Sedikit banyak nya aku tahu tentang Sarah. Gadis itu mulai menceritakan tentang nya semenjak aku memberitahu nya bahwa aku menyukai Dylan. Saat itu gadis itu tersenyum lebar sambil menyetir Range Rover merah, saat kami membeli oleh-oleh di Bali. Aku tidak tahu senyum apa itu? Mungkin ia senang karena aku tidak akan merebut pacar nya? Atau mungkin ia senang karena menyadari keperdulian Dylan terhadap ku? Tapi di banding perkiraan pertama, aku lebih setuju yang kedua, karena Sarah tidak pernah marah saat aku coba menggandeng Baskara saat awal mereka jadian. Saat itu aku masih menyukai Baskara, hasrat untuk merebut Baskara masih menggebu-gebu. Sarah tulus berteman dengan ku, hanya saja dulu ia canggung karena ia paham akan gerak-gerik ku yang menyukai kekasih nya sebelum ia datang.
Dylan baru saja memasukan koper Jean ke dalam bagasi, sementara aku sudah duduk di kursi penumpang samping setir. Aku tidak mau duduk di kursi penumpang belakang dengan Jean, kami tidak terlalu akrab. Jean baru saja datang setelah membeli segelas kopi, kami pun berangkat menuju penginapan Jean.
Sepuluh menit sudah tiap ruang dalam mobil di penuhi alunan musik, tak ada yang berbicara, semuanya canggung. Aku tidak mau tahu, Jean canggung karena Dylan hanya teman sekedar kenal, dan aku? Aku pun tidak banyak memberi hati atas pertemanan dengan nya. Aku tidak mau tahu... sambil menatap jalanan, aku berusaha memikirkan hal lain. Tugas dari dosen, teori apa yang harus ku pakai, essai ku yang belum selesai, hingga dengan tiba-tiba Jean memulai pembicaraan.
"Kalian jadian?" Aku diam.
"Soon." Jawab Dylan di akhiri kekehan.
"Kirain udah jadian..." Jean ikut tertawa.
"Kamu masih suka Baskara?" Aku memutar badan ku untuk melihat wanita itu dari cela kursi ku dan kursi Dylan. Mata nya membulat lebar, ia terkejut atas pertanyaan mendadak ku. Mungkin ia kaget karena itu adalah hal pribadi, dan perihal perasaan nya terhadap Baskara pun hanya aku yang tahu. Dylan tidak mengetahui apa-apa selain dari gerak-gerik Jean yang memang menyukai Baskara. Wanita itu tertawa kikuk sambil menggaruk tengkuk nya, aku masih menatap nya dengan mata sebulat bola pingpong saking penasaran nya.
"Apa yang di harapkan dari jatuh cinta? Ketika kita jatuh yang bisa kita lakukan hanya bangun sambil menahan sakit bukan? Aku hanya sempat jatuh cinta dengan Baskara, tidak benar-benar menemukan cinta di antara kami." Jawab wanita itu hati-hati. Kalimat nya sangat logis untuk menjadi alasan, tapi aku tidak yakin... entah aku sulit percaya dengan wanita itu.
Dan kecurigaan ku pun benar. Di dalam hati nya logika dan perasaan saling bergelut, sudah jelas ia berdegup kencang saat tanpa sengaja di kecup Baskara. Ia masih menyukai Baskara. Tapi ini tidak boleh terjadi! Baskara sudah memiliki Sarah, sangat jelas pria itu mencintai gadis baru nya. Baskara sangat bangga memperkenalkan kekasih nya yang super cantik itu. Yap! Ku akui Sarah memang cantik dan ramah. Tidak ada yang kurang dari gadis itu, ia terlihat sempurna seperti bidadari. Lalu untuk apa aku datang ke sini? Jean bertanya dalam hati. Sangat jelas ia ingin mengejar Baskara lagi, padahal kalau di pikir menggunakan logika Jean bisa menerima beasiswa yang baru kemarin ia dapatkan dari salah satu kampus swasta di Jakarta. Jean menggigit bibir bawah nya, aku yakin wanita itu sedang gugup. Sangat... sangat gugup.
Aku membenarkan kembali posisi duduk ku. "Jangan rebut Baskara dari Sarah!" Ucap ku sambil menatap wanita itu melalui kaca spion mobil. Wanita itu mengangguk sambil menggigit bibir bawah nya. Sementara Dylan yang sedari tadi mendengarkan obrolan ini memilih tertawa kikuk sambil pura-pura tidak tahu. Girl's problem. Pria itu memilih untuk fokus menyetir tanpa terlibat dalam obrolan panas ini. "Jelas kamu gak bakal rebut Baskara dari Sarah, aku dengar kamu punya pacar masinis di Indonesia? Lalu kenapa kamu milih sekolah jauh?" Tanya ku iseng. Yap setau ku Baskara pernah cerita soal ini, tapi aku curiga hubungan nya sudah berakhir, karena aku melihat Jean sendirian di pesta ulang tahun Dinan.
YOU ARE READING
Dear My Last,
RomanceSarah Dharmawan, 22tahun, sedang menikmati kekayaan nya kembali di Roma. Setelah lika-liku kisah cinta yang menyakitkan bersama Radhya pria idaman nya, Sarah memutuskan untuk lari dari kehidupan lamanya. Akankah Roma menjadi persinggahan terakhir un...