If you give up now, your fall is completely meaningless
-Aaron William-
Aaron menatap layar ponselnya. Merindukan sosok murid yang benar benar ia sayangi. Dhean Anggara. Lelaki berdarah Indonesia yang sempat membuatnya ragu. Lelaki sedingin es kutub yang sempat ia tertawakan lantaran Dhean salah memegang bola. Lelaki yang dulu selalu ia caci melihat Dhean yang tak bisa apa apa namun memiliki mimpi setinggi langit.
Aaron benar benar menyesali semua itu. Kepergian Dhean ke negara asal tak bisa membuatnya melupakan semua hal tentang Dhean.
Ah, ya. Aaron William merupakan orang Indonesia yang menetap di London karena alasan tertentu.
"Andaikan Dhean nggak pulang, tim nggak bakal ancur lebur kayak gini," batinnya.
Langit berjelaga nampak indah. Mengingat masa masa dimana Dhean masih menjadi bagian dari tim. Bahkan, semua yang dikatakan Dhean masih tertancap jelas dalam ingatannya.
"Coach, saya mau mengundurkan diri,"
"Why?" Tanya Aaron masih tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Saya harus pulang ke Indonesia,"
"Iya, kok mendadak banget kamu bilangnya?"
"Ada alasan tertentu," jawab Dhean masih diiringi tatapan dinginnya. Aaron semakin tak suka menatapnya berlama lama.
"Kasih saya alasan, Dhe. Jangan mendadak. Saya nggak setuju sama sekali kamu ngambil keputusan tanpa persetujuan dari saya!" Balas Aaron dengan nada mulai meninggi. Dhean masih menatapnya. Tak terlihat takut sedikitpun dari matanya.
"Ya terserah coach. Saya sudah punya tiket untuk pulang dan sekolah favorit juga sudah menerima saya kok,"
"Kamu?!"
"Biarkan saja, Ron. Dia berhak pulang ke negera asalnya. Dia pasti kesini lagi jika ada kesempatan. Jangan memaksanya," ujar Arnold yang tiba tiba datang entah darimana. Emosi dalam diri Aaron masih menggebu.
"Saya tetap nggak setuju!"
"Apa hak Coach Aaron melarang saya pulang? Apa saya ada kontrak dengan coach?" Tanya Dhean. Aaron seketika membisu. Tanpa berkata apapun lagi, Aaron meninggalkan Dhean.
Pesawat akhirnya lepas landas. Semua teman satu tim Dhean datang untuk mengantar. Tanpa kehadiran Aaron. Dhean sama sekali tidak terbebani. Keberhasilannya dalam dunia basket cukup membuatnya pulang.
Aaron sempat menolak mentah mentah keputusan Dhean. Namun, ketika Arnold datang dan mencoba meyakinkannya, seluruh keraguan itu akhirnya pergi.
***
"Dhe, coach Aaron nyariin lo tuh,"
"Ngapain?" Tanya Dhean langsung. Danu hanya mengendikkan kedua bahunya. Kemudian, menyuruh coach Aaron masuk kedalam.
"Dhean Anggara. Long time no see, how's life?"
"Like you can see. Apa alasanmu datang kesini?"
Aaron terkekeh pelan. Ia maju beberapa langkah mendekati Dhean. "Sayang sekali, jauh jauh aku dari London dan malah ini yang kudapat? Kau memang tak berubah ya. Masih sama sedingin es," ujarnya sambil menepuk nepuk bahu Dhean. Dhean sendiri merasa risih. Langsung saja menghindar sedikit darinya.
"Ada perlu apa sampai nekat ke rumahku?"
"Nothing, Dhean. I just want you to comeback. With me. With our team!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaleidoskop
Teen Fiction"Katanya, Tuhan itu Adil. Tapi, kenapa nasib yang Tuhan gariskan untukku terlalu berliku? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk bahagia. Apa aku salah, jika aku ingin bahagia? Kenapa hanya aku yang merasa sangat menderita? Kenapa harus aku yang ber...