28| Bagai Dunia Game

18 3 0
                                    


"Siapkan sepuluh peluru dalam berperang, satu untuk musuh dan sembilan untuk penghianat."

Begitu Aster membuka pintu yang dirasanya benar, buuuggkk satu pukulan keras di pangkal kepalanya sontak membuat pertahanan diri gadis itu runtuh, Aster kehilangan kesadaran dirinya. Setelah ia pastikan korbannya benar-benar tak sadar semakin mudah baginya melakukan aksi.

Setelah beberapa saat Aster kehilangan kesadaran, ia terbangun dengan keadaan kepala sedikit pusing. Remang-remang ia melihat seseorang didepannya. "Vanya?" sebutnya serak-serak tak yakin.

Orang didepan Aster itu tergelak keras sekali. Sambil membawa satu balok kayu, ia berdiri kemudian berjalan mengelilingi Aster. Aster terduduk tak berdaya, kedua kaki dan tangannya diikat kuat, ia terdudukpun dikursi kayu keras. "Hai Aster? Kenapa kaget liat gue disini baik-baik aja?"

"Vanya apa-apaan ini? lo boongin gue?"

"Hahahahaha, kenapa? Lo pikir gue beneran diculik? Emang ada orang disekap boleh main handphone?"

"Vanya lo jangan main-main. Gue yakin ini prank kan, lo mau pansos di Instagram. Vanya ini sama sekali gak lucu, lepasin ikatan gue."

Praakk, tangan Vanya menepis pipi Aster sontak membuat gadis itu diam tak percaya dengan apa yang dilakukan Vanya. "Kenapa lo itu baik banget sih, lo emang baik atau pura-pura baik? Oh lo takut kalo lo kehilangan satu-satunya temen lo? Lo gak punya temen kan disekolah selain gue? Hahaha selamat datang di dalam dunia Vanya, Aster. Enak gak digosipin, dibully, diejek, dijauhin, diacuhin, dan gak pernah terlihat sama temen-temen satu sekolah? Haha game nya seru ya, anak-anak bodoh banget ngapain juga percaya sama selembar kertas dimading."

"Mading? Jadi lo pelakunya?"

"Iya. Kenapa? lo kaget banget emang. Biasa aja lagi, itu baru awal Ter. Lo udah bikin gue sakit melebihi itu."

"Kenapa Van? Kenapa lo lakuin ini semua? Kenapa lo mau jatuhin nama baik gue."

"Uluululuulu," Vanya menjambak satu bagian rambut dikepala Aster. "Aster Natusha Alkania gak sadar sama kesalahan yang udah dia lakuin."

Mata Aster berkaca-kaca. Untuk kesekian kalinya ia dihianati, hatinya yang telah hancur ini mungkin akan lebih remuk selanjutnya. "Kenapa lo lakuin ini semua ke gue Van? Kalo gue ada salah sama lo gue minta maaf. Apapun itu gue nyesel Van, maaf."

Mata Vanya menjelalak menatap Aster tajam, kemudian senyum sumringah ala kemenangan terpampang lebar diwajahnya. "Maaf? Nyesel? Gak guna lo nyesel. Karena sekarang lo bukan apa-apa selain mainan gue." Vanya menarik dagu Aster, membuat gadis itu mendongak kearahnya, "Lo emang gak tau diri Ter."

"Vanya, kita itu sahabatan. Siapa yang nyuruh lo buat ngelakuin ini ke gue? Gue yakin ini bukan diri lo yang sesungguhnya Vanya. Vanya yang gue kenal bukan lo yang sekarang."

Lagi-lagi Vanya tertawa, "lo kebanyakan nonton drama korea ya? ini gue, dan yang paling gue benci disekolah itu lo Aster."

Aster tersenyum kecut, "Oh ternyata gue salah, gue salah nilai orang kayak lo. Dasar psikopat gila."

"Ya bagus Aster, ini yang pengen gue denger dari mulut lo yang sok suci itu. Apa? Coba sekali lagi lo ucapin?"

"PSIKOPAT GILA!!!" Aster berteriak hingga suaranya benar-benar menggema digedung ini.

Vanya berjalan cepat kearah Aster, menarik dagu gadis itu, kemudian mengangkat tangannya, ingin melayangkan tamparan pada pipi gadis itu. Aster menutup kedua matanya, bersiap akan tamparan Vanya. Namun, tangan Vanya tertahan saat hendak menampar Aster.

