15. Can't Tell Him Anything

3.8K 494 60
                                    

Ada dua hal yang Joohyun cukup benci dari sifat seseorang.

Yang pertama pesimis. Seburuk dan seberat apapun masalah seseorang, menurut Joohyun sikap pesimis tidak boleh ditunjukkan. Apalagi didepan orang-orang yang kalian anggap rival. Pesimis merupakan sikap seseorang yang mudah menyerah. Joohyun memiliki hidup yang menyedihkan, dia suka kesepian, tapi dirinya menolak memiliki sikap pesimis dan memperburuk keadaan. Karena itu dia bersenang-senang agar merasa dirinya lebih baik, ya walaupun kemungkinan lebih banyak buruknya.

Yang kedua ambisius. Sungguh, yang kedua ini lebih menyebalkan dibandingkan pesimis. Karena begitu banyak manusia didunia ini yang sudah Joohyun temui dengan sifat menyebalkan seperti ambisius. Kalian harus tau perbedaan pantang menyerah dengan ambisius. Kalau pantang menyerah kalian tidak membiarkan hal-hal yang buruk terjadi, berbeda dengan ambisius yang memaksakan apapun agar keinginannya tercapai.

"Hari ini Nyonya keliatan lebih ambisius dengan keadaan panggung." Sekretaris Park memuji sikap Joohyun yang sedang sibuk mengecek tata panggung untuk acara fashion week brandnya.

"Sekretaris Park, kau tahu aku benci dibilang ambisius." Sialnya ucapan Sekretaris Park sebelumnya membuat Joohyun melepas genggaman berkas ditangannya dan menolehkan kepala untuk menatap sekretaris cantik tersebut.
"Jangan sebut ambisius," Lanjut Joohyun sebelum berlalu kembali untuk mengecek segala hal.

"Aku tidak suka cahaya warnanya, bisa kalian kurangi agar cahayanya tidak terlalu terang?"

"Kau bercanda? Kenapa memakai karpet warna biru?"

"Musiknya... kau pikir ini diskotik?"

"Ketua Ahn, berapa banyak yang akan datang? Pastikan kursinya pas untuk penonton."

Sibuk dengan berbagai permintaan, Joohyun sedari tadi terus memberitahukan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Wanita itu begitu fokus dengan pekerjaan saat ini, membuat dirinya tidak menyadari bahwa seseorang mulai muncul ke dalam aula panggung.
Sebagian orang ada yang terkejut dan langsung mengalihkan perhatian mereka pada sesosok pria tinggi nan tampan.

"Nyonya, ada Direktur Oh." Sekretaris Park tidak berani menyebut embel-embel 'suami' didepan Joohyun karena mengetahui bosnya tersebut begitu membenci pernikahan mereka.

Saat itu juga Joohyun merasakan jantungnya kembali berdetak tak nyaman, apalagi dia memperhatikan dari mulai jarak Sehun sejauh tadi sampai menjadi sedekat sekarang.

"Kau bilang mau merekrutku menjadi model, tapi tidak menelpon dan mengabari sama sekali." Sehun pura-pura kecewa, padahal matanya menunjukkan senyuman kearah istrinya.

Joohyun terperanjat, sudah tahu bahwa kemungkinan besar Sehun akan datang secara tiba-tiba seperti ini.

"Tidak punya nomor." Ia beralasan dengan cepat, yang saat itu langsung membuat Sehun menaikkan sebelah alisnya penasaran.

"Kalau begitu ayo bertukar nomor." Oh Sehun bahkan mengeluarkan ponselnya yang berada didalam kantung jas.

"Kau pikir aku tertarik?" Tetapi setiap perempuan sama bukan? Memiliki rasa gengsi dan tidak mau harga dirinya turun. Makanya Bae Joohyun langsung menolak.

"Aku yang tertarik."

Ada saja pembelaan dari suaminya.

"Jangan membuang-buang waktumu, kalau mau menepati janji, pergi ke ruang ganti model dan kenakan pakaian yang tergantung disana." Joohyun masih setia mempertahankan harga dirinya agar tidak kelihatan semudah itu dimata Oh Sehun.

Dengan tarikan nafas sekali, Sehun langsung mengatupkan bibirnya rapat. Sempat menganggukan kepala tanda mengerti dan langsung bergegas pergi bersama langkah kakinya yang panjang. Meninggalkan Joohyun dengan rasa penasaran yang besar untuk menantikan bagaimana penampilan Sehun nanti.

Ineffable [HunRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang