[Bab 7] Xeranthemum

64 7 0
                                    

"Kakak emang nggak bisa nepatin janji. Bukannya bantu ngeyakinin anak lain, malah ngasih tau Dhean kalo gue tuh bahaya," mata Aileen semakin menajam. Perempuan berpenampilan layaknya preman itu bahkan tak segan melayangkan pukulan kecil pada senior di depannya.

"Lo kenapa posesif amat sih? Emang kenyataannya lo tuh bahaya bagi semua orang di sini!" Nada bicara Bryan bahkan mulai meninggi. Menatap mata adik kandungnya yang terlihat ada amarah di dalam sana.

"Kak, bukannya kakak tau kalo gue tuh suka sama Dhean?" Tatapan Aileen perlahan menghangat. Ia menundukkan kepalanya. Lagipula, siapa yang belum tahu? Seantero sekolah bahkan mengetahui jelas jika Aileen menyukai sosok Dhean Anggara.

"Lo lupa? Dhean punya perjanjian dengan gue." Bryan berbalik tanpa berkata lagi. Sementara Aileen, masih berdiri mematung diam di tempatnya.

"Kenapa Dhean bisa punya perjanjian?" Batin Aileen.

🐾🐾🐾

Bryan tadi .. tak mungkin dihabisi oleh Aileen'kan? Lagipula, untuk apa aku terlalu mengkhawatirkannya?

"Dhe,"

"Ah, kau? Tumben sekali. Ada apa?" Tiba tiba Aileen mendorong. Tubuh Dhean dengan cepat terbentur dinding.

"Jelasin. Kenapa lo bisa punya perjanjian sama Bryan?" Desak Aileen sambil terus mencengkeram lengannya seolah ia perampok bank.

"Hah? Apa maksudmu?" Secara, Dhean menatapnya cengo. Mendatangi dan tiba tiba menyergap. Lalu, bertanya hal yang aneh?

"Gue ulangi. Lo punya perjanjian apa sama Bryan?"

Dhean memutar tubuh dengan cepat. Otomatis membuat Aileen terpojok. "Perjanjian apa yang kau maksudkan? Jangan menggangguku." Sial.

"Dheaaaaaan!"

Bruk!

Tadinya Dhean hendak memberitahu jika tali sepatu Angel terlepas. Pirang Asma itu sudah jatuh terjerembab disertai pekikan kecilnya. Tangan Dhean mengulur, lebih tepatnya membantu ia berdiri.

"Ngapain sih? Jangan lari larian tidak jelas. Kau bisa melukai dirimu,"

Dhean sadar jika Aileen masih menatapnya. Dengan langkah emosi, ia berjalan setengah dihentak. Tangannya refleks menampar Angel tanpa permisi. Spontan Dhean menarik kerah seragam Aileen dan membiarkan Angel terjatuh. Ia mengaduh lantaran dagunya terantuk pinggiran tangga.

"Maksudnya apa tadi?" Tatapan mata Dhean menelusuk jauh. Terlihat Aileen sama sekali tak merasa bersalah. Akibat perbuatannya, hidung Angel mimisan.

"Dasar iblis. Kau menyingkirkan semua orang yang dekat denganku. Bahkan tak segan melukai mereka. Kau tahu? Apa yang lebih buruk dari binatang?" Dhean mengela nafas. Aileen masih menatap tanpa mengucap apapun.

"Itu kau." Dhean melepaskan cengkramannya. Mendorong sedikit Aileen yang artinya menyuruh ia pergi dari hadapannya. Bagaimana bisa bisanya ia sekejam itu? Dhean tahu dia perempuan. Mau perempuan atau laki laki, menyakiti orang lain tetaplah tindakan yang sangat buruk.

"Sumbat pakai ini. Sebentar, aku ada telepon," aku menjauh setelah memberinya sekotak tisu.

"Kenapa meneleponku?"

"Autis! Lo apain sih Aileen? Dia nangis kejer di depan gue gini!"

"Aku tak memukulnya. Dia tiba tiba menampar Angel. Siapa yang terima?"

Bryan memutus panggilan sepihak tanpa mengomel lagi.

-oOo-

Dhean merasa bersalah karena kejadian tadi siang di sekolah. Ardhan, selaku Papa Angel menatapnya sambil geleng kepala. "Bagaimana bisa, Dhean? Apa kau lengah?" Tanya Ardhan. Dhean masih terdiam. Rafardhan memghampirinya. Meninju telak punggungnya hingga membuat Dhean tersungkur.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang