Epilog 💜

4.3K 218 44
                                    

Sweet story by I. Joanne 💜

***


Empat tahun kemudian...





Seorang lelaki matang tengah terfokus di depan meja kerjanya dengan kacamata yang melorot ke bawah. Sesekali lelaki berahang keras itu memperbaiki posisi kacamatanya atau menyesap secangkir expresso hangat. Tidak menghiraukan lelaki yang lebih muda merengek manja di depannya.

"Oh, ayolah ... kita belum pernah pergi ke tempat-tempat seperti itu, ayo kita pergi malam ini, please," katanya sambil menunjukkan puppy eyes. Lelaki dewasa itu melepaskan kacamatanya dan menatap si puppy eyes di depannya. Ia Menghela napas berat.

"Kau tidak lihat aku sedang kerja?" tanyanya kali ini total mengabaikan kertas-kertas di hadapannya.

"Aku tidak minta sekarang, aku mau kita pergi nanti malam. Titik! Pokoknya, nanti malam!" seru pemuda itu tetap kekeuh.

"Kavin, pergilah dengan Aren. Kau tau kan, aku benci tempat ramai?"

"Oh, ayolah, Leo, sekali saja, kumohon," pintanya sekali lagi dan tidak lupa puppy eyes.

Orang yang bernama Leo tadi menatap Kavin jengah. Ini sudah ketujuh kalinya Kavin merengek pergi ke taman hiburan yang baru buka di dekat rumah mereka.

Yap, mereka tidak lagi tinggal di mansion mewah di tengah hutan. Setelah kejadian itu, Leo memutuskan pindah dari rumah itu setelah dirinya selalu dibayangi mimpi buruk bagaimana ia dengan teganya membunuh Anne, kekasihnya.

Mereka pindah ke salah satu kompleks perumahan elit, Leo membeli satu unit rumah yang tidak terlalu besar. Rumah dengan dua lantai itu hanya terdapat lima kamar. Empat diisi oleh Leo, Aren, kavin, dan satu pelayan. Kemudian, satu lagi dibiarkan kosong. Leo sendiri tidak tahu mengapa dia tiba-tiba memutuskan mengosongkan kamar itu setelah diisi ranjang, meja rias dan lemari.

Aren dan Kavin hanya menatap Leo sedih saat sesekali tanpa sadar Leo memasuki kamar itu. Saat ditanya kamar itu akan diisi oleh siapa, Leo hanya mengangkat bahunya. Dia juga bingung, mengapa dia mengosongkan kamar itu, seperti ... akan ada orang lain yang menempatinya.

Kembali lagi pada Leo dan Kavin yang masih berdebat. Kavin lagi-lagi cemberut kesal, memaksa Leo agar mau ikut ke taman hiburan malam ini. Akhirnya Leo mengalah dia mengangguk pelan dan kembali menghela napas berat. Dia sebenarnya benci tempat ramai. Apalagi jika banyak anak-anak. Tapi demi Kavin, dia rela melakukannya.

Semenjak kejadian itu Leo jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan Kavin dan Aren dari mulai main game, berburu, latihan menembak, hingga hanya jalan-jalan atau makan-makan di luar. Aktivitas kecil seperti itu bisa membuat Leo sedikit tenang.

***

Kebiasaan buruk Leo yang suka membunuh dulu, sudah sangat jarang dia lakukan. Ini juga terjadi karena mereka sudah tidak lagi memiliki musuh yang berarti. Semenjak Shinpei mati ditangannya, orang-orang makin segan dan takut kepada Leo. Bahkan untuk menyakiti teman atau anak buah Leo saja, mereka berfikir seribu kali. Singkatnya, kehidupan Leo sekarang sudah tenang.

Iya tenang.

Tenang

Tenang

Tenang

Tenang

"Tenangkan diri Anda, Tuan Leo!"

PSIKOPAT Love ME (Complete ✓✓) Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang