"Selamat pagi."
Sambutan hangat yang Joohyun terima pagi ini tentu saja dari seseorang yang tinggal satu tempat dengannya. Ada Oh Sehun disana, mengenakan kemeja panjang bekas semalam. Anehnya Sehun bangun lebih pagi dibandingkan dirinya, padahal Joohyun jelas mengetahui bahwa pria itu tadi malam mabuk berat.
Karena melihat respon Joohyun yang bengong dan melamun, Sehun mengoleskan selai kacang di atas roti panggang yang kini berjumlah dua potong. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Bae Joohyun. Setelah itu, Sehun memberikan roti yang berada di atas piring kepada istrinya.
"Makan." Dia berucap singkat sambil tersenyum manis. Membuat Joohyun mau tidak mau ikut duduk dan mengambil piring roti pemberian sang suami.
Mereka sempat tatap-tatapan beberapa detik, namun Sehun kelihatan mengalihkan pandangannya ke arah roti panggang tersebut. Memakannya dalam diam dan suasana hening pagi ini. Joohyun berdeham, lalu memberanikan diri bertanya pelan tentang kabar pria itu setelah semalaman mabuk.
"Kau baik-baik saja?"
Sehun berhenti mengunyah dan mengangguk singkat.
"Syukurlah. Tadi malam kau mabuk berat." Ujar Joohyun mulai membuka obrolan.
"Iya." Sehun membalasnya singkat dan kembali mengunyah roti panggangnya yang kini sisa setengah potong. Berbeda sekali dengan Joohyun yang masih belum menggigit sepotong roti miliknya.
Kini hanya terdengar suara jarum jam yang sibuk mengitari waktu. Bae Joohyun berdeham pelan, wajahnya keliatan kalem sekali kalau sedang tenang begini. Makanya Sehun suka melirik diam-diam setiap pergerakan yang wanita itu lakukan lewat mata tajamnya.
"Menurutmu ucapan orang mabuk dapat dipercaya?" Terdengar Joohyun bertanya, wajahnya kelihatan bingung dan entah kenapa kelihatan cantik sekali di mata suaminya.
"Tergantung." Jawab Sehun sambil mengunyah potongan roti terakhir.
"Maksudmu?"
"Dia mengucapkan apa dulu. Biasanya omongan orang mabuk yang marah-marah dan memaki kepada seseorang itu bisa dikatakan uneg-unegnya. Tapi kalau hal lain... kurasa hanya meracau."
Rasanya menyebalkan sekali saat mendengar jawaban seperti tadi. Joohyun mengulum bibirnya ke dalam dan tanpa sadar memberikan tatapan melotot pada Oh Sehun. Sampai pria itu kelihatan kebingungan dan bertanya-tanya di dalam hatinya kenapa Bae Joohyun kelihatan seperti kesal kepadanya saat ini.
"Kau mengingat ucapanmu semalam?" Tiba-tiba saja Joohyun bertanya acak. Mengingat beberapa pecahan memori antara dirinya dan Sehun semalam. Apa yang diucapkan pria itu masih saja menghantui perasaannya hingga kini.
"Aku hanya mengingat menyentuh tanganmu kemarin malam. Karena itu aku mau meminta maaf." Sehun berujar panjang lebar, menjawab segala jawaban atas pertanyaan Joohyun barusan.
Satu detik Joohyun terdiam. Dua detik juga, lalu setelah terhitung tiga detik, Bae Joohyun tertawa pelan. Mungkin tidak sengaja, wanita itu juga terlihat terkejut kenapa ia tertawa disaat seperti ini. Sehun menatapnya dalam dan memberikan pertanyaan lewat kedua matanya. Memastikan apa Joohyun baik-baik saja detik ini.
"Kau tertawa?" Tanya Sehun kelihatan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Tidak, hanya saja... aku terkejut. Begitu terkejut sampai kehabisan kata-kata karena mendengar jawabanmu." Joohyun juga tidak mengerti mengapa dirinya seperti ini. Dia menatap Sehun dengan kedua alis yang hampir menyatu. Menunjukkan bahwa kali ini moodnya benar-benar kacau.
"Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan besar semalam?" Sehun bertanya serius, mendapati jawaban Joohyun sekarang membuat hatinya tak tenang.
"Menurutmu?" Joohyun bertanya balik. Memberi kesempatan kepada suaminya agar berpikir keras untuk setiap kata yang diucapkannya semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [HunRene]
Fanfic(Adult) Hidupnya baik-baik saja. Berkecukupan dan memiliki apapun yang dia butuhkan. Berbeda dengan sifat dan siasat yang hatinya pilih. Dia berantakan, segala yang bersangkutan dengannya penuh kesalahan. Dari mulai penampilan liar dan nakalnya, keh...