HIENZE - 21

47 8 0
                                    

"Land, bego lo kebangetan. Kaki gue sakit tau gak!!" adu nya pada teman cowok yang duduk di sebelahnya, yang hanya menyengir menatapku. Kak Angkasa yang di sebelahku hanya mengangkat pundak, geleng geleng. Tidak habis pikir.

"Maafin temen gue," cengir cowok kaos hitam, sambil memukul kepala cowok berambut kerinting. "Oh iya nama lo siapa? Gue Genta," Genta bangkit dari duduknya, tersenyum, dan menjulurkan tangannya padaku.

Ketika aku menjabat tangannya, pujian yang keluar dari mulutnya itu membuatku salah tingkah. "Manis bener, jadi gue gak perlu komplain pada mbknya, karena sekarang apapun sudah terasa manis kalau ada kamu, "

Apalagi saat ini dia sambil bangkit dari duduknya, berpindah ke sebelahku yang kosong.

Aku yang sedikit risih, menjauhkan dudukku dari Genta dengan tersenyum getir. Dan tanpa kuduga duga, Kak Angkasa yang sendari tadi pergi ke kasir memesan yang sudah datang, langsung menyerobot duduk diantara aku dan Genta.

"Enak aja lo!" geram Genta, menoyor kepala Kak Angkasa. Kesal.

"Sat, lo kan udah sama Adena. Dia kasih ke gue aja." sahut cowok lain yang duduk di sebelah Genta tadi, kalau tidak salah bernama Given.

Aku melihatnya hanya tersenyum, tidak enak. Karena semua fokus padaku. Sedangkan Kak Angkasa hanya diam, tidak memperdulikan temannya itu.

Jadi, Adena sudah pacaran sama Kak Satria? pikirku. Jadi gue udah gak repot repot nyatuin mereka kalau mereka udah pacaran? Tapi kenapa Kak Angkasa masih deket deket sama aku? Bukannya malah menghindar?

"Eh, iya nama lo siapa?" diantara mereka, cewek yang tadi sempat aku lihat mendekatiku, menjabat tanganku sambil tersenyum akrab. "Gue Tia."

"Ya, lo jangan ikut ikut deh.Lo itu bukan saingan gue!" Genta yang kali ini sadar aku dan Tia sedang berbicara menyahut.

"Gue masih normal!" jawab Tia jutek, sambil melirik pada Genta. Membuat cowok itu tersenyum getir. Takut.

"Adeva." Jawabku tersenyum kecil.

"Lo cewek yang disukai Satria ya?" bisiknya padaku, seketika membuatku terkejut.

"Bukannya, Aksa pacaran sama A, Adena?"

"Aksa siapa?" tanyanya, dengan tatapan mengintimidasi ke arahku. Membuatku mengalihkan tatapanku darinya.

"Satria, maksudku."

"Cieeeee, yang udah pake panggilan sayang." Tia kemudian tersenyum menggoda ku, membuat pipiku semakin memerah, salah tingkah.

"Ih, bukan, Kalau aku panggilnya Angkasa kepanjangan, jadi aku singkat." Elakku.

"Ih, kalian so sweet banget, deh." Ucap Tia, menarik tubuhnya lagi. Dengan senyuman yang masih terasa menjengkelkan bagiku.

"Oh iya, lo kan belum kenal kita semua kan?"

"Yang rambutnya keriting, namanya Zaki." Tia pun kemudian memperkenalkan dengan cowok yang duduk semeja dengan kami padaku. Zaki, cowok yang baru disebut namanya oleh Tia, tersenyum padaku, menjabat tanganku. "Yang rambutnya kaya abis kesetrum, itu Given. Yang manis, Aland."

"Yang suka gombalin lo tadi, tapi emang dia ganteng, namanya Genta."

"Dan gue Kesatria Angkasa." Sahut Kak Angkasa, tersenyum manis padaku. Membuat semua ikut ber-oh ria, kesal dengan Kak Angkasa.

"Sat, lo enggak kesurupan kan? Aura lo bahagia banget, enggak biasanya." pertanyaan yang tidak salah dari Given, membuat semua hening. Begitu juga aku yang menatap Kak Angkasa, ikut diam setelah mendengar ungkapan dari Given. Lantas beberapa kemudian Given kembali berceletuk.

