HIENZE - 7

59 21 0
                                    

Adena POV

Gue membuka mata, rasanya pening sekali kepala gue. Pandangan gue juga mengabur, butuh beberapa menit untuk bisa menjelaskan sekitar, dan sadar bahwa ini bukan kamar gue. Kamar Renata. Gue juga bisa melihat cewek itu tidur di sebelah gue. Gue pun memutuskan segera mandi, dan mengganti pakaian Renata yang bisa gue ambil seenaknya di dalam lemarinya.

Jangan heran sih, gue udah terbiasa seperti itu jika di rumah Renata. Dia juga enggak keberatan.

Begitu selesai mandi, gue duduk di depan kaca rias, mengeringkan rambut gue yang memang sengaja gue cuci sekalian. Karena bau alkohol begitu menyengat, dan gue benci itu. Benci meminumnya juga.

"Lo ya.. Ngrepotin tau gak!!"

Gue mengerutkan kening, menatap Renata yang sudah berposisi duduk di atas kasurnya.

"Lo mabok parah banget, masa' Kak Satria lo kerjai!" Renata menata rambutnya yang sudah seperti singa saja.

"Astaga, jadi kemarin gue itu minum wine? Pantesan rasanya 'sepat' banget. Kepala gue sekarang juga pening, dan gue juga bau alkohol." Gue mengambil ponsel di meja kecil sebelah kasur king size milik Renata.

"Rasain lo!! keturutan kan sekarang nyobain wine? Lo mau coba lagi?"

"Sekali aja gue lihat orang minum, gue aja bergidik," jawab gue menghela nafas menatap layar pertama ponsel gue yang memunculkan beberapa panggilan dari Adeva. "Apalagi mau coba lagi."

"Gue minta pisang," pinta gue, lantas bangkit setelah mendapat anggukan dari Renata. Begitu keluar kamar, dengan posisi tangan gue masih memegangi knop pintu, gue dikejutkan dengan sosok Satria yang tepat beberapa centi dari wajah gue. Wajah cowok itu menatap gue dengan tatapan seperti biasanya. Datar, tidak ada ekspresi di dalamnya.

"Gimana? badan lo udah enakan?" tanyanya pertama kali, yang membuat gue tertunduk ingat perkataan Renata yang katanya gue mengerjai Satria.

Gue yang masih menunduk, mengangguk kecil. Kemudian pergi begitu saja. badan gue sudah bau alkohol. Entah kenapa gue menolehkan kepala ketika merasa Satria mengikuti gue menuju dapur. Cowok itu lantas menyamakan langkahnya.

"Katanya lo cewek yang enggak suka minum minuman beralkohol. Tapi kenapa kemarin lo minum?"

Gue masih berusaha menjauhi cowok itu, tapi hati gue pingin deket terus. "Gue gak sadar waktu itu kalo gue minum wine. Gue minum sembarangan gelas di meja," jawab gue, dengan nada bicara yang terdengar sangat menyesal.

"Jadi lo kesel sama seseorang?" tanya Satria, yang menusuk banget. Kenapa dia tau kalo waktu itu gue jengkel banget?

Iya, sama lo, Satria! Tapi ucapan gue itu tercekat di tenggorokan. Gue hanya menggeleng pelan. Menolak argument cowok itu.

"Kemarin malam, gue enggak aneh anehkan?" ragu ragu gue melihat Satria yang saat ini tertawa. mungkin tawa kecil yang baru gue lihat, yang entah kenapa gue merasakan hangat dan juga malu bersamaan. Sial!! gue malu jika beneran gue kemarin ngerjain dia aneh aneh.

***

Adeva POV

Aku menuruni tangga rumahnya, berencana mengambil air minum karena di kamarnya sudah habis. Seperti biasa aku lihat mama Emila sedang memasak untuk makan malam, membuatku menawarkan bantuan, sekedar basa basi lah. Tapi aku ikhlas kok bantuinnya. Biasanya juga aku juga bantuin mama.

HIENZE bersaudari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang