9| Aster Natusha Alkania

470 16 0
                                    


"Namanya cobaan memang banyak, kalo dikit namanya cobain"

"Adnaaan!" Pekik Aster lepas melihat Adnan terduduk lesu didekat motornya.

Mendengar suara Aster Adnan tersenyum, mencoba berdiri namun gagal. Aster berlari menghampirinya. "Lo ngapain sih pakai acara nyerang-nyerang segala. Sok kuat banget, liat nih muka lo bonyok semua." Oceh Aster melihat kondisi Adnan penuh dengan luka lebam, sebelah mata Adnan bengkak akibat tonjokan Ernest tadi.

Zaki, Fero, Viko, dan teman-teman Adnan yang lain ikut datang menjemput Adnan. Melihat kondisi Adnan, tidak mungkin laki-laki itu bisa membawa motor sendiri.

"Biar gue aja yang bawa motor lo, lo pulang diboncengin Viko aja." Pinta Zaki.

"Tenang Nan, Aster baik-baik aja sama gue."

Adnan melemparkan kunci motornya pada Zaki. "Gue gak bisa pulang kerumah dalam kondisi kayak gini. Nyokap gue gak bakal terima."

"Yaudah kalo gitu ke kosan gue aja dulu Nan."

"Anak mama tukang buat masalah, gak cocok sama label Nan."

"Udah cepetan, lukanya bakal infeksi kalo gak cepet diobatin." Aster yang sedari tadi bantu menopang Adnan meminta agar mereka cepat membawa Adnan.

***

Usai sampai di kos-kosan Viko, Adnan di dudukkan di tempat tidur, disebelahnya ada Aster. "Kak Viko punya kotak P3K?"

"Gak lengkap sih cuma antibiotik sama obat merah doang." Bentar gue ambilin.

"Lo pulang gih Ter, udah malem gak baik anak gadis sendirian di kosan cowok." Adnan meminta Aster untuk pulang.

"Bentar gue obatin luka lo dulu."

"Nih. Udah malem jangan ngebucin mulu." Viko menyodorkan kotak putih kecil berisi obat-obatan.

Aster mengambil kotak itu, membukanya kemudian mulai mengoleskan cairan pada luka-luka Adnan. "Aw." Adnan meringis perih.

"Maaf, maaf."

"Udahlah Ter, kita bisa urusin Adnan disini. Pulang gih, gue takut makin banyak fitnah muncul untuk ngejelekin nama baik lo." Zaki memberi saran.

"Iya iya, bawel banget sih kalian."

"Nan gue pinjem motor lo ya." Fero mengambil jaket dan kunci motor Adnan. "Jangan pelit amat Nan. Buat cewek lo juga."

"Fer!" panggil Adnan.

"Apa lagi?"

"Jaket gue kasih ke Aster."

"Ah elah gue juga dingin Nan."

"Bulu lo kan tebel nyet. Buru kasih ke Aster, jaket punya gue juga."

"Enak aja lo ngatain bulu gue tebel. Gue aduin lo ke nyak gue nanti." Fero memayunkan bibirnya. "Nih Ter. Dasar Adnan bucin."

***

Adnan tak masuk sekolah hari ini. Pagi-pagi sekali ia menelpon Aster, meminta agar gadis itu tak berbuat macam-macam disekolah, meminta Aster ini dan itu. Adnan juga sengaja tak masuk sekolah agar menghindari hukuman karena bolos kemarin.

"Asteeeer!" Zaki memanggil Aster hiseteris.

"Apaan sih Zak. Budeg lama-lama gue sekelas sama lo."

"Lo udah liat mading?"

"Kenapa mading kenapa?" Aster bergerak menuju Zaki, melihat ekspresinya tampak isi mading benar-benar menggemparkan. Aster berlari melihat apa yang membuat Zaki histeris seperti itu.

Sudah ada Fero didepan mading sedang berdebat dengan Shasha, kakak kelas mereka. Fero berusaha melepaskan sebuah kertas yang tertempel didalam mading. Melihat itu Aster buru-buru berjalan kearah mereka.

"Ada apa Fer?" tanya Aster pada Fero yang tampak menyembunyikan sebuah kertas dibelakang punggungnya.

"Gak ada apa-apa kok Ter."

"Apa? Jangan buat gue penasaran deh. Zaki bilang ada sesuatu di mading."

"Gak ada apa-apa Ter."

Aster berusaha mengambil sesuatu yang Fero sembunyikan. Dapat. Kertas yang disembunyikan Fero dapat diambil oleh Aster. Aster buka segumpal kertas itu untuk melihat isinya.

