Empat❤️

15.8K 711 7
                                    


Akhirnya setelah Leo dan Kavin bosan menunggu, Aren tiba di markas sekaligus rumah mereka. Aren datang dengan membawa tas besar yang tampaknya sangat berat. Kavin dengan antusias meminta Aren membuka tasnya. Kavin menyangka bahwa tas itu berisi oleh-oleh cindera mata dari Hawai tempat Aren berlibur.

"Hey Aren cepat kau buka tas mu. Dan berikan oleh-olehnya kepada kami," pinta Kavin antusias.

"Ahhh kau ini bukannya menyambutku dengan secangkir teh, malah meminta oleh-oleh ini kau ambil saja semuanya," balas Aren dengan senyum penuh arti.

"Wahh! kau baik sekali Aren. Hey Leo apa kau tidak mau oleh-oleh dari Aren? Kemarilah tinggalkan peta bodohmu itu. Nanti saja kita bahas tempat penyerangan Shinpei yang cocok."

"Aku tidak punya waktu untuk bermain-main Kavin. Biarkan aku fokus pada peta penyerangan ini. Kau urus saja tas bodoh itu," seru Leo kesal.

Mendengar itu, Kavin hanya diam saja dan melanjutkan aktifitasnya membuka tas Aren. Namun, ia sangat terkejut saat melihat oleh-oleh yang dibawakan Aren untuknya. Senjata. Pistol, amunisi, dan beberapa pisau kecil.

Kavin langsung cemberut ketika melihat isinya ia tidak terima dibawakan semua senjata itu.

"Kau ini bodoh sekali Aren. Kau tau kita sudah punya banyak yang seperti itu. Kau tau yang aku mau itu baju pantai, kalung kerang, gelang kerang, celana Hawai. Kau ini liburan atau berperang? sungguh tidak berguna kau," amuk Kavin tudak terima.

"Sudahlah Kavin. Kau ini seperti anak kecil saja. Bagus kalau Aren membawa senjata. Itu bisa menambah koleksi kita. Dan kau Aren, seharusnya kau tau kalau Kavin menyukai cindera mata," kata Leo memasehati mereka. Hebat seorang psikopat menasehati orang lain.

"Aahhhaahahhaa. Aku hanya bercanda Kavin. Ini untukmu. aku tau kesukaanmu adik kecil. Dan kau Leo, tak usah sok menasehatiku. Kau tau nasehatmu itu lebih cocok untuk mu hahahahaa," tawa Aren sambil melemparkan tas kecil berisi cindera mata kepada Kavin. Kavin kegirangan dengan cindera mata itu.

"Sudah cukup dramanya. Kesini kalian dan dengarkan rencana penyerangan ini baik-baik," balas Leo mulai dengan sikap dingin dan ekspresi tripleksnya.

"Aye aye, capt," jawab Kavin cengengesan.

"Jadi apa strategimu, bos?" tanya Aren setelah mereka duduk berhadapan.

"Jadi kita akan mulai penyerangan di markas Shinpei yang ada di bagian barat New York ini. Bawa senjata yang paling kalian kuasai. Dan peringatan khusus untukmu, Kavin bawa barang yang penting saja. Kau dengar, Kavin? Heh, tolol kau dengar aku? hentikan melihat-lihat cindera mata itu atau akan kubakar semuanya," desis Leo geram karena merasa tidak diperhatikan.

"Yes, Mom. Aku mendengarmu. Kau tak perlu marah-marah. Aku hanya akan membawa pistol colt saja. Kau bahkan lebih cerewet dari ibuku," jawab Kavin dan segera menyimpan semua cindera matanya takut kalau itu semua betul-betul dibakar oleh Leo. Aren hanya terkekeh melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Jadi kapan kita bisa mulai melakukan penyerangan ini?" tanya Aren tidak sabaran. Dia sudah lama tidak merasakan sensasi pertempuran. Ini pasti akan mengasyikkan. Menantang adrenalin.

"Kita akan mulai malam ini. Tepat pukul dua. Aku harap kita mendapatkan satu tawanan yang dapat memberikan kita informasi mengenai Shinpei. Lebih baik sekarang kita istirahat untuk nanti malam. Khususnya kau, Aren pasti kau lelah. Dan kau, Kavin bawa semua senjata itu ke ruang latihan. Dan jangan berani menyuruh pelayan. Itu hukuman buatmu karena sudah membuatku jengkel seharian ini," kata Leo pelan tapi menusuk.

"Ya, terus saja kau bela si tolol Aren itu. Dan terus saja kau suruh-suruh aku. Dasar psikopat aneh kau. Yang benar saja kau ini menyuruhku mengangkat senjata ini sendirian," balas Kavin sambil menggerutu.

"Lakukan saja Kavin. Aku yang akan mengawasimu sampai kau selesai. Atau kau mau aku membakar cindera mata mu itu hah?" ancam Leo.

"Iya, Mom. Dasar cerewet. Aren tolong kau simpan cindera mataku ini. Sepertinya Leo iri karena ia tak dapat cindera mata darimu," ucap Kavin sambil membawa tas berisi senjata dengan terseok-seok. Ia menuju ke ruang latihan. Leo hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Kavin yang kekanakan itu.

......................................................

PSIKOPAT Love ME (Complete ✓✓) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang