2. Dylan, Baskara, dan Farina

304 21 0
                                    

Crossiant di tambah krim sup ayam jamur terdengar lezat ketika Farina mengucapkan nya dari seberang telepon. Rencananya Farina akan datang ke rumah ku. Farina si gadis Tepung. Teman ku.

"Dylan!" Teriak Farina dari bawah balkon ku. Aku bergegas lari menuju balkon untuk teriak menyuruhnya masuk. Gadis itu mengangguk, matanya menyipit karena silau terpapar matahari selama mendangak menatapku. "Baskara nelepon kamu gak?" Farina menaruh satu buah keranjang anyaman di atas meja makan flat ku. Flat di Itali berbeda dengan flat-flat yang ada di Indonesia, bentuknya lebih terlihat seperti rumah susun ataupun rumah toko. Aku menggelengkan kepala sembari membantunya mengeluarkan semua makanan dari dalam keranjang. "Katanya dia sampai bandara jam 10, sekarang berarti. Aku sengaja bawa banyak makanan karena dia bakalan mampir ke sini." Aku mengangguk.

Aku memiliki dua sahabat yang fasih berbahasa Indonesia di sini. Namanya Baskara, katanya ia keturunan asli Indonesia. Orang Jawa. Tapi aku sendiri tidak yakin kalau ia asli Indonesia, wajahnya memang asia tetapi matanya cokelat. Aku yakin ia memiliki darah keturunan lain. Mungkin kakek moyangnya keturunan Belanda yang pernah menjajah Indonesia? Itu hanya praduga ku. Latar kami sama, sama-sama anak pengusaha yang sedang mengembangkan usaha ayahnya. Kami tidak sengaja bertemu di kedutaan Indonesia di Itali. Ia mengenali ku, dan ia memperkenalkan dirinya kepada ku. Umurnya di atas aku dan Farina, dan kami sama-sama sedang menempuh pendidikan S2 di Sapienza dengan jurusan yang sama. Dunia ini terlalu sempit ketika Baskara bilang ia temannya Dinan Dinata, teman ku yang berasal dari Indonesia juga. Kalau Farina ceritanya beda, ia pernah mengambil program S1 Bahasa Melayu dan sekarang sedang mengambil program S2 Management of Science karena mendapatkan baeasiswa di jurusan tersebut.

Waktu itu aku sedang teleponan dengan Dinan Dinata, tentu menggunakan Bahasa Indonesia. Setelah selesai teleponan, Farina menghampiri ku dengan Bahasa Indonesia yang super lancar. Bahkan ia lebih lancar berbahasa Indonesia daripada berbahasa Inggris. Aku terkesima, wanita bule berambut blonde seperti Farina bisa lancar berbahasa Indonesia. Kami berteman sejak itu, di tambah Baskara yang sering menghampiri kami.

Farina menyukai Baskara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Farina menyukai Baskara. Tetapi Baskara sudah memiliki calon istri yang tidak di cintainya, dan Baskara tidak memiliki perasaan apapun kepada Farina selain perasaan sayang seorang yang lebih tua kepada adiknya. Lalu aku? Aku menyukai Farina yang menganggap ku sebatas sahabat. Rumit.

Pernah suatu waktu Farina sedih ketika calon istri Baskara datang ke kampus. Tentu aku sebagai seorang pria sejati akan mencari kesempatan sesedikit apapun dalam sebuah kesempitan. Aku menepuk bahu nya hangat ketika ia menangis, dan apa yang ku dapat? "Aku bersyukur punya sahabat sebaik kamu Dylan." Kesempatan ku luruh seketika. Aku tidak mau terlalu banyak berharap kepada Farina lagi. Yang ku lakukan sekarang hanyalah bersyukur karena telah di beri kesempatan untuk hidup di zaman yang sama dengan Farina, bahkan aku bisa melihat Farina setiap hari saja itu sudah cukup.

"Jangan makan yang itu! Itu buat Babas!" Aku menjauhkan sandwich yang sudah ku gigit dari mulut ku, lalu tersenyum menyebalkan.

"Yaelah satu doang." Jawab ku. Farina menatap ku tajam dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Dear My Last, Where stories live. Discover now