Aster tercengang melihat isinya. Ada foto Aster yang sedang mengobati Adnan saat bersama teman-temannya di rumah Viko kemrin malam. Dibawah foto itu tertulis Siapa yang kenal cewek ini? Benar dia adalah Aster Natusha Alkania. Si anak baru yang bakal jadi bibit pelacur. Kalian tau? Ini adalah foto Aster saat lagi main bareng om-om. Ngapain sama om-om? Ngapain lagi kalo bukan buat nyari duit.

Aster mundur selangkah kemudian melihat siswa lain yang menatapnya dengan tatapan menjijikan.

Dasar wanita jalang.

Pelacur mah gak usah makek sekolah lagi.

Dasar anak dunia malem, mainnya sama yang berduit doang.

Pantesan dia pindah sekolah.

Jalang gini mah gak bisa dibiarin sekolah di Bima Sakti.

Semua kalimat itu terdengar oleh telinga Aster, secara tidak langsung hatinya teriris kembali. Aster tau ini fitnah namun ia tak berdaya. Pola pikir mereka salah, memang disana hanya wajah Aster yang terlihat. Wajah Zaki, Viko, Fero, bahkan Adnan yang sedang Aster obati tak terlihat wajahnya. Di foto itu Aster terlihat sedang membelai lembut wajah laki-laki, tetapi sebenarnya Aster sedang mengoleskan antibiotik pada luka Adnan.

"Ini gak bener. Kalian jangan percaya sama hoax kayak gini." Keano tiba-tiba datang dari belakang Aster.

"Keano?" Shasha terlihat bingung ditempatnya. "Oh jadi gitu. Gak ada Adnan lo godain si Keano?" Shasha menuding Aster yang terdiam ditempatnya.

"Kak Shasha itu semua hoax. Aku gak mungkin jadi orang yang kayak gitu." Aster ingin membela dirinya, memberitahu kebenaran yang sesungguhnya.

"Mana ada maling yang mau ngaku. Sekalipun itu bukan lo, ngapain coba malem-malem dikelilingin sama banyak cowok di kos-kosan. Yakin lo cewek bener?"

Aster hanya menunduk, tak membantah apapun. Ia hanya berusaha menahan emosi terhadap semua tuduhan yang mengarah pada dirinya.

"Shasha! Jangan nuduh Aster sembarangan. Gue tau lo juga sering main di dunia malam, lo gak bisa nuduh dia seenaknya tanpa mendengarkan penjelasannya dulu." Keano tetap membela Aster.

"Ken. Oh ayolah, bukti apa lagi yang kurang? Lo gak liat foto ini jadi buktinya? Gue sering keluar malem, oke gue akui itu. seenggaknya gue gak sok suci kayak dia." Shasha memainkan rambutnya. "Ayolah kalian buat para cowok buka mata coba lihat, apasih yang buat kalian begitu tertarik sama cewek modelan dia. Adnan, Keano, siapa lagi yang bakal lo embat hah?" Shasha menarik dagu Aster, sejak tadi Aster tertunduk malu, malu dengan apa yang tidak ia perbuat.

"Cukup Shasha!" Bentak Fero menghentikan kakak kelasnya itu, mereka memanggil Shasha dengan tidak hormat. Tak ada embel-embel untuk menggambarkan Shasha adalah orang yang patut mereka segani, apalagi macam rombongan begajulan ini.

"Siapa yang buat dan nempel ini dimading?" Keano menarik secarik kertas yang dipegang Aster, kemudian mengangkatnya agar terlihat oleh semua orang.

Mereka semua menggeleng.

"Siapa?" tanyanya lagi.

Lagi-lagi mereka menggeleng dan mengedikkan bahu.

"Kalian gak tau apa-apa, kalian gak tau apa kebenarannya, kalian gak tau apa yang terjadi, jadi jangan sok tau. Perlu gue kasih tau ke kalian, kalian bakal nyesel udah ngatain Aster kayak gini." Keano menarik Aster pergi dari sekumpulan siswa penasaran itu.

"Semuanya bubar!" Pinta Fero.

Berpasang-pasang mata masih ingin melihat adegan tadi lagi. Jiwa-jiwa penasaran masih bergentayangan ditempat itu. Mereka menatap Aster dengan terheran-heran.

"Bubar!" Pekik Fero sekali lagi. Malah dihadiahi dengan sorakan mengejek dari siswa-siswa tukang gosip di Bima Sakti.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang