21. Aku Dapat Membaca Seberapa Besar Cintanya

144 14 3
                                    

Aku tidak menyangka bahwa pada akhirnya aku akan menghabiskan banyak waktu dengan Farina. Gadis itu sempat heran karena sejak pertama ke Bali kita tidak bertemu dengan Baskara ataupun Sarah. Ia sempat curiga bahwa perjalanan ke Bali ini hanya akal-akalan Baskara untuk mendekatkan nya padaku. Sejak kemarin aku berusaha menelepon Baskara, tapi panggilan ku selalu di acuhkan. Sama seperti Baskara, Sarah pun menghilang seperti terkena sihir Harry Potter.

Kemarin aku sempat bertanya pada Dinan, apakah Baskara datang ke pestanya? Jawaban pria itu iya. Tapi aku tak melihatnya sama sekali, yang ku lihat malah mantan pacar Sarah dengan kakak tiri ku? Haha. Kakak? Aku bahkan tidak menyapa dan pura-pura tak mengenali nya. Apa mungkin Baskara dan Sarah sedang bermasalah karena Dio? Aku menatap Farina yang sedang menunggu Es Kelapa nya selesai di potong. Kebetulan kami sedang jalan santai di pantai sekitar hotel keluarga ku.

Handphone ku bergetar, akhirnya Sarah menjawab pesan-pesan ku. Kata nya ia sedang berada di Desa Panglipuran dengan Baskara, dan akan ke sini malam ini. Farina melihat layar handphone ku ketika aku sedang membalas pesan Sarah. "Dia mau ke sini?" Tanya Farina dengan nada tidak suka. Aku mengangguk. "Panglipuran itu dimana?" Tanya gadis itu lagi.

"Dekat dari sini..." Jawab ku ragu, aku bingung harus menjawab apa.

"Aku mau beli topi! Ayo pilihin!" Farina menggenggam tangan kanan ku lalu menarik ku menuju toko-toko kecil di pesisir pantai.

"Es kelapa nya kan belum..."

"Santai Mas! Nanti di antar!" Ucap pria penjual kelapa sambil memamerkan jempol kanan nya. Sip! Aku pun menunjukan jempol ku ke arah pria itu.

"Apa artinya santai? Santai or Pantai?" Tanya Farina setelah masuk ke salah satu toko souvenir pinggir pantai. Kan sudah di jelaskan di awal cerita bahwa Farina bisa bahasa Indonesia namun ada beberapa bahasa rancu yang tak di mengertinya.

"Calm down..." Farina mengangguk mengerti setelah mendengar jawaban ku. "Kita beli dua topi!" Farina otomatis mendelik.

"Buat Sarah?" Aku menggeleng cepat. Untuk apa? Sarah sudah memiliki Baskara yang bisa memberikan barang-barang branded dengan uang banyak nya.

"Buat aku lah.." Farina menahan tawa sambil mengambi topi pantai dengan jahitan mawar ungu besar di atas nya. Lalu gadis itu menaruh topi tersebut di kepala ku.

"Yang ini pas buat kamu!" Gila! Diameter topi pilihan Farina sangat lah besar. Aku merasa seperti penyanyi Italia yang suka menyanyi di jalananan dengan celana cutbray dan gitar unik.

"Jangan aneh-aneh deh.." Aku melepas topi tersebut sementara Farina tertawa karena puas menjahili ku. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, menghabiskan waktu dengan Farina. Sebentar lagi Baskara dan Sarah akan datang, ya memang Farina tidak jahat dan hobi merebut kekasih orang. Tapi aku selalu merasa gadis ini berubah jika ada Baskara.

Setelah puas dengan topi pilihan masing-masing, aku dan Farina duduk di pinggir pantai. Di temani semilir angin dan dua buah kelapa muda, sore yang sederhana ini terasa penuh kenangan.

"Poseidon itu ada gak ya?" Tanya Farina tanpa menatap ku, gadis itu baru saja menyeruput air kelapa sambil menatap laut lepas di hadapan kami.

"Ikan duyung? Ada di seaworld!" Ucap ku asal. Farina otomatis menatap ku yang memang sedari tadi hanya menatap nya. Meski di suguhi pemandangan pantai seindah surga pun, aku akan tetap memilih untuk menatap gadis di samping ku. Dia sangat cantik. Seperti boneka barbie yang baru keluar dari pabrik nya. Aku suka rambut blonde nya, hidung mancung nya yang ramping, dan senyuman manis nya. Meski kini alis nya sedang bertautan menandakan geram, aku tetap menyukainya. Aku sadar, dan tersenyum lebar atas candaan ku. "Kalau di Indonesia, harus nya pas sunset begini minum kopi." Kini gadis itu berekspresi lucu, bibir nya membentuk huruf o sambil menampilkan barisan gigi rapih nya. Bola mata nya menatap sekitar, orang-orang di belakang ku.

Dear My Last, Where stories live. Discover now