Sebenarnya Joohyun bukan tipikal wanita yang menjadi budak cinta dari seorang lelaki. Dia biasanya selalu menjadi peran antagonis dalam setiap hubungan percintaannya. Selalu meninggalkan dan tidak pernah ditinggalkan. Namun kali ini entah Joohyun kerasukan apa, hatinya terus-menerus memikirkan seorang pria jahat yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari beban pikirannya.
Joohyun sadar betul kalau Sehun memiliki maksud tertentu dalam pernikahan mereka dan hal seperti itu sudah membuat perasaannya seperti tertusuk mati. Sakit sekali. Sampai detik ini Joohyun belum juga istirahat untuk melupakan setiap detik perkataan yang Oh Sehun keluarkan saat berbicara dengan Junmyeon.
Semuanya masih terekam dengan sempurna. Dari mulai ekspresi pria itu, caranya membalas perkataan Junmyeon, pukulan dan pergerakan tubuh Oh Sehun. Semuanya Joohyun hafal. Kenapa diantara banyaknya kenangan manis dan menyejukkan, malah kata-kata sialan itu yang selalu melintas dalam pikirannya?
Mungkin karena belum sehat dengan segala pikiran dan perasaannya, makanya Joohyun berada disini sekarang. Di sebuah hotel yang menjadi tempat pelariannya seorang diri. Joohyun menolak untuk kembali ke apartemen Oh Sehun karena tidak mau bertatap muka barang sedetik pun, makanya sejak kejadian tadi malam dia memesan kamar vip khusus untuknya terjaga seharian. Yang dilakukannya juga tidak jauh dari menatap jendela besar yang memantulkan pemandangan indah sore hari dari gedung-gedung pencakar langit.
Joohyun menarik nafas, menekuk kakinya sambil duduk di atas kasur putih, lalu wanita itu memeluk kedua kakinya yang menekuk dengan kedua tangan. Dagu dan beban kepalanya dijatuhkan kesana. Lagi-lagi air mata mengalir pelan dan jatuh menyentuh lututnya. Memikirkan hal-hal kemarin malam cukup membuatnya sakit hati dan berat. Matanya teralihkan menatap ponselnya yang baru menyala karena pengisi baterai. Diam-diam Joohyun mulai melihat ke arah ponselnya yang sibuk berbunyi. Menandakan banyak pesan dan panggilan masuk sejak tadi malam ponselnya mati. Sambil menghapus perlahan air matanya, Joohyun membaca sebait pesan penting dari ayahnya yang tertera disana.
Malam ini di Hotel Roll In. Hanya makan malam biasa, besan kita juga akan datang.
Dia selesai membaca dan raut wajahnya kembali dingin. Memikirkan kata besan berarti mertuanya mungkin akan datang. Jelas mereka mengharapkan Joohyun hadir bersama Sehun. Tetapi, wanita itu sama sekali tidak sudi berhadapan dan berbicara sedetikpun kepada Oh Sehun. Namun namanya akan terlihat buruk kalau saja sampai tidak datang ke jamuan makan malam keluarga yang diadakan jarang-jarang. Ayahnya bahkan sudah memesan tempat pertemuan. Mau tidak mau Joohyun harus berangkat.
Joohyun berdiri, lalu melihat kearah cermin besar yang berada dalam kamar hotelnya. Menatap pantulan diri sendiri tak percaya. Kedua matanya sembab, bengkak, dan keliatan merah. Mungkin perihal semalam yang membuat penampilannya menyedihkan seperti ini. Kalau Joohyun datang, dia membutuhkan pakaian yang bagus. Tidak mungkin datang dalam keadaan seperti sekarang. Karena hal itu Joohyun mengambil satu masker yang berada di dalam tasnya, memakainya dan mulai menguncir rambut asal-asalan.
Dia memutuskan untuk pergi belanja. Setidaknya orang lain tidak harus tahu kalau hatinya sedang menangis, makanya Joohyun tetap kekeh menunjukkan sisi kuat lewat pakaian-pakaian indah yang nantinya akan bertengger di tubuh. Joohyun mengambil tas dan segera keluar dari kamar hotelnya. Menaiki lift untuk turun ke lantai dasar dan mulai mencari tujuan pertamanya.
Karena sekarang Bae Joohyun sedang berjalan di atas aspal jalanan, kedua matanya dapat memandang sesuka hati pada banyaknya toko baju yang buka sore ini. Dia hanya butuh gaun cantik, jadi kakinya pergi menuju salah satu toko minimalis yang menjual banyak gaun elegan disana. Setelah masuk ke dalam, Joohyun mulai melihat-lihat dan menyentuh sebagian gaun yang terekspos. Mencari salah satu warna yang mungkin akan pas jika dikenakan pada tubuh mungilnya. Pilihan Joohyun jatuh pada salah satu gaun warna hitam pekat berbahan beludru yang sisi bagian bahunya terbuka. Sayangnya, gaun tersebut terlihat terlalu mengekspos di bagian dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [HunRene]
Fanfiction(Adult) Hidupnya baik-baik saja. Berkecukupan dan memiliki apapun yang dia butuhkan. Berbeda dengan sifat dan siasat yang hatinya pilih. Dia berantakan, segala yang bersangkutan dengannya penuh kesalahan. Dari mulai penampilan liar dan nakalnya, keh...