget."
Adnan membunyikan klakson mobilnya, melambaikan tangan kearah Aster, kemudian memacu gas kencang.
"Dibilangin jangan ngebut juga. Gue ngomong masuk telinga kiri keluar telinga kiri, mental percuma aja." Aster mengumpat melihat kelakuan Adnan. Kemudian Aster masuk kerumahnya.
Keadaan rumah Aster berantakan, ia sedikit mengerutkan keningnya. "Bi Ira?" panggil Aster pada asisten rumah tangga nya. Sejak Aster kecil, Bi Ira sudah berkerja dirumahnya. Bi Ira mengenal Aster dengan sangat baik begitupun sebaliknya. Aster tau Bi Ira tidak tahan melihat rumah berantakan, tapi mengapa keadaan rumah saat ini seperti ini.
Wanita paruh baya berlari kecil menuju Aster. "Iya non, ada apa?" tanyanya.
"Kok tumben rumah berantakan kayak gini sih bi? Biasanya bibi gak tahan liat rumah berantakan."
"Duh maaf banget nih non. Sudah berapa kali bibi beresin, tapi tetep aja adiknya nyonya muda berantakin lagi."
"Adiknya Sarah?" Aster tak mau memanggil Sarah dengan panggilan Mama. Baginya wanita itu terlalu kotor untuk menjadi seorang ibu.
"Iya non, adiknya nyonya muda. Mungkin umurnya sekitar 5 tahun. Tadi nyonya muda pulang sama ibu dan adiknya, pakai bawa barang-barang segala."
"Oh yaudah bi, makasih. Tolong diberesin lagi aja ya bi, soalnya nanti kalo ada tamu malu liat rumah berantakan kayak gini."
"Iya baik non."
Aster menaiki tangga, buru-buru menuju kamaranya. Ia buka knop pintu. Aster terkejut melihat kamarnya seberantakan ini, ada perempuan kecil sedang memainkan boneka-boneka diatas tempat tidur Aster.
"Oh my god! Anak siapa sih ini."Aster mendekati anak itu, menariknya keluar dari kamar Aster.
"Bi Iraa!!" panggil Aster pada pembantunya lagi.
Perempuan paruh baya yang belum pernah Aster lihat keluar dari kamar tamu seberang kamar Aster. Perempuan itu menarik anak yang dipegang Aster. "Nana ngapain kamu disana?" Kata perempuan itu.
Aster tambah kebingungan lagi, karena ia sama sekali tidak mengenal perempuan ini. Sarah keluar dari kamarnya. "Ngapain sih teriak-teriak."
"Siapa mereka?" tanya Aster.
"Oh kenalin ini mama gue dan ini adik gue namanya Nana." Sarah memang tak tau diri, ia benar-benar mengajak keluarganya tinggal bersama dirumah papa Aster.
"Ngapain lo ngajakin mereka kesini?"
"Gue kan udah bilang mau ngajak keluarga gue buat tinggal sama-sama disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Teen Fiction[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...