"Keano?" kedua alis Vanya bertautan begitu melihat sosok Keano ada disini. "Kenapa lo ada disini?"

Kedua tangan Keano mengamankan Vanya. "Nan cepet lepasin ikatan Aster!" Pinta Keano pada Adnan yang berada didekat Aster.

"Hahaha kalian jadi balik ngejebak gue?"

"Apa alasan lo ngelakuin semua ini ke Aster?" Keano menginterogasi Vanya, masih dengan menahan kedua tangannya agar ia tidak lari.

Vanya tersenyum sinis kearah Aster, kemudian balik menatap Keano. "LO!!" kemudian ia menatap Adnan lagi, "dan LO!!"

"Kalo alasan lo itu mereka, kenapa lo tega ngehianati gue Van?" Aster angkat suara didekapan Adnan.

"Ya karena lo. Sadar gak sih gue itu ngeharapin salah satu dari kalian buat suka sama gue. Ken kita itu udah saling kenal sejak SMP dan sejak itu juga gue udah suka sama lo, lo emang gak pernah nyadar dengan keberadaan gue, gue terima karena ini emang perasaan gue doang, lo gak salah karena ini cinta sebelah tangan. Dan akhirnya kita masuk ke SMA yang sama, gue seneng banget waktu gue tau itu, tapi kita gak sekelas, gue sekelas sama Adnan. Oke, gue mulai usaha buat move on dari lo, karena gue suka sama orang lain. Orang itu adalah Adnan, kenapa lo itu gak perasa banget sama perasaan gue sih Nan? Gue itu udah nyoba segala cara buat jadi pacar lo, tapi kenapa lo gak peka. Gue coba buat baik-baik aja, dan lo tau pas kenaikan kelas kita sekelas lagi itu gue seneng banget Nan, gue pikir gue bakal punya banyak waktu buat ada sama lo. Tapi apa, dia ngehancurin semua harapan gue di—," Vanya menggantung kalimatnya karena Aster langsung menyanggah pernyataannya.

"Lo bisa bilang ke gue Van, bukan gini caranya."

"Diem lo!! Gue gak mau dia duduk sama lo Nan, gue berusaha buat jauhin dia dari lo, gue gak suka sama dia. Maka sejak hari itu gue mulai ngejebak dia, gue tau bus arah rumahnya gak bakal dateng pas waktu kita pulang, gue sengaja ninggalin dia sendirian di halte sepi. Tapi pas gue ngelihat kebelakang dia pulang sama Keano, gue turun dari bus terus ngikutin mereka, dan Keano beneran nganter dia pulang. gue bener-bener benci sama dia, mereka baru kenal dan udah akrab gitu sementara gue, gue udah kenal Keano sejak SMP. Mulai dari hari itu gue selalu ngikutin Aster kemanapun dia pergi, gue tau apa yang terjadi sama keluarganya, gue muak sama dia. Gue ngerasa belum cukup nyiksa dia dengan masalah mading, sampai hari ini gue mau nyiksa dia, biar kalian berdua nyesel. Gue mau bikin kalian berdua nyesel, lihat gue sekarang. Bukan Aster, gue pengen kalian berdua liat gue." Vanya menjelaskan semuanya pada mereka tanpa ia sadari sebuah kamera ponsel merekam semuanya sejak awal juga.

"Oke gaaeiss, sampe segitu dulu live kita, kalian udah pada dengerkan sama apa pengakuan Vanya. Harap bijak, dan sebaiknya kalian minta maaf sama Aster." Ucap Zaki menutup layar ponselnya. Malam tadi, saat dirumah Adnan Fero meminta banyak temannya untuk mencarikan hacker yang bisa meretas akun gosip terpopuler di SMA nya. Alhasil, berkat banyak temannya ia bisa menemukan hacker itu, bahkan dalam waktu beberapa menit password akun itu sudah ada ditangannya untuk berjaga-jaga.

Mendengar Aster menelpon tadi, Adnan langsung menghubungi Fero, Zaki, termasuk Keano untuk menemani Aster. Ia curiga tadi, mungkin Vanya akan menjebak Aster kali ini. Ternyata benar, untung saja Aster cukup jadi gadis penurut. Ia mengikuti semua permintaan Adnan. Begitu sampai Aster juga takut masuk gedung ini sendiri, makanya dia menunggu didepan gedung menunggu kedatangan Adnan agar masuk bersama-sama usai membuka pagar besi berkarat itu.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang