Cinta ; Rasa yang tak kasat mata, namun nyata - Dera&Raga
💍💐💍
Raga dan Dera baru saja sampai di apartemennya. Mereka segera memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat. Raga sudah selesai membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Raga duduk dipanggil ranjang sambil bertarung dengan pikirannya sendiri. Raga sudah tidak tahan dengan perasaanya sendiri. Ia harus mengungkapkan semuanya, agar bisa menemukan jalan keluar. Raga memutuskan untuk ke kamar Dera.
Raga berhenti didepan pintu kamar Dera, lalu menghela nafas pelan. Kemudian, ia membuka pintu dan memasuki kamar Dera. Terlihat Dera yang sudah berbaring miring kekanan sambil memeluk gulingnya, namun belum memejamkan mata. Raga menaiki kasur dan berbaring disamping Dera. Ia harus membicarakan semuanya. Raga ingin Dera tau mengenai perasaanya, dan Raga ingin tau bagaimana perasaan Dera. Mungkin, dengan ini hubungan mereka bisa semakin baik. Jika memang tidak ada kata Cinta, setidaknya mereka bisa saling terbuka mengenai perasaan. Dan Raga akan mencoba untuk mulai terbuka.
"Dera.""Hm."
"Gue mau ngomong sesuatu." Raga menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kembali ucapannya.
"Entah sejak kapan rasa ini muncul. Dan gue ngga tau pasti, ini Cinta atau bukan. Yang jelas, ada rasa ngga suka dihati gue waktu liat lo sama cowo lain. Bahkan, waktu liat lo sama Tito, gue sempet perang dingin sama dia. Dan gue lega, waktu Tito bilang kalo dia akan menutup perasaannya ke lo sebelum semakin besar. Sampai sekarang gue bingung sama perasaan gue sendiri. Gue ngga bisa bilang kalo ini Cinta, tapi gue juga ngga bisa mengelak, kalo gue ngga suka liat lo bisa bahagia sama cowo lain. Gue harus apa?."
Hanya keheningan yang terjadi. Raga melihat kearah Dera, dan ternyata Dera sudah tertidur pulas, terlihat dari nafasnya yang mulai teratur. Astaga, susah payah Raga mengeluarkan keberanian untuk mengutarakan ini semua, dan sekarang sia-sia. Raga pun hanya bisa menghela nafas kecewa. Ia memutuskan untuk tertidur disamping Dera sambil melingkarkan tangannya dipinggang Dera. Mungkin, jika besok keberaniannya masih ada, Raga akan kembali mengucapkannya, namun jika sudah hilang, biarlah semua kalimatnya tersimpan dalam hati. Akhirnya Raga memutuskan untuk ikut pergi ke alam mimpi.
💍💐💍
Dera membuka matanya, lalu melihat jam disamping yang masih menunjukkan pukul lima pagi. Awalnya, Dera ingin kembali tertidur. Namun, ia merasa ada sesuatu yang berat yang menimpa perutnya, dan saat dilihat itu adalah sebuah tangan. Dera menengok kebelakang, dan ia mendapati Raga yang masih tertidur pulas. Dera berpikir keras, mencoba mengingat kejadian semalam, yang bisa membuat dirinya dan Raga tidur dikasur yang sama. Dan akhirnya Dera ingat jika Raga ingin membicarakan sesuatu, namun ia tak sempat mendengar kelanjutannya dikarenakan kantuk yang sudah Dera tahan sejak di kafe. Dera pun tak ingin ambil pusing dan bangun dari tidurnya, namun sebelum itu, secara perlahan Dera menyingkirkan tangan Raga dari pinggangnya. Dera pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan. Sementara Raga baru bangun karena merasa Dera yang sudah tidak ada dalam dekapannya. Ia mencium aroma masakan yang lezat, makanya ia langsung turun ke dapur. Raga menemukan Dera yang sedang menata masakannya dimeja makan.
"Kan gue udah pernah bilang, gue ngga biasa makan nasi kalo pagi."
"Yang namanya sarapan itu, ya pake nasi."
"Iya, tapi gue maunya roti."
"Ngga ada, abis. Lagian lo tuh jadi cowo banyak maunya ya. Udah, buruan makan. Gue ngga mau makanan yang udah gue bikin capek-capek, kebuang sia-sia. Masih banyak orang diluaran sana yang pengen makan nasi, tapi ngga bisa. Bahkan harus mungutin beras dulu dijalanan. Lah lo, tinggal makan aja susah banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Popular Husband [SUDAH TERBIT]
Ficção AdolescenteDILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA INI YA. KALO YG CAKEP..... YA TETEP GA BOLEH ANJIR! FOLLOW DULU SEBELUM BACA:) Warning! : 1. banyak typo bertebaran dan akan segera dilakukan revisi 2. Part ini kebanyakan konflik yang cuma akan menguras emosi pe...