HIENE - 19

32 8 0
                                    

Haiii maaf sekali lagi. Tapi janji gue entar abis tarawih, update lagi kok. Peace ya....

Adena POV

"Den, cie.. gimana sama Kak Satria?"

Gue mengangkat kepala, menatap Renata, Cantika, dan Olivia duduk di hadapan gue, menatap gue penasaran, setelah beberapa minggu gue memang sengaja tutup mulut. Rasanya malas jika bercerita tentang kejadian itu. Bukannya apa, hanya saja gue merasa cinta gue masih bertepuk tangan. Gue masih belum mendapatkan hati Satria seperti layaknya orang berpacaran.

"Jadi kapan lo, traktir kita?" tanya Cantika, menyengir.

Sialan tuh, anak!!

"Chat gue aja suka diabaikan, lo udah minta traktir mulu," gerutu gue kesal, menjulingkan mata, lalu memandang ke arah lain, ke arah pintu café yang sering berbunyi karena pengunjung yang keluar masuk.

"Eh, bener? Jadi maksud ucapan Kak Satria kemarin apa? Gue kira lo malah udah pacaran dan nyembunyiin itu dari gue." Renata pun angkat bicara, dengan mulut yang penuh kentang goreng.

"Enggak." jawab gue singkat, lebih tepatnya gue enggak ingin menceritakan kepada siapapun perihal kejadian kemarin. Itu benar benar memalukan. Bagaimana tidak, bisa bisanya gue yang dipermainkan oleh Satria.

Kemudian gue mengeram setelah mengecek lagi history pesan gue dengan Satria yang tidak juga ada balasan. Dibaca aja enggak, apalagi dibalas. "Ren, Satria itu sukanya apaan, sih? Gue bingung tau gak, dia itu pendiam dan tertutup, ya?" Sejujurnya, gue enggak biasa minta saran tentang cowok ke orang. Karena biasanya gue bisa mengambil langkah sendiri, dan itu pun pasti tercapai.

Tapi rasanya, Satria begitu sulit gue taklukkan.

"Setahu gue, dia itu—" Renata menantap awang awang, terlihat berpikir. Namun pada akh irnya cewek itu menyengir, tidak tau apapun kesukaan Satria.

"Dia itu tertutup banget, Den." Renata kembali berbicara.

Namun celetukan Cantikan ada benarnya juga. "Tapi biasanya, kalo lo bisa buat dia terbuka sama lo, berarti lo udah jadi orang spesial buatnya."

"Bener juga, sih, lo, Can."

"Tapi kalau dilihat lihat, Kak Satria itu suka cewek yang sederhana, enggak aneh aneh." Ujar Renata, kembali memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.

"Jadi menurut lo, gue ini banyak tingkah? Suka aneh aneh?" tanya gue, menyandarkan punggung, dan menghela nafas panjang, sambil menatap Renata serius. Capek dengan semua ini. Capek dengan kepura puraan ini.

Ada benernya ucapan Renata. Gak mungkinkan Satria yang pendiamnya seperti itu suka cewek yang aneh aneh? Renata juga udah lama bergaul dengan Satria, jadi pasti dia tau sedikit tentang cowok itu.

"I can do it!"

"Eh, tapi Kak Alvaro bukannya temenan sama Satria dari dulu?" gue pun ingat pacar Renata kan juga temennya Satria.

"Enggak tau gue. Gue dulunya juga ngejar ngejar Satria, sama seperti lo. Tapi dapetnya malah Alvaro." Renata menggeleng, memupuskan harapan gue yang sesaat menggebu gebu. "Eh, tapi lo coba tanya Sarah. Dulu dia temennya dari kecil. Sarah, atau Aland."

"Jadi, gimana kabar mantan lo, Den?" Kemudian beberapa saat, Cantika mengubah haluan topik pembicaraan. Membuat gue mendengus, malas membahas topik itu.

"Bai-ik" bersamaan itu ponselnya berdering, panggilan dari Satria muncul disitu. Membuat gue dan ke 3 temen gue itu, menatap layar ponsel gue yang berada di atas meja. Kemudian saling pandang, bertanya tanya.

[Halo, kamu sama siapa sih?] suara Satria mendominasi, ketika gue memilih diam setelah mengangkat panggilan itu.

"Nunggu pesan dari kamu itu kaya nunggu air laut mengering tau gak. Bosen, sampe lumutan aku nungguinnya. Aku bomb chat enggak sadar juga. Apa susahnya bales pesan aku sih?" cecar gue, yang kadar emosi gue seperti bisul yang sudah siap meletus saat ini juga.

[Jangan lebay. Besok lo ikut gue.]

"Kemana, coba?!"

[Ke pesta ulang tahun temen gue.]

"Kamu selalu ada maunya aja, kalo telepon!! Kalo gak ada? Boro boro kamu cepet bales."

[Lo gak mau? Yau—]

"Iya iya, gue mau!" jawab gue bersungut sungut.

Bagaimana tidak kesal? Seolah gue ini hanya pelariannya saja. Seolah gue ini pembantunya, kalau ada maunya saja dia bales cepet.

[Sekarang lo dimana?]

"Di café."

[Tungguin gue 2 jam lagi. Jangan kemana mana!]

"Iya, terserah lo. Gue juga gak berniat pulang."

Gue akan buat lo jatuh cinta sama gue, Sat. Gue janji itu. Gue menjulingkan mata, malas.

***

Vote, coment and share ke teman teman kalian yaa...

Ramaikan notifikasiku dong dengan vote coment dan share dari kalian. HEHEHEH

Ingat, bulan Ramadhan nyenengin orang dapet pahala... hehehe

Apalagi nge share cerita ini ke teman teman kalian..

09 Mei 2019

Swipe Up

HIENZE bersaudari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang