HIENZE- 50

45 6 0
                                    

Adena POV

Inilah ketika gue dan Zee dalam perjalanan pulang, Zee berkhutbah. Ya, meski mulut Zee terkadang seperti anak SMP yang kalau cerewet ngalah – ngalahin cewek, yang berceramah udah kaya kyai aja. Zee itu cowok dengan perilaku hangat. Dia tau memposisikan dirinya di setiap situasi. Terkadang dia masih kaya bocah, terkadang juga dia terlihat dewasa seperti inilah.

Hati gue menghangat setiap Zee berbicara panjang lebar untuk mengingatkan gue. Gue suka waktu momen – momen seperti ini. Yang tandanya, masih ada orang lain yang masih peduli sama gue. Meski gue beberapa kali menolak Zee.

Melihat tawa sambil mendengar gombalannya, seketika gue tertawa. Kemudian menatap layar ponsel gue, banyak pesan dari Adeva.

Tapi sekeras apapun Zee berusaha mengalihkan pikiran dan kegelisahan gue. Pikiran tentang papa masih bercongkol di otak gue. Zee hanya menetralisirnya, bukan menghilangkan sepenuhnya.

"Lo masih kepikiran, ya?" tanya Zee kemudian, meredam tawanya. Suaranya melembut, melirik gue penuh kekhawatiran.

"Lo tidur aja, biar pikiran lo ikut tidur, ya," pintanya. Gue pun mengangguk, menurut. Entah kenapa mata gue jadi berat. "Ini masih sekitaran 2 jam lagi. Entar kalau udah sampe, gue bangunin."

Thanks, ya Zee. Lo selalu ada buat gue.

"Iya, bentar lagi gue tidur kok," ucap gue, mengecek semua pesan Adeva dari siang tadi.

***

Adeva POV

Pukul 01.00

Aku sendari tadi, bahkan semenjak Adena pergi dari rumah aku tidak pernah absen untuk menanyakan keberadaannya, kabarnya. Tapi berbeda sekarang. Isi pesanku bukan lagi pertanyaan seputar keadaan Adena. Karena aku yakin, Zee bisa menjaga Adena lebih baik dari pada siapapun didunia ini. Aku sudah percaya Zee, meski adek kelas itu rada gila kalau sudah meneleponku, menanyakan perihal tentang Adena.

Aku mengirimi pesan Adena menjurus tang masa lalu kita. Sebelum itu aku sempat melihat history chat ku, yang tidak dibalas oleh Adena. Bahkan dibaca saja tidak.

Den, lo kapan pulang? Lo gak khawatirin papa 

sama mama? Papa sekarang masuk rumah sakit.


Den, lo beneran gak mau pulang? Lo pulang ya. 

Gue yang jamin, papa udah berubah kok..


Gue tau lo pasti sayang banget sama papa. 

Lo pulang ya. Lo inget gak waktu lo kecil dulu?


Waktu lo nangis gara gara temen di sekolah 

pada ngejekin lo karena lo gak punya papa

Bahkan lo sampe nyuruh mama cari papa lain 

buat kita. Ahahah gue pingin gigit lo aja, gemes gue ingetnya. 

Lo gila kalau udah minta apa yang lo inginkan.



HIENZE bersaudari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang