17. Setiap Ombak Pasti Akan Mengikis dan Menciptakan Dataran Pasir Yang Halus

139 16 0
                                    

Apa dia benar ingin berbaur? Atau ada sisi lain yang membuatnya tidak nyaman? Sore ini aku sedang menikmati perginya matahari, di temani semilir angin dan deru ombak, pikiran ku melayang entah kemana. Apa mungkin perkataan ku salah perihal penjelasan di mobil? Semalam Baskara mengantar ku, ia menanyakan perihal siapa Opah Sardi? Apakah ia kakek ku?

"Bukan. Dia kakeknya Dio." Jawab ku cepat. Pria itu langsung mengatupkan bibirnya beberapa detik.

"Emang deket banget sama ayah kamu?" Tanya nya penasaran. Aku mengangguk, bagaimana tidak? Bahkan ayah ku di anggap anak olehnya. Baskara diam lagi, seharusnya ia tidak marah ataupun cemburu. Dio masa lalu ku, bahkan kini Dio sudah memiliki seorang istri. Tidak ada yang perlu di khawatirkan antara aku dan Dio, hubungan kita platonis, kita sadar sudah tidak bisa menuju jenjang yang lebih dari sekedar teman.

Aku menyandarkan kepala ku di bahu Baskara "Aku sayang sama kamu." Ku elus bahu nya, lalu Baskara mengangguk. Aku tahu ia cemburu dengan keadaan, aku tahu perasaan pria tersebut. Apa mungkin pria itu marah hingga tidak ikut ke acara keluarga ku? Aku pun menengguk air kelapa yang ayah ku belikan, di pantai ini lagi, aku ingat hari itu. Hari aku melepaskan Dio di hari valentine. Ternyata menikmati pantai ini lebih menyenangkan ketika sedang sendirian.  Aku pun bangun dari posisi duduk ku, menutupi badan ku dengan handuk setelah bermain air sendirian, lalu kembali ke dalam penginapan.

Aku ingat betul ketika Dylan datang menyelamatkan ku hari itu, ku rasa sekarang pria itu sedang tersenyum di dalam pesawat. Farina sangat manis untuk bersanding dengan nya, ramalan Mbak Raelee pun betul, hidup ku tidak akan jauh dari Dylan di masa ini.

-

Aku sudah putus dengan Marco, masinis tampan Kereta Api Indonesia. Dia teman sekolah ku, dan alasan kami putus adalah aku. Berkali-kali aku mendapatkan beasiswa pendidikan, dan berkali-kali itu pula aku menolak beasiswa tersebut. Aku tidak mau jauh dari Marco, hubungan yang berjarak sangatlah tidak bagus. Tapi dari sikap ku tersebut Marco mengklaim bahwa aku tidak akan maju.

Ku rasa kerja menjadi staff manajemen suatu perusahaan saja sudah cukup, aku perempuan. Tapi bagaimana tidak geram Marco mendengar keputusan ku. Ribuan orang mengharapkan beasiswa tersebut, tapi aku dengan bodoh nya menolak tiap beasiswa yang aku dapatkan. Tiap kesempatan tidak akan datang dua kali, aku tidak akan maju jika masih ada Marco di kehidupan ku. Itu kata pria tersebut.

Aku menatap lurus bangku kosong di hadapan ku, bangku itu baru di tinggalkan oleh Marco. "Jean!" Kepala ku otomatis menengok menuju sumber suara. Baskara datang dengan pakaian santainya. Baru kali ini aku melihat ia berkeliaran hanya menggunakan celana pendek, dan kaos polos. Kaki nya pun tidak terbalus sepatu, melainkan sandal jepit berwarna hitam. Ia tetap tampan, teman ku memang tampan. Aku memeluk Baskara, sementara pria itu mengusap-usap punggung ku selama aku menangis di dadanya. "Gak apa-apa, masih banyak ikan di lautan." Klasik. Kalimatnya sangat klasik dan tidak mampu menenangkan ku.

Aku menangis kurang lebih tujuh menit, setelahnya pelukan kami mengendur. Baskara mengambil tissue dari atas meja, lalu ia memberikan tissue tersebut pada ku. Aku pun mengelap air mata ku sambil kembali duduk di kursi ku. "Kenapa ya? Patah hati gue pas banget waktunya..." Baskara mengangkat sebelah alisnya. "Pas banget lo lagi pulang ke Indo." Kini pria itu mengerti.

"Ayo ke Itali." Tatapan pria itu berubah tajam. Darimana dia tahu tentang beasiswa ku? "Marco yang bilang... katanya lo dapet beasiswa S2 di Sapienza. Lo daftar beasiswa setelah gue kasih tahu ada pendaftaran sebulan yang lalu kan?" Yap benar. Dan aku mendapatkan nya. Kedua tangan Baskara kini hinggap di bahu ku. "Ayo lah Jean! Lo cuma butuh buktiin ke Marco kalau lo bisa maju, masih ada kesempatan buat lo sama Marco setelah lulus nanti. Cuma dua tahun..." Mohon Baskara. Aku menelan ludah ku dengan susah payah. Aku takut. Aku terlalu nyaman dengan keberadaan Baskara di dekat ku, aku tidak mau terjebak dalam hubungan platonis dengan sahabat ku lagi. Ku dengar pria ini sudah memiliki kekasih, aku tidak mau menjadi benalu di antara hubungan mereka berdua.

Dear My Last, Where stories live. Discover now