11. Kencan

14.6K 1.8K 61
                                    

"Oh."

"Iya. Tadi Aa telepon katanya udah pesenin ojol buat nganter makanan kemari."

"Ya udah, kamu makan dulu. Habis itu nanti kamu temani aku makan. Sekalian jalan-jalan."

"Ini beneran mau pergi?"

"Iya. Kamu nggak mau pergi?" tanyanya dengan kening berkerut.

Kugigit bibir bagian bawahku. Aku sebenarnya malas keluar rumah di akhir tahun. Mau di manapun, jalanan pasti macet. Namun, kali ini David yang mengajak. Kalau aku tolak, dia kecewa tidak ya?

"Memang mau jalan ke mana?" tanyaku akhirnya.

David mengusap tengkuknya. "Rencana sih ngajak makan siang dulu. Terus nanti jalan-jalan ke manalah terserah kamu. Agak sorean kita ke Kaliurang. Ke Turgo."

"Turgo? Ngapain?" Sejujurnya aku sendiri baru kali ini mendengar nama tempat macam itu. Apalagi tahu tempat macam apa dan apa yang bisa dilakukan di sana.

"Itu lho...Taman Lampion."

"Oh." Baru aku paham tempat macam apa Turgo itu. Memang belum pernah ke sana. Namun, aku sering mendengar obrolan teman dan para mahasiswa yang pernah ke sana.

Sedikit banyak aku punya gambaran tentang tempat itu. Sepenangkapanku, itu tempat di Kaliurang yang menyajikan wisata malam. Ada lampu-lampu, lampion...dengar-dengar ada balon udara dan sky rink-nya juga. Intinya itu wisata malam yang punya instagramable place sebagai daya jualnya. Kalau dari foto-foto yang selama ini kulihat dari Instagram dan Google sih keren. Cantik. Namun itu kan tergantung skill si pemotret juga. Katanya juga, kalau malam tahun baru seperti ini akan ada pesta kembang api. Cukup menggelitik rasa penasaran sih.

"Ya udah, makan dulu ajalah ya. Nanti gampang mau ke mana," kataku akhirnya. Kupersilakan David duduk di sofa. "Mau minum apa?"

"Apa ajalah yang ada."

"Mau yang dingin atau panas? Mau yang tawar, manis, asem, atau pahit?"

David tersenyum menahan tawa. "Air putih aja, Ta. Segelas cukup."

Aku mengangguk dan bergegas ke dapur. Kuambilkan segelas air putih dan kuberikan pada David. Kami duduk sebelahan di sofa panjang. TV masih menyala, sekarang menayangkan acara gosip tentang rencana para artis menghabiskan malam tahun baru mereka.

Aku hanya duduk diam dan merasa gugup. Aku jadi teringat ucapan David tadi malam. Semalam itu nyata tidak ya? Atau cuma khayalanku saja? Atau yang paling parah...nyata tapi sekarang David menyesalinya?

David meminum airnya dengan santai hingga setengah gelas. Setelah ia letakkan gelas itu ke atas meja matanya tertuju pada tv di hadapan kami.

Aku sebenarnya malas menonton acara gosip. Namun, tak berani memindah saluran. Mata David dari tadi tertuju pada tv. Mungkin dia bukan penikmat gosip dan apa yang ia lakukan sekarang hanya sebatas bentuk sopan santunnya. Bagaimanapun juga akulah tuan rumah di sini. Mungkin David berpikir kalau ia protes artinya tidak menghargaiku sebagai tuan rumah.

Aku sendiri lebih suka kartun dari pada acara gosip yang unfaedah!

Aku juga sebenarnya tak mau David berpikiran bahwa aku ini perempuan penyuka gosip. Aku tak mau dia berpikir bahwa aku ini tipe perempuan yang selalu repot memikirkan urusan orang lain. Apalagi orang itu tidak kukenal sama sekali.

Masalahnya...aku telalu grogi hanya untuk mengambil remot di atas meja dan memindah salurannya. Kalian tahu perasaan itu? Ketika kalian tak suka dengan acara di tv tapi tak punya daya untuk mengganti saluran hanya karena kalian sedang menontonnya bersama orang lain? Pernah? Pernah?

Status: It's ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang