Ratu terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya. Aku tak pernah menyangka Reno yang selengehan bisa mengucapkan ijab qabul dengan begitu lancarnya seperti seorang wartawan. Padahal selama ini Reno hanyalah kameramen media. Wah! Aku tidak boleh meremehkan orang lagi setelah ini. Aku, Mbak Raelee, dan beberapa teman kuliah Ratu mengenakan pakaian dengan warna serasi khas seorang Brides Maid. Yang membuat kami berbeda hanya model baju nya. Aku bangga dengan baju buatan ku sendiri, kebetulan Ratu sengaja mengirim bahan baju nya sebulan yang lalu ke Itali agar aku bisa membuat bajunya sendiri. Tema pernikahan Ratu mengusung warna emas, aku jadi memikirkan bagaimana konsep pernikahan ku nanti. Haha. Memangnya aku akan menikah dengan siapa?
"Mbak! Fotoin!" Aku memberikan handphone ku pada Mbak Raelee, lalu berpose sesuka hati di depan tembok dengan foto mempelai. Untung saja tamu yang datang belum ramai, jadi aku tak usah menahan malu.
"Eh begitu gayanya?" Tanya Mbak Raelee heran. Aku mengangguk, lalu menyuruh Mbak Raelee buru-buru mengambil gambar ku. "Satu... Dua... Tiga..." Cekrek! Aku pun menghampiri Mbak Raelee.
"Bagus gak Mbak?" Aku pun melihat hasil jepretan Mbak Raelee. Semoga jodoh ku kelak tak menyesali keputusan nya untuk menikahi ku yang super duper tidak bisa diam ini.
"Pacar lo dateng?" Tanya Mbak Raelee.
"Tentu." Aku menyetarakan langkah ku dengan Mbak Raelee. "Mbak kayanya dessert di situ enak-enak, mau makan berat apa ngemil dulu?" Aku menunjuk salah satu meja prasmanan yang terdapat kue-kue kecil di atasnya.
"Ngemil dulu yuk!" Tak ada yang berubah dari Mbak Raelee. Sifat happy dan misterius nya masih sama seperti pertama kali kita bertemu. Yang berubah hanya gaya rambutnya. Rambutnya kini ia potong pendek dan di curly kecil-kecil seperti rambut Moana. Highlight blonde membuat rambut tersebut semakin nyentrik tetapi tetap enak di lihat.
Aku mengambil sepotong kue dan puding cokelat dari atas meja prasmanan, sementara Mbak Raelee tak mengambil apapun dan lebih memilih menyicipi kue yang ku ambil. Setelah selesai menyicipi, matanya fokus pada layar handphone. Mungkin ada pesan penting di dalam nya, aku sendiri pun tidak tahu, toh aku tidak dapat melihatnya.
"Sar!" Aku menengok ke sumber suara. Aku mengenali suara ini, dan si pemilik suara kini sedang tercengang melihat penampilan super cantik ku. Sepertinya sih begitu, lihat saja buktinya ia tak kunjung melangkah dan lebih memilih diam di tempat sambil memandangi ku.
YOU ARE READING
Dear My Last,
RomanceSarah Dharmawan, 22tahun, sedang menikmati kekayaan nya kembali di Roma. Setelah lika-liku kisah cinta yang menyakitkan bersama Radhya pria idaman nya, Sarah memutuskan untuk lari dari kehidupan lamanya. Akankah Roma menjadi persinggahan terakhir un...