18. Bali

159 20 4
                                    

Kamu terlihat seperti langit cerah, seseorang memuji ku hanya karena blouse yang ku kenakan. Warna nya biru dengan motif marble putih. Seminggu yang lalu aku meminta Aunty Stefania mencarikan ku baju warna biru yang cocok untuk ku kenakan di pesta ulang tahun Dinan. Wanita itu pun langsung menemukan blousse yang tepat buatan perancang busana dari Thailand, Kem Issara. Aunty Stefania memang ahli sekali dalam hal mode, mungkin karena ia lahir di negara yang terkenal dengan mode nya. Blousse itu sangat pas dengan iklim Indonesia, mungkin karena perancangnya dari Thailand dan kebetulan iklim di sana sama dengan di sini.

Baskara menggandeng ku begitu kami keluar dari lift

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baskara menggandeng ku begitu kami keluar dari lift. Dinan sangat kaya raya, ia menyewa tiga lantai hotel untuk menampung tamu di pesta ulang tahun nya. Aku tidak pernah membayangkan jika aku harus merayakan ulang tahun semewah ini. Selama ini aku hanya merayakan ulang tahun ku bersama keluarga ku atau mungkin Ratu karena kami berada di flat yang sama. Aku tidak punya teman dekat lagi selain Ratu, dulu punya beberapa teman dekat wanita di perkuliahan ku. Tapi beberapa dari mereka mengkhianati ku, mereka menyebarkan rumor bahwa aku adalah wanita yang sombong. Padahal ketika kuliah aku hanya pendiam, dan sulit memulai pembicaraan. Aku mengenali teman-teman satu angkatan ku, tapi untuk menyapa mereka ketika tanpa sengaja bertemu di jalan pun aku kikuk. Biasanya aku hanya tersenyum, tapi jarang ada yang menyadari senyuman ku.

Aku mulai berubah begitu memasuki dunia kerja, kebetulan aku pernah magang di salah satu tempat les yang ada di sekitaran Rawamangun. Dari kejadian yang pernah terjadi, aku belajar memulai pembicaraan, memperbanyak teman tanpa dengan mudah menganggapnya sahabat. Tapi kini aku dengan mudah memasukan Reno, Benni, dan Mbak Raelee ke daftar persahabatan ku. Semakin dewasa aku semakin sadar, hidup akan terus melaju seperti kereta, lalu setiap orang akan datang dan pergi seiring melaju nya kereta tersebut. Kita tidak bisa menahan nya, karena setiap orang yang pergi berarti mereka sudah sampai di tujuan nya.

Beberapa pasang mata sedang fokus pada objek yang ingin mereka lihat. Ada yang sedang menari kecil sambil memandang penyanyi jazz pada panggung hiburan, ada yang fokus menatap makanan yang akan dimakan nya, dan beberapa menatap lift sambil menunggu tamu semenawan apa yang baru saja keluar. Aku kikuk karena terlalu banyak pasang mata yang menatap ku dengan Baskara. Aku pun tersenyum, lalu menundukkan kepala ku.

Pesta Ulang Tahun nya di adakan di lantai dasar hotel, di area outdoor dan dengan tema summer. "Babas! Babas!" Ada dua orang wanita yang menghampiri kami yang sedang berjalan untuk menghampiri Dinan. "Oh jadi ini?" Goda salah satunya. Aku dan Baskara otomatis berhenti.

"Gak nyangka! Jean dateng!" Ucap Baskara sambil menatap wanita yang baru menggoda nya tadi. Wanita itu sangat cantik, wajah nya seperti artis Korea, bahkan ia sangat lucu meski rambutnya keriting bergelombang besar.

"Ia anjir! Nuke ngajak gue, katanya gak mau sendirian. Tapi lucu banget deh, gue sama Nuke salah kostum." Ucap wanita yang bernama Jean di akhiri dengan kekehan.

"Ya lo bukan nya ngasih tau gue kalau ada dresscode nya!" Protes wanita dengan rambut kuncir kuda. Aku yakin namanya Nuke.

"Gue baca undangan nya sekilas, cuma lihat tanggal sama tempat nya doang anjir!" Ucap Jean.

Dear My Last, Where stories live. Discover now