5. Pelangi Setelah Hujan

168 16 6
                                    

Aku tidak pernah menyangka akan semudah ini mendapatkan teman. Ada fakta baru yang ku ketahui, dunia ku benar-benar sempit. Di sini aku bertemu dengan Dylan lagi, dan ternyata Dylan adalah sahabat dari Baskara. Aku tidak terkejut atau bagaimana, aku tahu Dylan teman Dinan Dinata juga seperti Baskara. Jadi sudah sewajarnya jika Dylan dan Baskara bersahabat. Tapi untuk Farina, aku benar-benar asing dengan nya. Dia amat pendiam, tapi kata Baskara Farina cerewet. Dengan super heboh Dylan memilih dan mengomentari tiap menu yang berada di buku menu bersama Aunty Stefania.

"Terimakasih." Ucap Aster setelah ku bantu membuka bungkus permennya.

"Sama-sama." Jawab ku lalu pandangan ku teralih pada Farina yang duduk di hadapan ku. Matanya berbinar, senyum nya merekah melihat perdebatan Baskara dan Dylan yang sedang berdiri di samping ku.

"Muffin cokelat di sini enak, pokok nya gue mau muffin dua." Ucap Dylan dengan kekeh nya.

"Enggak! Enggak! Lo kemarin bilang mau diet supaya punya otot bisep. Satu aja! Dua terlalu berlebihan." Tolak Baskara dengan tegas, Dylan otomatis memanyunkan bibirnya. Berakting sedih.

"Muffin cokelat ku!" Ucapnya pria itu dengan lebay. Farina tertawa melihatnya, aku pun begitu. Aku tidak pernah menyangka bahwa pria sedingin Dylan bisa berprilaku aneh. Aku mengingat kembali setiap pertemuan ku dengan pria itu, tidak ada tingkah konyol seperti ini di dalamnya.

"Kenapa kamu mengatur Dylan banget Bas?" Tanya Aunty Stefania penasaran.

"Baskara ini atlet renang, Dylan bilang dia mau diet dan ngegym supaya badan nya keren seperti Baskara. Makannya dia minta bimbingan Baskara..." jelas Farina dengan semangat dan mata super berbinar. Aku yakin Farina sangat menyukai Baskara.

"Dan sekarang dia mau makan dua Muffin Cokelat." Sela Baskara sembari menunjuk wajah Dylan yang sedang memelototinya. Tangan nya ia angkat seolah ia seperti seorang penjahat yang sedang di sodorkan pistol oleh seorang polisi.

"Apa salahnya cheating?" Bela Aunty Stefania dengan kedua alis terangkat. Dylan otomatis menjentikan jarinya. Betul banget! Seru ia dengan semangat.

"Karena hari ini Ulang Tahun aku, gak ada aturan diet di sini!" Mutlak. Itu keputusan Farina, Dylan langsung berseru. Yes! Tangan nya mengepal merayakan kemenangan, sementara Baskara langsung duduk di bangku samping ku sembari memutar kedua bola matanya. Malas. Farina tertawa, aku tau penyebabnya. Mungkin menurutnya ekspresi marah Baskara lucu, karena sedari tadi pandang matanya selalu tertuju pada Baskara. Ya... walaupun beberapa kali melirik ke Dylan. Tapi aku yakin gadis ini menyukai Baskara.

Aku mengamati setiap gerik wanita itu, Farina... posisi duduk kami jika di jelaskan seperti ini. Aster duduk di hadapan ku, Farina di tengah antara Aster dan Aunty Stefania. Sementara Baskara duduk di samping ku alias di hadapan Farina, sementara Dylan di hadapan Aunty Stefania. Mata gadis itu sesekali melirik pada pria di samping ku. Ah! Aku seperti seorang mata-mata yang sedang memperhatikan gerak-gerik penjahat yang harus aku tangkap. Tapi ada yang lucu di sini.

Ketika wangi vanilla bercampur panggangan roti menyelimuti nampan makanan yang baru saja sampai, Dylan menaruh sebuah Muffin Cokelat di atas piring Farina. "Makan!" Perintahnya penuh perhatian. Farina langsung tersenyum "Yay! Muffin Cokelat!" Serunya dengan manis.

Aku tidak mengerti dengan perasaannya. Tapi tebak ku pasti ia mencintai Muffin Cokelat sama seperti Dylan mencintai makanan tersebut, dan yang kedua pasti ia tipe wanita yang tidak Peka. Ia tidak menyadari perhatian manis Dylan kepadanya. Aku merasa iba dengan Dylan, ia pasti menyukai Farina. Aku menatap barisan roti di hadapan ku.

 Aku menatap barisan roti di hadapan ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Dear My Last, Where stories live. Discover now