Sepiring roti panggang mengawali pagi seorang Oh Sehun sendirian. Pria itu memakan dalam diam dan sesekali mengecek pergelangan tangannya yang tersangkut jam tangan. Berulang kali juga kedua matanya melirik kearah satu objek yaitu pintu marmer hitam yang belum terbuka juga sejak dia berada dimeja makan tiga puluh menit yang lalu. Sedangkan waktu menunjukkan sudah cukup siang, tapi istrinya belum keluar kamar sama sekali.
Apa dia belum bangun?
Sedari tadi otaknya terus bertanya, entah untuk siapa. Yang jelas Sehun menolak mati-matian untuk kembali masuk ke kamar wanita itu dan mengulang kejadian seperti yang lalu-lalu. Dia menolak untuk memberikan rasa sakit kedua kali pada masa depannya itu. Tanpa rasa peduli yang lebih jauh lagi, Oh Sehun langsung berdiri dari kursi setelah menghabiskan sepotong roti panggang dan bergegas keluar apartemen untuk memulai harinya.
Jika mungkin seorang Oh Sehun sudah sampai di kantornya atau sedang sibuk dengan komputer dan mouse, berbeda lagi untuk Bae Joohyun. Wanita yang mengenakan kemeja putih panjang dan jatuh tepat dipangkal pahanya sedang terduduk diatas kasur besarnya, membawa laptop serta sibuk mengetikkan sesuatu diatas sana.
Pagi menuju siang ini, Joohyun menolak untuk berangkat menuju kantornya, ada beberapa alasan yang membuatnya tidak masuk kantor dan lebih memilih bekerja di apartemen sendirian.Alasan pertama karena kejadian kemarin yang membuatnya berpikir mungkin tiga cecunguk cabul itu masih disana untuk melihatnya pagi ini, lalu kita berpindah pada alasan kedua yaitu Joohyun sungguh berada dalam mood anehnya yang mengatakan bahwa kedua matanya sangat tidak ingin untuk bertatapan dengan Oh Sehun. Dia menghindar. Tidak tahu karena apa, Joohyun hanya merasa semakin sering dirinya bertatapan dan bertemu dengan Oh Sehun, semakin sering juga perasaannya jadi kacau. Perasaannya jadi terasa aneh, dia bahkan tidak mengerti aneh kenapa. Hanya saja dia memilih menghindar merupakan solusi terbaik.
Sibuk mengetik, Joohyun berpindah tangan begitu mendengar deringan ponselnya berbunyi. Dia menemukan kontak karyawan perempuan yang memanggilnya saat ini dan langsung menjawab panggilan tersebut.
"Ya?"
Hening sebentar.
"Aku tidak bisa ke kantor hari ini, jika sangat mendesak, kau datang saja dengan Sekretaris laki-laki Nona Shin."
"Aku akan mengirim alamat apartemenku, dan kita bisa rapat disini."
Setelah melangsungkan beberapa percakapan, Joohyun langsung menutup teleponnya dan mengganti pakaian menjadi lebih sopan. Hari ini dirinya, Herin, dan Sekretaris laki-laki Nona Shin akan melangsungkan rapat di apartemennya. Sejujurnya ia sungguh malas, hari ini Joohyun hanya ingin melakukan pekerjaannya sendiri dengan kepala dingin dan rasa tenang, namun karena projectnya mendesak, ia terpaksa akan mengundang dua tamu ke apartemen hari ini.
*****
Sehun bersumpah ia sungguh menolak untuk mengambil pusing bagaimana keadaan istrinya saat ini. Namun sedari tadi seluruh hal yang harus ia kerjakan tidak bisa benar-benar dilakukan dengan baik dan benar.
Sudah dipastikan Nona Bae tidak masuk kantornya hari ini.
Pria tersebut membuka kembali pesan yang didapatkan dari ponselnya semenit lalu. Sambil memikirkan banyak hal Sehun tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari nomor yang belum tercantum di kontak ponselnya.
Pria itu buru-buru mengangkat, berharap disebrang sana seorang perempuan yang ia pikirkan menelponnya.Tapi memang kata pepatah selalu benar. Jangan pernah mengharapkan sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi, karena detik itu juga yang ia harapkan hilang begitu saja dan tergantikan dengan hal-hal buruk yang detik ini ingin sekali ia hindari.
Disebrang sana seorang pria dengan suara khasnya berbicara, menyapa dengan tenang atas jawaban Oh Sehun yang tanpa ragu mengangkat panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [HunRene]
Fanfiction(Adult) Hidupnya baik-baik saja. Berkecukupan dan memiliki apapun yang dia butuhkan. Berbeda dengan sifat dan siasat yang hatinya pilih. Dia berantakan, segala yang bersangkutan dengannya penuh kesalahan. Dari mulai penampilan liar dan nakalnya, keh...