Seorang Litahayu ketika ditanya saat wawancara kerja, kekurangan apa yang ia miliki, ia menjawab dengan lugunya bahwa ia merasa kecil. Merasa dunia ini terlalu besar untuknya yang tak tahu apa-apa. Lantas ketika ditanya apa yang dilakukannya untuk menyiasati kekurangan tersebut, seorang Litahayu menjawab dengan lantang bahwa ia suka membaca. Pikirannya terbuka untuk membaca segala macam informasi yang ada di sekelilingnya.
Lantas, sekarang, jika ada yang bertanya apa kekurangannya sebagai wanita, apa yang akan dijawab oleh seorang Litahayu?
Jawabannya adalah B.A.P.E.R.A.N.
Lantas cara apa yang akan dilakukan oleh seorang Litahayu untuk menyiasati kekurangannya itu?
T.I.D.A.K. T.A.H.U.
Sungguh rasanya aku mau menabrakkan kepalaku ke dinding kamar dengan wallpaper bergambar Piglet di belakangku ini. Hanya dengan mengingat gerakan sederhana David ketika menepuk kepalaku saja, rasanya aku mau pingsan karena lupa cara bernapas. Segala tatapan, senyuman dan semua ucapan 'ramah'nya padaku mampu membuatku hampir jungkir balik.
"AAAAAAA BANG DAVID NYEBELIN!"
Kulempar kencang bantal dalam dekapanku secara asal. Alas kepala itu akhirnya mendarat dengan ciamik di atas meja belajarku. Menyapu rata segala macam barang yang ada di sana hingga beberapa jatuh ke lantai. Termasuk paket skincare, parfum dan beberapa buku juga lampu belajar.
Aku menahan napas melihat akibat dari tindakan impulsifku. Masih untung lampunya tak pecah. Beberapa detik kemudian pintu kamarku terbuka lebar.
"Ya ampun, Ayu! Nanaonan (apa-apaan) kamu malam-malam begini jejeritan (menjerit-jerit)?" Lalu mata mama beralih pada barang-barang yang berserakan di lantai. "Naha ieu barang bet amarayah di handap. Teu pantes budak parawan amuk-amukan siga kitu." (Kenapa lagi barang-barang berantakan di lantai. Nggak pantas anak perawan ngamuk-ngamuk begitu.)
Aku hanya bisa mengangsurkan permintaan maafku melalui tatapan mataku ketika mama berjalan mendekat. Beliau lantas naik ke ranjang dan duduk bersandar di sebelahku.
"Neng geulis anak mama, kenapa?" tanya mama jauh lebih lembut. "Kenapa nama David disebut-sebut?"
Ya ampun! Malu rasanya kalau sudah begini. Sudah tahu kamarku tidak kedap suara, lancang berteriak. Sebut merk pula!
Aku hanya menggeleng lalu memeluk lengan mama yang tertutup kain daster lengan panjang. Kusembunyikan wajahku di sana. Lama kami terdiam. Hanya terdengar detik jam yang berlalu. Sebelah tangan mama yang bebas mengusap rambutku.
"David kayaknya anak yang baik ya, Yu?" Aku masih terdiam dan menyembunyikan wajahku. Tak mendengar tanggapanku, mama menghela napas perlahan. "Kayaknya David suka sama kamu."
Aku langsung menarik diri dan menghadapkan badanku sepenuhnya pada mama. "Nggak, ma. Bang David memang gitu orangnya. Orangnya ramah, baik sama siapa aja. Supel, temennya banyak. Pinter berkomunikasi pula sama orang banyak."
Mama tersenyum mendengar rentetan kalimatku. "Kenapa? Kamu naksir David ya?"
Aku langsung menggeleng cepat. Mama hanya diam dan menatapku. Kami beradu pandang. Hingga akhirnya aku mengerang dan kembali memeluk lengan mama lalu menyembunyikan lagi wajahku di sana.
"Neng, mama tanya, kamu naksir David?"
Butuh waktu satu menit penuh bagiku untuk akhirnya menganggukkan kepala di lengan mama. Lalu perlahan aku menarik diri lagi dan menatap mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status: It's Complicated
Ficção GeralSepuluh tahun yang lalu Tama menikah. Bersamaan dengan itu mamanya memberi kabar ingin mengadopsi seorang anak karena kesepian ditinggal suami dan Tama yang menikah. Tama setuju. Beberapa tahun berselang, siapa yang menyangka Tama begitu cepat ditin...