Semua seolah berkonspirasi membuat ku ragu. Kalau kicau pipit seharusnya riang di tanah yang indah ini, di benak ku sepi begitu ayah dari Licia datang berhadap-hadapan dengan ku. Kulitnya putih selaras dengan kaus putih yang kontras dengan kain batik yang terlilit di pinggang, atau pun Udeng monokrom yang melingkar di kepalanya. Dia memperkenalkan diri, aku bersalaman, wajahnya berubah ganas dan heran begitu aku menceritakan niat ku.
"Kamu Hindu kah?" Aku menggeleng cepat. "Kamu berniat pindah agama dak?" Aku tak mampu menjawabnya dengan cepat, tapi kepala ku mengangguk. "Tidak usah lah pindah agama kalau tidak dengan hati. Bli izinkan kamu menikah dengan Licia, tapi peluklah agama kalian masing-masing."
Dengan alis bertautan. Aku bertanya "Kenapa?"
Tentu memeluk agama harus dengan keputusan bulat, dari dalam lubuk hati paling dalam, dan dengan perasaan yakin. Menjawab pun aku membutuhkan waktu beberapa menit, apa aku benar-benar yakin? Tentu Tuan Cokorda percaya bahwa aku tidak benar-benar yakin. Bahkan untuk keputusan ku menikahi putrinya pun ia tidak yakin. Tapi bagaimana? Seorang anak perlu keutuhan keluarga, Tuan Cokorda memiliki perasaan yang sama dengan ku. Ia tidak ingin cucu nya merasakan hal yang sama seperti yang ia lakukan terhadap putrinya. Aku menikah dengan Licia sebulan kemudian.
Tidak ada adat Bali, tidak ada pula adat Betawi. Adat kami terlalu bertimpangan, yang satu mengarah pada adat-adat yang berbau agama Hindu, yang satunya mengarah pada agama ku. Kami menikah dengan konsep pernikahan Internasional, resepsi tertutup, meski pada akhirnya semuanya tersebar mulut ke mulut di kalangan pengusaha. Selama satu minggu rumor kami meluas di kalangan media. Bagaimana tidak? Licia yang baru di tinggal mati calon suaminya si pelukis kondang secara tiba-tiba menikah dengan pengusaha dalam keadaan perut membuncit.
Aku tahu ia sempat rapuh, wanita itu cukup lama termenung di dalam kamar mandi. Lalu dengan wajah sumringah ia keluar menyapa ku, tapi kantung mata nya tidak dapat membohongi ku. "Kamu nangis?" Wanita itu tertawa sembari mengibaskan telapak kanan nya.
"Aku mau masak dulu." Lalu ia berlalu seperti angin halus. Aku hidup berdua sekarang, tetapi rasanya seperti sendirian.
Aku tidak masalah dengan rumor "Penerus D'Media Menghamili Calon Istri Temannya." Tapi Licia sebagai wanita yang lebih perasa dan mengetahui kebenarannya merasa terbebani karena semua rumor ini lebih banyak menimpa ku, bukan ia yang merasa berdosa.
-
Dylan menghampiri kelas ku karena ia khawatir aku buta denah kampus ku. Tentu ia tidak sendirian, selalu ada Farina di sisinya. Setelah tiga hari berkuliah, aku jadi sadar bahwa Farina hobby membawa kotak makan berwarna orange yang lumayan besar dan membawa aneka roti di dalam nya. Ia akan membagikan roti-roti tersebut kepada Dylan, Baskara, dan Aku karena terpaksa. Maksudnya begini, ia terpaksa memberikan ku roti karena kini aku di anggap bagian dari pertemanan oleh Dylan dan Baskara. Gadis itu masih cemburu pada ku karena Baskara akhir-akhir ini lebih banyak bicara pada ku. Aku menyadarinya.
"Mau kemana kita?" Tanya ku begitu keluar kelas. Aku memasukkan kedua tangan ku ke dalam kantung celana jeans, di sini mulai sedikit dingin. Mungkin karena sekarang sedang musim gugur. Aunty Stefania pun memilihkan ku sweater panjang hitam cukup tebal dengan tulisan merek baju mahal. Aku sedang sekolah mode, tentu seasal apa pun pakaian ku, baju ku harus terlihat mahal. Itu kata Aunty.
"Ini!" Dylan memberikan ku satu botol Yakult berukuran besar. "Kakak gue kemarin dateng, oleh-oleh dari China." Jelasnya. Aku mengangguk dan berterimakasih. "Kita ke lapangan Indoor, Baskara tanding basket katanya." Wow! Pasti pria itu terlihat seksi dengan keringatnya. Tapi sebentar! Ku kira dia hanya ikut club renang di sini, ternyata ia ikut basket juga?
YOU ARE READING
Dear My Last,
RomanceSarah Dharmawan, 22tahun, sedang menikmati kekayaan nya kembali di Roma. Setelah lika-liku kisah cinta yang menyakitkan bersama Radhya pria idaman nya, Sarah memutuskan untuk lari dari kehidupan lamanya. Akankah Roma menjadi persinggahan terakhir un...