Epilog

2.4K 116 13
                                    

Awan masih terlihat begitu gelap. Pagi masih sangat buta. Dingin masih menyeruak. Menusuk tulang orang-orang pagi itu. Namun sepagi ini bunyi lesung telah berkumandang disana sini. Ayam juga telah berkokok sedari tadi.

"Ayo sebentar lagi sampai sayang"

Mosha menggenggam tangan Shima erat-erat. Ada sesuatu yang ingin ia tunjukan pada perempuan itu. Perempuan yang telah ia nikahi beberapa bulan lalu. Perempuan yang telah ia pilih menjadi pendampingnya kini.

"Dimana bang?"

"Ayo sini, sebentar lagi kita sampai"

"Tunggu sebentar bang, aku cape"

Mosha terkekeh. Ia mulai menggendong istrinya ala bridal style. Membuat Shima tertawa begitu lepas. Hingga tak sadar mereka telah mencapai tempat yang hendak mereka tuju. Mosha menurunkan Shima. Shima terperangah tak percaya pada apa yang ia lihat.

"Akasia? Natuna pagi hari? Bukit kesukaan kita?"

Air matanya mulai turun seketika. Ia hapus dengan kasar. Shima menatap Mosha yang ada di belakangnya. Di peluknya tubuh pria itu. Ia menggelayut pada pelukan Mosha. Mosha ikut memeluknya. Bahagia sekali rasanya melihat Shima yang begitu bahagia.

"Makasih"

"Suka?"

"Sangat. Aku nggak nyangka banget Abang bawa aku ke tempat ini lagi. Jalannya banyak berubah aku sampai nggak tau ini tempat yang dulu kita sering singgahi"

"Abang kan udah janji ke adik sewaktu kita belum berangkat kesini, Abang ada sesuatu untuk adik dan ini yang Abang bisa kasih dan adik bisa mengabdikan diri adik sebagai seorang dokter lagi di posko yang sama saat kamu KKN"

"Hah serius?"

"Dua rius"

"Kok bisa?"

"Posko itu udah di ubah fungsi jadi puskesmas istriku, ibu dokterku aku nggak akan ngelarang kamu untuk mengabdi pada negara kamu. Apapun itu yang kamu bisa maka lakukanlah"

Shima tersenyum begitu lebar. Ia begitu bahagia memiliki Mosha sebagai suaminya. Pria yang selalu ada untuknya. Pria yang selalu menggenggam tangannya erat-erat. Kapanpun dan di manapun. Di peluknya tubuh pria itu erat-erat.

"Makasih sayang"

"Jangan makasih. Ini kewajibanku menjadi suamimu. Maafkan aku, aku cuma bisa kasih sesuatu ini semua buat kamu jauh dari kata sempurna karena cukup sederhana"

"Jika yang sederhana lebih membuat bisa membuat bahagia kenapa harus mencari yang sempurna yang mustahil pada kenyataannya"

Mosha terkekeh. Ia mencium kening istrinya. Hari ini bersama pagi di Natuna, matahari pagi yang paling ia rindukan. Bersama samudera Natuna yang menjadi saksi bisu kisah mereka berdua, Mosha merasa bahagia.

"Aku bersyukur Allah telah memilihmu menjadi pendampingku. Aku ingin di jatuhkan sejatuh-jatuhnya cintaku asal dalam pelukanmu"

"Aku juga, entah harus berapa kali lagi aku mengucap syukur karna Allah telah mempertemukanmu dan menjodohkanmu denganku. Bang ada juga yang aku ingin katakan"

"Apa?"

"Bertahun-tahun lalu kita kesini bertiga kan? Aku, Abang dan kakak Maruli"

Mosha terdiam. Ia tahu Shima hendak meneruskan kata-katanya lagi. Istrinya menggenggam erat tangannya. Matanya menelusup jauh kedalam mata Mosha.

"Dan hari ini kita juga datang berempat. Aku, kamu, kakak Maruli..."

Shima menunjuk bagian hatinya. Ia masih ingat jelas siapa yang ada dalam tubuhnya. Begitupun Mosha. Ia bahkan selalu mengingat Maruli jika melihat Shima. Shima mulai tersenyum. Begitu jahil. Ia meraih tangan Mosha dan meletakkannya tepat di perutnya.

"Anak kita"

"Kamu... Kamu isi?"

Shima mengangguk. Allah Allah Allah betapa senangnya pria itu. Bukan main senangnya Mosha. Ia akan menjadi seorang ayah. Lenhkaplah sudah keluarga kecilnya. Andai Maruli bisa melihatnya, Maruli akan menjadi seorang paman. Paman dari anaknya dan Shima. Tapi ia ingat. Maruli tidak pernah pergi. Ia selalu abadi bersama Shima.

Pagi itu lengkaplah sudah kebahagiaan mereka. Dan maha benar janji Allah dalam kitab-Nya. Tentang segala berita serta peringatan. Kesabaran akan membuahkan hasil yang luar biasa. Semua lika-liku hidup bagaikan sebuah kapal di samudera luas, kita manusia sebagai nahkodanya. Kita yang akan mengarahkan kemana hidup kita akan berlabuh. Semua yang Allah uji pasti ada hikmahnya. Kita manusia yang kadang sering lupa untuk terus bersabar dan berserah diri. Bukankah sudah di sabdakan oleh Allah dalam QS. Al-Imran ayat 186:
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”

                       ~Selesai~

Love in OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang