Seminggu setelah kejadian Vanya mengakui semua kesalahannya, sekolah terasa berbeda dari biasanya. Sekolah yang dahulu menjadi tempat menakutkan bagi Aster kini berubah menjadi tempat yang menyambutnya hangat. Semua teman-temannya meminta maaf pada Aster, bahkan sekarang ada adik kelas yang memberikan minuman soda kepadanya.
Tetapi Vanya? Tidak ada kabar lagi dari gadis itu selain kabar kepindahannya usai masalah itu. Keadaan menjadi terbalik sekarang, semua orang beradu tekak tentang Vanya. Ada yang mengatakan bahwa Vanya tidak sepenuhnya salah, adapula yang begitu menghujat Vanya. Bagi Aster, Vanya tetaplah temannya, Vanya pernah mengisi album dalam hidupnya. Dimanapun dia berada sekarang, semoga dia bahagia.
"Hai sayang!" Sapa Adnan sembari menarik tangan Aster, mengajaknya entah hendak kemana.
"Apaansih Nan. Malu tau, gak usah lebay deh."
"Abis kamu itu gemesin banget, bawaannya pengen kantongin aja."
Aster menghela nafas kemudian melenggang pergi, meninggalkan Adnan dengan segala bualannya.
"Eh Ter, sayangkuu. Cintanya aku, ihh kok kamu malah ninggalin aku sih. Tungguin dong, ahelah." Adnan ingin ikut berlari mengejar Aster, namun sebelah tangannya ditahan oleh Fero.
"Kantin yuk cuk."
"Gue mau ngejar pacar dulu cuk."
"Jangan ngebucin mulu deh mentang-mentang ada temen bucinnya. Mending lo liatin temen lo yang satu itu, udah dibilang penyesalan selalu datang diakhir, liat dia sekarang merana tebar pesona." Fero menunjuk kearah Zaki yang merenung, jika ada cewek lewat malah digombalinya.
"Yaudah yuk ke kantin. Zakiiii sayaangg amkaminggg!" Adnan berangkulan dengan Fero berlari kuda kearah Zaki, mereka sangat pas disatukan menjadi sekumpulan sahabat. Lebih tepatnya sekumpulan berandalan yang absurd.
Zaki menolehkan kepala kearah mereka berdua. Kemudian mengernyit jijik, "hiiiihh, temen-temennya lucin hiyuuuu."
Sadar dengan apa ucapan Zaki, Adnan dan Fero saling pandang kemudian melepaskan masing-masing rangkulan. "Gue punya pacar." Ucap Adnan dengan ekspresi menjijikan itu.
"Hiyuuu, gue juga masih demen sama cewek."
"Yaudah kalo gitu, hayuk kita kekantin bareng-bareng!" sesudah ia mengomentari sikap Adnan dan Fero, Zaki malah ikut merangkul kembali keduanya. Trio lebay ini berjalan seperti jalan kuda menuju kantin. Melihat tingkah absurd mereka ini, mungkin orang yang menyukai mereka adalah orang yang mata dan otaknya sudah tidak normal.
Zaki duduk kembali usai memesan makanan pada ibu kantin. Meja mereka kini ramai, karena mereka tadi langsung bergabung bersama anak komunitas.
"Eh eh, gue ada pertanyaan." Viko menepuk-nepuk meja seraya meminta agar fokus mereka kepadanya. Setelah dirasa semua manik itu melihat mukanya, ia mengatakan sesuatu. "Denger baik-baik ya, eh tapi gue lupa mau nanya apa."
Mendengar apa yang Viko ucapkan sontak semua laki-laki itu mengeluh resah, "ah elah bang, receh bener deh lu."
"Hahaha, hidup itu jangan serius mulu."
"Harus serius dong bang, kalo hidup lu main-main mulu entar ketikung sama yang serius bang. Ditinggalin, kelar hidup lo." Zaki baper sekali-sekali membuka suara.
"Etdah nih bocah. Kenapa sih lu Zak?" komunitas mereka memang komunitas yang tidak menegangkan, semua isinya adalah cowok-cowok absurd tukang buat onar, anehnya semuanya jadi idola.
![](https://img.wattpad.com/cover/181053474-288-k330888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster
Teen Fiction[UPDATE TIGA KALI SEMINGGU (SELASA, KAMIS, MINGGU)] "Sekalipun cuma lo laki-laki yang ada di dunia ini, gue gak bakal bisa percaya lagi sama lo." -Aster Natusha Alkania "Sekalipun gak ada lagi yang bisa percaya sama gue lagi di dunia ini, gue bakal...