16. Berbaur

165 19 1
                                    

Terkadang aku heran mengapa aku tidak menjadi seorang pria kaku ketika bersama Sarah. Ini adalah hubungan pertama ku dengan wanita, dan Sarah membawa ku menikmati setiap permainan dalam hubungan ini. Setelah merasakan semua itu, aku menyesali waktu yang ku habiskan selama dua puluh lima tahun hidup. Aku hidup datar, menjadi anak baik, tidak memiliki pacar, dan mengharapkan sahabat ku sendiri.

Aku ingat betul sensasi ciuman pertama ku. Pagi itu Sarah mengecup bibir ku sangat dalam setelah semalaman mabuk dan tertidur di rumah ku. Sarah adalah kekasih ku yang sangat seksi meskipun ia terlihat polos dan lugu di depan khalayak. Dan aku juga tidak mengerti mengapa aku terlihat seperti seorang pria yang ulung dalam hal percintaan ketika bersama Sarah, mungkin karena diam-diam aku suka menonton Drama Korea selama dua puluh lima tahun menjomblo.

"Halo Kak Baskara!" Aku terkejut mendengar kalimat sapaan tersebut. "Mikirin apaan?" Ledek Sean yang tiba-tiba muncul dan berada di samping ku.

"Konsep di keluarga ini begitu ya? Suka tiba-tiba muncul..." Ucap ku, sementara Sean tertawa.

"Kak! Penemu radio siapa?" Tanya anak itu dengan randomnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak! Penemu radio siapa?" Tanya anak itu dengan randomnya.

"Nikola Tesla?" Jawab ku tak mengerti. Bukan tak mengerti pertanyaan nya, aku tak mengerti mengapa anak ini dengan tiba-tiba menanyakan hal tersebut.

"Mantap! Kak Sarah gak salah pilih cowo." Oh jadi anak ini sedang mengetest aku? Aku pun tersenyum melihat ia yang sedang tersenyum sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. "Mau makan malam di sini Kak?" Tanya anak itu lagi.

"Oh enggak! Saya sama Kak Sarah nanti makan di arisan keluarga saya." Sean membulatkan bibirnya sambil mengangguk mendengar jawabanku. "Om kemana Se?" Tanya ku basa-basi.

"Mancing sama Opah Sardi." Jawab Sean cepat. "Kak! Tapi Kak Sarah nya langsung di anterin lagi ke sini ya?" Kedua alis ku terangkat heran.

"Iya Bas! Saya udah sewa resort di Anyer buat ngehabisin waktu bareng anak saya besok." Om Suryo menepuk bahu ku dari belakang. Aku otomatis membalikan badan ku dan menatap Om Suryo yang sedang membawa alat pancing pada tangan kanan nya.

"Oke Om!" Aku tersenyum sembari mengangguk. Ini pertemuan ku yang kedua kalinya bersama Om Suryo. Kemarin malam ketika aku mengantarkan Sarah kami sempat bertemu, ya walaupun sebentar karena Ayah ku menelepon dan menyuruhku cepat-cepat pulang. Kanya memang suka merusak moment ku.

Om Suryo adalah tipikal orang yang ramah, ia sangatlah protektif sebagai seorang Ayah. Ia juga sempat berkata seperti ini kemarin malam. Jangan lupa tanggung jawab! Maksudnya jika terjadi sesuatu dengan Sarah aku harus tanggung jawab karena kini aku tinggal bersama gadis itu.

"Kenapa Kak Dio manggil Ayah, Ayah. Sementara Kak Baskara, Om?" Aku dan Om Suryo hening kemudian. Oh jadi mantan pacarnya Sarah memanggil Om Suryo dengan panggilan Ayah... aku agak cemburu, tapi aku tidak menampik kenyataan bahwa aku adalah orang baru di kehidupan Sarah dan keluarganya. Om Suryo tersenyum.

Dear My Last, Where stories live. Discover now