HIENZE - 5

67 26 2
                                    

Follow IG : Asa_arija

Adena POV

Gue saat ini duduk di panggung kecil, memakai dress sederhana selutut berwarna pink peach. Setelah MC menutup acara, gue menuruni panggung kecil, menyapa pengunjung, dan memberi tanda tangan gue di lembar pertama novel karangan gue. Beberapa tumpuk, dan dihadapan gue sudah ada orang yang mengantri, demi buku itu. Di sebelah meja gue, ada orang dari penerbit yang menjadi penjual buku. Gue yang tinggal menanda tangani.

Di tempat gue berdiri, sambil tangan gue sibuk mencoreti buku dengan tanda tangan, gue tersentak ketika Zee tiba tiba di hadapan gue, menyodorkan buku seperti yang dilakukan banyak orang. Cowok itu memakai jaket bomber hitam, menutupi kaos polos hitamnya. Celana jeans ripped-nya membuatnya terlihat semakin tinggi, jangkung.

Tampan!!

Tentu saja gue terkejut, membalas senyum itu. Zee terus memandangi gue, hingga seseorang di barisan belakangnya menepuk bahunya. Menyadarkannya. Menginginkan Zee cepat pergi dari situ, karna mungkin orang di belakang Zee tidak sabar menunggu gilirannya.

Zee yang cemberut, menggerutu, dan pergi. Membuat gue ikut tertawa lebar. Membuat orang yang tengah berbaris di hadapan gue menampakkan wajahnya bertanya tanya, penasaran.

"Kak, itu pacarnya ya?" salah satu cewek yang umurnya mungkin 3 tahun lebih muda dari gue, bertanya, menunjukkan ekspresi menyelidik sambil tersenyum.

Gue hanya tersenyum canggung.

"Makasi ya kak." ucapnya, tersenyum lagi. Gue balas mengangguk, tidak lupa tersenyum.

Perhatian gue saat ini mengarah pada Zee, yang sendari tadi duduk, melipat tangannya di depan dada. Bibirnya cemberut beberapa centi. Menunggu, dan terus menatapi gue. Seakan tidak membiarkan seorang pun mengambil gue dari pandangannya.

Gue mengusap peluh di dahi, 3 jam sudah gue melaksanakan kewajiban. Gue pun segera pamit, langsung menggenggam jemari Zee. Pergi. Memilih rumah Zee, karna tidak mungkin gue harus jauh balik ke rumah, hanya untuk mandi, untuk ke pesta ulang tahun itu.

Begitu sampai di rumah minimalis itu, namun terlihat hangat. Gue langsung di sambut Rianti, nenek Zee. Nenek yang merawat Zee dan kakaknya dari kecil, karna orang tua mereka sibuk bekerja. Jadi Zee dan kakak perempuannya memutuskan tinggal bersama neneknya, menemani neneknya yang kesepian.

Sambutan itu terasa hangat, gue langsung disuguhi brownis yang baru saja di angkat dari oven. Hangat, seperti sambutannya. Kakak perempuan Zee bernama Ify tersenyum menyambut gue, hangat.

"Titip pacar Zee ya, Oma. Zee mau mandi dulu," pamit Zee lembut, tersenyum lebar menatap neneknya itu seraya bangkit dari kursi meja makan.

"Tapi pacar Zee juga belum mandi, suruh mandi juga, Oma, dia biar cantik. Biar Zee makin suka." lanjutnya, mengerlingkan matanya ke arah gue, sebelum tubuhnya itu hilang di balik pintu kamarnya. Gue hanya tersenyum malu, menatap Oma Rianti.

"Yee, basi. Gombal aja." Ify yang gemas dengan adeknya, melempar dengan bantal sofa. "Entar kalo dia nyakitin lo, Den. Bilang aja ke gue, biar gue jadiin bergedel dia!" tatapan kesal.

"Iya, kak, dia suka ngeselin. Suka tiba tiba dateng, tiba tiba hilang. Kaya ...." gue tersenyum, semakin memanas manasi Ify, membuat Zee yang berada di kamarnya berteriak tidak suka. Kami mendengar itu hanya terkekeh. Tentu gue cuman becanda.

Begitu tawa gue, Oma Rianti, Ify meredam, gue segera ijin untuk nebeng mandi. Bersiap diri karena kurang 1 jam lagi, pesta ulang tahun Kiya akan dimulai. Tentu gue juga ganti baju juga, gak mungkin gue pake dress ini. Udah bau keringet, nempel lagi di badan, risih. Entar gue malah badmood lagi, enggak exsis.

HIENZE bersaudari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang