NOTE : BACA SETIAP PARAGRAF YA READERS, JANGAN DI SKIP. AKU UDAH CAPEK CAPEK NGETIK NIH. JANGAN LUPA VOTE JUGAK
Aku mau ngabsen, siapa yg udah nambahin ke reading list? 💞
Banjiri komen di setiap paragraf ya, 10k vote atau 1k komen, lanjut
Bacanya sambil rebahan, duduk, atau terbang? 😂
Satu kalimat untuk author?
***
Damai; keadaan dimana hanya ada aku sendiri, tanpa cibiran orang lain
***
Raga sangat bersyukur, semalem ia tidak jadi bertemu dengan calonnya. Pertemuan ini diundur menjadi malam ini. Namun ada satu hal yang membuat Raga geram sendiri. Orang tuanya bilang jika calonnya itu setuju dijodohkan dengan dirinya.
'Apa pesona gue segitu hebatnya ya, sampe bikin dia setuju. Padahal kita aja belom ketemu. Oh, atau dia salah satu fans gue?' batin Raga. Banyak sekali pertanyaan yang bersarang dikepalanya. Namun, Raga tak mau ambil pusing. Dia masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah selesai bersiap, Raga langsung menuju meja makan, yang sudah ada kedua orang tuanya beserta seorang anak perempuan dengan kuncir kudanya yang khas. Raga menikmati sarapannya, sambil sesekali menggoda Yaza.
"Mah, pah, Yaza berangkat sekolah dulu." Yaza menggendong tas kecilnya, sambil menyalami tangan kedua orang tuanya. Saat melewati Raga, anak kecil itu hanya melirik sebentar, lalu mengabaikan Raga kembali. Raga menarik tas adiknya dengan pelan, hingga adiknya kembali mundur.
"Eh, sini dulu. Kenapa kamu ngga salim sama abang?"
"Ngga, Yaza males sama abang," ucap Yaza dengan suara khas anak kecil, Yaza juga masih enggan menatap Raga.
"Lah, kenapa? Emang abang punya salah apa sama yaza?" Yaza langsung menatap Raga dengan tatapan tajam yang membuat Raga tersentak kaget.
"Es krim Yaza yang dikulkas abis. Pasti abang kan yang makan?"
"Astaga, jadi cuma itu?"
"Ihhh abangggg! Abang tau ngga sih, aku beli itu tuh pake duit tabungan aku, karena mama sama papa ngga mau beliin." Raga melirik kedua orang tuanya yang terkekeh.
"Yaudah, entar abang beliin lagi. Yang banyaakkkk banget. Kalo perlu, pabrik nya entar abang beli.""Janji?," tanya Yaza sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
"Kalo beli es krimnya, abang janji. Tapi kalo beli pabrik nya, abang usahain deh."
"Yeayy! Yaudah, Yaza berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Raga, nanti kamu langsung pulang ya. Inget, nanti malem ada pertemuan sama calon kamu," ucap mama Raga, yang langsung di angguki oleh Raga.
Raga berpamitan pada kedua orang tuanya, lalu menuju ke motor sport kesayangannya yang masih terparkir di garasi. Sebelum melajukan motornya, Raga melihat jam tangannya, dia menunggu jarum detik berada di angka dua belas, dan saat sudah menunjuk ke angka dua belas, Raga langsung manancap gas. Kali ini, target Raga adalah sebelas menit untuk sampai di sekolah. Karena, waktu masuk tinggal sepuluh menit lagi, sementara yang satu menit, ia gunakan untuk jalan dari parkiran menuju kelas. Raga memang tipe orang yang terlalu tepat waktu. Karena saking tepat waktunya, dia akan datang ketika waktu yang di sepakati tinggal sedikit. Raga melihat jam tangannya, dan benar saja, waktunya hanya sisa satu menit untuk masuk. Raga berlari sekencang mungkin, meloncati beberapa tempat duduk yang menghalangi jalannya. Untung saja, kelas Raga berada di lantai bawah, bukan di lantai atas. Karena Raga paling malas, jika harus naik turun tangga. Saat Raga duduk di kursinya, saat itu juga bel masuk pun berbunyi. Perhitungan yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Popular Husband [SUDAH TERBIT]
JugendliteraturDILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA INI YA. KALO YG CAKEP..... YA TETEP GA BOLEH ANJIR! FOLLOW DULU SEBELUM BACA:) Warning! : 1. banyak typo bertebaran dan akan segera dilakukan revisi 2. Part ini kebanyakan konflik yang cuma akan menguras emosi pe...