11. Pelukan Hangat

175 16 0
                                    

Baskara menelepon Dylan untuk menyusul kami yang sedang makan malam di Oh Dog! Kebetulan flat tempat tinggal Dylan dan rumah Farina tidak jauh dari sini. Apa tidak lucu jika Farina dan Dylan harus melihat kami dengan couple sweather seperti pasangan? Tanya ku. Kata Baskara tenang saja, dan ia pun terheran kenapa aku sangat perduli dengan perasaan Dylan dan Farina. Katanya aku terlalu overthinking terhadap segala hal. Sekarang terserah, aku akan pura-pura tidak tahu terhadap perasaan Farina. Toh masih ada Dylan yang mencintai Farina, harusnya Farina membuka mata hati nya sedikit sekedar untuk menengok isi hati Dylan. Aku sayang Dylan! Ia sangat baik. Bahkan sejak pertama kali kami bertemu. Untuk kali ini, aku akan membantu Dylan memenangkan hati Farina. Salah satu caranya dengan merebut Baskara dari Farina. Jahat. Tapi aku suka.

"Kamu mau pulang ke rumah Stefania?" Tanya Baskara. Aku menggeleng setelah mengambil satu potong kentang goreng dari atas meja.

"Kaya nya flat baru kita lebih dekat dari sini." Jawab ku memberi kode.

"Ayo kita tidur di flat!" Ajaknya memahami kode ku. Tapi, kenapa pria ini bersemangat? Apa pria ini memiliki pikiran kotor dan berharap melakukan sesuatu dengan ku? Aku menepis semua pikiran aneh ku.

"Tapi aku belum siap ngapa-ngapain sama kamu." Aku mengutip kedua jari ku. Baskara tertawa.

"Apa aku kelihatan kaya penjahat kelamin?" Ia membingkai wajahnya dengan jari telunjuk dan ibu jari kedua tangan nya. Aku mendekati wajahnya. Enggak! Ucap ku seraya tertawa. Aku tak yakin bisa memberikan hati ku untuk pria ini, tapi aku akan mencoba membuka hati ku lebar-lebar untuk nya. Aku jadi ingat tentang ramalan Raelee, katanya aku akan terlibat terus dengan Dylan. Lalu kenapa aku berkencan dengan Baskara?

"Hai..." Nada sapa Dylan mengecil. "Gue udah curiga kalau kalian kencan dari kemarin." Ucap Dylan setelah berhenti di samping meja kami. Farina menatap aku dan Baskara datar, Dylan berlagak polos karena terlalu senang mengetahui bahwa aku dan Baskara berkencan. Ia sangat senang, karena itu tandanya tidak ada celah bagi Farina untuk menyukai Baskara lagi.

"Apa kita keliatan cocok?" Tanya Baskara tidak perduli dengan raut wajah Farina. Jujur aku merasa tidak enak hati. Aku memilih diam, dan tertawa kikuk mendengar pertanyaan Baskara.

"Of course!" Jawab Dylan cepat. Pria itu menarik kursi di depan Baskara, lalu duduk di sana. Tangan nya mulai bergentayangan pada kentang, sosis, dan spaghetti yang di beli Baskara.

"Kamu mau hot dog apa? Biar aku yang pesan." Tanya Farina pada Dylan. Sepertinya gadis itu malas melihat ku, karena aku dengan egois nya merebut pria yang ia suka.

"Kaya biasa." Jawab Dylan sembari memberi selembar uang. Setelahnya pria itu mengusap bahu Farina lembut, mungkin maksudnya untuk menyabarkan hati Farina. Farina pergi ke meja kasir setelahnya.

"Gue bakalan pindah rumah bareng Sarah." Ucap Baskara memulai obrolan. Dylan langsung menatap ku takjub.

"Lo beneran cepat ya dapet pengganti nya?" Sindirnya pada ku. Aku menyilangkan kedua tangan ku di depan dada.

"Ini udah hampir setengah tahun, kisah dia pun sudah berubah jadi drama rumah tangga. Kenapa aku harus stuck sementara dia maju?" Cerocos ku membela diri. "Oh ya! Bukan nya mantan ku nikah sama kakak mu?" Mata Dylan membelalak, sementara Baskara penasaran mencari kebenaran ucapan ku. "Pertama kali aku ketemu kamu kan di Pameran Sore, di situ ada Licia juga. Dari lantai atas dia bilang kalau orang berjas merah yang sedang main piano di bawah adalah adik tirinya. Ibu nya menikah dengan ayah mu, pengusaha Dao." Dylan benar-benar tidak tahu apa pun. Ia tidak pernah tahu bagaimana rupa anak dari ibu tirinya. Bahkan ibu tirinya tidak pernah memperkenalkan anak nya.

"Gue gak tau apa-apa. Kita gak dapat undangan pernikahan. Ibu tiri gue gak jelas latarnya." Itu tiga kalimat yang keluar dari mulut Dylan, setelahnya ia tertawa heran. "Ternyata hidup sesempit ini ya? Tapi gue dengan bego gak tau apa-apa. Gue tau sih kalau ibu tiri gue punya anak namanya Licia, tapi gue gak pernah ketemu sama Licia. Dan gue bener-bener kaget kalau yang nikah sama mantan lo itu kakak tiri gue. Apa kelakuan nya sama-sama perek kaya ibu tiri gue?" Aku tersedak lemon tea detik itu juga, sementara Baskara menepuk-nepuk tengkuk ku. "Gak usah di jawab, gue tau jawaban nya." Ucap Dylan cepat.

Dear My Last, Where stories live. Discover now