"Syukur kalo gitu, Sat. Gue ikut seneng lihatnya." Lanjutnya tertawa, menepuk nepuk bahu Kak Angkasa.

***

Tepat pukul 9 malam, setelah berbincang ringan dengan teman teman Kak Angkasa, aku pun benar benar di antar pulang olehnya. Tapi pikiranku masih saja bertanya tanya, tentang hubungan Adena dan Kak Angkasa. Mendengar perkataan teman teman Kak Angkasa tadi, seolah Adena sudah mempunyai hubungan khusus dengan Kak Angkasa. Dan kenapa aku jadi badmood seperti ini? Berdiam diri, melamun di belakang jok motor Kak Angkasa. Membiarkan dia membawaku kemanapun yang aku mau.

Jaket bomber Kak Angkasa yang sempat dipinjamkan padaku di café tadi, ku peluk seerat mungkin karena udara malam semakin tidak bersahabat. "Tadi jangan didengerin ucapan temen temen gue. Mereka emang rada rada gila."

"Aku boleh tanya gak?" tanyaku, mengabaikan ucapannya tadi.

Kak Angkasa pun mengangguk mantap, sambil memaksa senyum lebarnya. Meski aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi aku bisa melihat senyum memaksa itu dari kaca spion motornya. "Adena itu pacar kamu ya?"

Seketika aura ceria Kak Angkasa diambil dengan kejamnya dengan pertanyaan itu. Aku jadi meruntuki diriku sendiri.

Tapi Kak Angkasa tidak membiarkan salah paham atau pikiran buruk bersarang di otakku. Dia pun menjawab, entah itu kebenarannya atau tidak. Aku tidak tau. Tapi jawaban itu sudah membuatku tersenyum samar, lega.

"Adena, bukan pacar gue. Dia cuman temen gue. Enggak lebih."

"Lo percaya kan sama gue?" Suara Kak Angkasa memelan.

Dan kemudian keheningan terjadi. Di lain sisi, aku melamun, sedih jika mungkin Adena mendengarnya sendiri dari Kak Angkasa. Aku tidak sanggup mendengarnya, apalagi aku tidak sanggup jika Adena akan kembali seperti dulu, atau malah lebih parah lagi.

"Selamat malam, ya, Dev." Ucap Kak Angkasa ketika aku sudah berjalan menjauh dari motornya. Membuatku menghentikan langkah, ketika Kak Angkasa kembali memanggil namaku.

"A-Deva."

"I-iya?" tanyaku, seperti orang bodoh ketika melihat Kak Angkasa yang bertingkah bingung. Dan Kak Angkasa hanya diam, terus menatapku teduh. Tatapan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, tatapan seolah aku tidak boleh pergi dari sisinya.

"Kamu gak papa?" tegurku,

"Gue seneng aja, hari ini bisa seharian sama lo." Seketika mendengar pernyataan dan melihat senyum tulus itu, membuat wajahku memanas seketika. Semburat merah pun tercetak jelas dalam muka ini.

Buru buru aku menunduk, dan membalikkan badan. Tidak mau dilihat oleh Kak Angkasa saat ini. Aku malu, jika Kak Angkasa menangkap ekspresiku seperti ini.

"Mimpi indah ya,"

Degub jantungku masih berpacu cepat hingga aku sudah berada di dalam kamar. Rasanya membuat aku tidak berhenti tersenyum senyum sendiri. Apalagi mengingat senyum Kak Angkasa tadi yang sangat manis sekali, dan tatapan teduhnya padaku.

Kalau aku boleh memilih aku ingin bersama Kak Angkasa selamanya. Tapi aku sadar, ada Adena yang tidak bisa aku abaikan begitu saja. Adena yang sangat menyukai Kak Angkasa dari padaku. Eh, ngomong ngomong di mana Adena? Sejak tadi aku enggak bertemu dia. Mobilnya pun enggak dia bawa.

Haiii selamat berbuka puasaa...

11 Mei 2019

S

wipe Up

HIENZE bersaudari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang